Mohon tunggu...
Salsa Adelia Shofi
Salsa Adelia Shofi Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS PAMULANG

Saya adalah mahasiswa semester 2 jurusan Akuntansi yang memiliki ketertarikan kuat dalam memahami prinsip-prinsip akuntansi dan penerapannya dalam dunia bisnis. Selain fokus pada studi, saya juga aktif menyalurkan hobi saya di bidang olahraga, khususnya lari, yang membantu saya menjaga kebugaran dan meningkatkan fokus selama perkuliahan. Selain itu, saya gemar memasak sebagai cara untuk mengekspresikan kreativitas dan relaksasi di waktu luang. Saya juga penggemar minuman matcha, yang saya nikmati sebagai teman setia saat belajar dan bersantai. Kombinasi antara disiplin akademik dan berbagai aktivitas positif ini membuat saya terus berkembang secara holistik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Artikel Like, Tapi Kesepian

26 Juni 2025   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2025   17:19 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini disusun berdasarkan video dari tugas kelompok Bahasa Indonesia yang berjudul "Like, Tapi Kesepian".

 Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai perasaan kesepian yang sering dialami meskipun mendapat banyak "like" di media sosial, sesuai dengan tema yang diangkat dalam video tersebut. 

Dengan mengacu pada materi video, artikel ini menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan mengedepankan keterampilan menulis yang produktif untuk menyampaikan pesan secara jelas dan mendalam.

Berikut tokoh drama "Like, Tapi Kesepian" :

Cilla - Influencer sekolah, hidupnya terlihat sempurna
Tika - Teman dekat Cilla, peka dan perhatian
Tari - Teman satu geng, ikut-ikutan demi tren
Intan - Kakak Cilla, sudah kuliah, jadi mentor yang suportif

Berikut link video pada artikel "Like, Tapi Kesepian" : https://vt.tiktok.com/ZSk7d1LUV/

Di era digital yang serba terhubung seperti sekarang, media sosial menjadi panggung utama bagi banyak orang, khususnya generasi muda, untuk menampilkan kehidupan mereka.

Dengan mudahnya mendapatkan "like", komentar, dan perhatian dari banyak orang, tampaknya kehidupan sosial mereka sancta hidup dan penuh warna. Namun, di balik gemerlap dunia maya tersebut, tidak sedikit yang justru merasa kesepian dan kosong secara emosional. 

Drama "Like Tapi Kesepian" hadir sebagai cermin realitas ini, mengangkat kisah tentang bagaimana popularitas di media sosial tidak selalu menjamin kebahagiaan sejati.

(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)
(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)

Cerita dalam drama ini berfokus pada tokoh utama yang aktif di media sosial dan sering mendapatkan banyak perhatian lewat "like" dan komentar.

Namun, perhatian virtual itu tidak mampu mengisi kekosongan hatinya. Ia berjuang menghadapi tekanan sosial dan rasa kesepian yang tersembunyi di balik gemerlap dunia maya.

Untuk menggambarkan realitas kesepian yang dialami banyak orang, terutama generasi muda, di balik popularitas dan perhatian yang mereka dapatkan di media sosial.

Drama ini ingin menunjukkan bagaimana standar sosial dan ekspektasi tinggi di dunia digital sering membuat seseorang fokus pada pencitraan dan penampilan luar, sehingga hubungan yang tulus dan kehangatan emosional menjadi sulit terjalin.

(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)
(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)

Kesepian adalah pengalaman yang sangat manusiawi dan bisa dialami siapa saja, bahkan di tengah keramaian dan popularitas digital. "Like" di media sosial tidak selalu berarti kehadiran emosional yang nyata. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membangun hubungan yang bermakna dan menjaga kesehatan mental dengan cara yang lebih autentik.

Dengan memahami dan menghadapi kesepian, kita bisa menemukan kebahagiaan sejati yang datang dari koneksi manusia yang tulus dan mendalam karena di sana letak kekuatan dan kebahagiaan sejati.

(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)
(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)

Tokoh utama mulai menyadari bahwa angka like di media sosial tidak cukup untuk mengisi kekosongan hatinya. Ia mulai membuka diri dan berani mengungkapkan perasaannya secara jujur kepada orang- orang terdekat, seperti keluarga dan sahabat. Karena dengan adanya komunikasi yang lebih nyata dan tatap muka, hubungan mereka menjadi lebih kuat dan bermakna.

(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)
(Sumber: Drama Like, Tapi Kesepian)
Berikut Penyebab Kesepian di Era Digital

1) Hubungan Superfisial: interaksi di dunia maya sering kali terbatas pada komentar singkat dan emoji, tanpa adanya percakapan mendalam.

2)  Perbandingan Sosial: melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial dapat membuat seseorang merasa kurang dan terisolasi.

3) Kurangnya Interaksi Tatap Muka: ketergantungan pada komunikasi digital mengurangi kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi secara langsung, yang penting untuk membangun ikatan emosional.

4. Mencari Bantuan Profesional: Jika kesepian sudah sangat mengganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor


Berikut Cara Mengatasi Kesepian 

1) Membangun Hubungan yang Lebih Dalam: Fokus pada kualitas hubungan daripada kuantitas. cari teman atau komunitas yang bisa diajak berbagi secara jujur dan terbuka.

2) Kurangi Ketergantungan pada Media Sosial: Membatasi waktu penggunaan media sosial dan gunakan waktu tersebut untuk melakukan aktivitas yang membangun koneksi nyata.

3) Aktivitas Sosial dan Hobi: Ikut serta dalam kegiatan sosial, komunitas, atau hobi yang diminati bisa membuka kesempatan bertemu orang baru dan mempererat hubungan.

Pesan Moral Pada Drama "Like, Tapi Kesepian"

Yaitu mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi dan media sosial memudahkan komunikasi, tetapi kualitas hubungan dan kesejahteraan emosional tetap bergantung pada bagaimana kita membangun dan memelihara hubungan yang nyata dan bermakna. Rasa kesepian tidak bisa diatasi hanya dengan "like" di dunia maya, melainkan membutuhkan perhatian dan interaksi yang tulus di dunia nyata.

Drama "Like Tapi Kesepian" berhasil menggambarkan realita kehidupan di era digital, di mana popularitas di media sosial tidak selalu menjamin kebahagiaan dan kehangatan emosional. 

Melalui cerita yang menyentuh dan karakter yang relatable, drama ini mengajak kita untuk merenungkan makna sejati dari hubungan sosial bahwa kehadiran nyata dan komunikasi yang tulus jauh lebih berharga daripada sekadar angka like atau komentar di dunia maya.

Sebagai pembaca, kita diajak untuk lebih peka terhadap perasaan orang di sekitar kita dan tidak terjebak dalam ilusi kesempurnaan yang sering ditampilkan di media sosial. Drama ini menjadi pengingat penting bahwa di balik layar yang penuh warna, ada kisah kesepian yang sering tersembunyi.

Berikut link video pada artikel "Like, Tapi Kesepian" : https://vt.tiktok.com/ZSk7d1LUV/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun