Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Strategi Sukses Kerja: Kerjakan yang Mudah, Baru yang Sulit

6 Oktober 2025   17:53 Diperbarui: 6 Oktober 2025   17:53 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: ob-fit.com

STRATEGI SUKSES KERJA: KERJAKAN YANG MUDAH, BARU YANG SULIT

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Sering kali kita merasa kewalahan menghadapi tumpukan pekerjaan yang seolah tak berujung. Dalam kondisi seperti itu, tak jarang kita terjebak pada kecenderungan untuk langsung menyelesaikan tugas-tugas yang paling sulit terlebih dahulu, dengan harapan segalanya akan terasa lebih ringan setelahnya. Namun, pendekatan ini justru sering membuat mental cepat lelah, motivasi menurun, dan pekerjaan pun tidak tuntas sebagaimana mestinya.

Padahal, ada strategi sederhana namun efektif yang bisa diterapkan: kerjakan yang mudah terlebih dahulu, baru beranjak ke yang sulit. Strategi ini bukan berarti menghindari tantangan, tetapi memberi ruang bagi kita untuk membangun ritme, menciptakan rasa pencapaian awal, dan mengumpulkan energi sebelum menghadapi beban yang lebih berat.

Mengapa harus memulai dari yang mudah? Memulai sesuatu dari yang mudah bukanlah tanda kelemahan atau kemalasan, melainkan strategi cerdas untuk membangun momentum kerja secara bertahap. Tugas-tugas ringan yang diselesaikan lebih dahulu memberi kita dorongan psikologis berupa rasa pencapaian awal, yang pada gilirannya memperkuat motivasi untuk melanjutkan ke pekerjaan yang lebih kompleks. Prinsip ini sejalan dengan teori "small wins" dalam psikologi, yang menekankan pentingnya kemenangan kecil sebagai pemicu keberhasilan yang lebih besar.

Saat kita menyelesaikan sesuatu, sekecil apa pun itu, membuat otak merasakan  senang dan puas. Hal ini menciptakan siklus positif bahwa makin banyak tugas ringan yang kita selesaikan, makin besar rasa percaya diri kita untuk menaklukkan tantangan berikutnya. Strategi ini juga membantu kita menghindari kebuntuan akibat overthinking terhadap hal-hal sulit.

Dengan memulai dari apa yang paling bisa kita tangani terlebih dahulu, kita mengaktifkan energi kerja secara alami, meretas kebuntuan, dan menjaga produktivitas tetap mengalir. Maka tak mengherankan jika banyak tokoh sukses menerapkan pola serupa dalam manajemen waktu mereka, bukan karena tak mampu mengerjakan hal sulit lebih dahulu, melainkan karena mereka tahu cara paling bijak untuk menjaga stamina kerja dalam jangka panjang.

Input gambar: ciptainsanaktif.com
Input gambar: ciptainsanaktif.com
Pandangan tentang pentingnya memulai dari yang mudah sebelum menghadapi tugas yang sulit juga didukung oleh para ahli. Salah satunya adalah James Clear, penulis buku Atomic Habits, yang menekankan bahwa kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten mampu menghasilkan perubahan besar dalam jangka panjang. Ia menyarankan untuk memulai dari tindakan-tindakan sederhana agar otak tidak merasa terintimidasi, karena keberhasilan awal, betapapun kecilnya dapat memicu rasa percaya diri dan memperkuat motivasi. Selain itu, David Allen menyatakan bahwa menyelesaikan tugas-tugas kecil terlebih dahulu dapat membantu "membersihkan" pikiran dari beban yang tak perlu, sehingga kita bisa fokus penuh ketika mengerjakan hal-hal yang lebih kompleks.

Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan banyak orang adalah langsung menghadapi tugas yang paling sulit di awal. Meski terlihat seperti sikap berani dan ambisius, pendekatan ini kerap berujung pada kelelahan mental yang cepat dan menurunnya semangat sebelum pekerjaan benar-benar tuntas. Ketika seseorang memulai dengan beban berat, energi yang seharusnya bisa didistribusikan secara bijak justru habis di awal, membuat pekerjaan berikutnya terasa semakin berat.

Tak jarang, tekanan dari tugas sulit ini malah menimbulkan stres, rasa cemas, bahkan keinginan untuk menunda-nunda alias prokrastinasi. Akibatnya, produktivitas merosot dan hasil pekerjaan pun jauh dari maksimal. Padahal, dengan memulai dari yang mudah, kita bisa menciptakan ritme kerja yang lebih stabil dan menjaga daya tahan konsentrasi hingga tugas tersulit pun dapat diselesaikan dengan lebih tenang dan terukur.

Input gambar: gurupenyemangat.com
Input gambar: gurupenyemangat.com
Strategi "kerjakan yang mudah, baru yang sulit" dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari dunia kerja, pendidikan, hingga urusan rumah tangga. Di lingkungan profesional, misalnya, karyawan yang memulai hari dengan menyelesaikan email singkat, laporan sederhana, atau tugas rutin lainnya cenderung lebih siap mental saat harus menghadapi rapat penting atau proyek besar di kemudian hari. Dalam dunia pendidikan, siswa yang mengerjakan soal-soal mudah terlebih dahulu akan membangun kepercayaan diri dan pemahaman dasar sebelum mencoba soal-soal sulit yang membutuhkan konsentrasi lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun