Cerita dalam drama ini berfokus pada tokoh utama yang aktif di media sosial dan sering mendapatkan banyak perhatian lewat "like" dan komentar.
Namun, perhatian virtual itu tidak mampu mengisi kekosongan hatinya. Ia berjuang menghadapi tekanan sosial dan rasa kesepian yang tersembunyi di balik gemerlap dunia maya.
Untuk menggambarkan realitas kesepian yang dialami banyak orang, terutama generasi muda, di balik popularitas dan perhatian yang mereka dapatkan di media sosial.
Drama ini ingin menunjukkan bagaimana standar sosial dan ekspektasi tinggi di dunia digital sering membuat seseorang fokus pada pencitraan dan penampilan luar, sehingga hubungan yang tulus dan kehangatan emosional menjadi sulit terjalin.
Kesepian adalah pengalaman yang sangat manusiawi dan bisa dialami siapa saja, bahkan di tengah keramaian dan popularitas digital. "Like" di media sosial tidak selalu berarti kehadiran emosional yang nyata.Â
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membangun hubungan yang bermakna dan menjaga kesehatan mental dengan cara yang lebih autentik.
Dengan memahami dan menghadapi kesepian, kita bisa menemukan kebahagiaan sejati yang datang dari koneksi manusia yang tulus dan mendalam karena di sana letak kekuatan dan kebahagiaan sejati.
Tokoh utama mulai menyadari bahwa angka like di media sosial tidak cukup untuk mengisi kekosongan hatinya. Ia mulai membuka diri dan berani mengungkapkan perasaannya secara jujur kepada orang- orang terdekat, seperti keluarga dan sahabat. Karena dengan adanya komunikasi yang lebih nyata dan tatap muka, hubungan mereka menjadi lebih kuat dan bermakna.