STRATEGI SUKSES KERJA: KERJAKAN YANG MUDAH, BARU YANG SULIT
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Sering kali kita merasa kewalahan menghadapi tumpukan pekerjaan yang seolah tak berujung. Dalam kondisi seperti itu, tak jarang kita terjebak pada kecenderungan untuk langsung menyelesaikan tugas-tugas yang paling sulit terlebih dahulu, dengan harapan segalanya akan terasa lebih ringan setelahnya. Namun, pendekatan ini justru sering membuat mental cepat lelah, motivasi menurun, dan pekerjaan pun tidak tuntas sebagaimana mestinya.
Padahal, ada strategi sederhana namun efektif yang bisa diterapkan: kerjakan yang mudah terlebih dahulu, baru beranjak ke yang sulit. Strategi ini bukan berarti menghindari tantangan, tetapi memberi ruang bagi kita untuk membangun ritme, menciptakan rasa pencapaian awal, dan mengumpulkan energi sebelum menghadapi beban yang lebih berat.
Mengapa harus memulai dari yang mudah? Memulai sesuatu dari yang mudah bukanlah tanda kelemahan atau kemalasan, melainkan strategi cerdas untuk membangun momentum kerja secara bertahap. Tugas-tugas ringan yang diselesaikan lebih dahulu memberi kita dorongan psikologis berupa rasa pencapaian awal, yang pada gilirannya memperkuat motivasi untuk melanjutkan ke pekerjaan yang lebih kompleks. Prinsip ini sejalan dengan teori "small wins" dalam psikologi, yang menekankan pentingnya kemenangan kecil sebagai pemicu keberhasilan yang lebih besar.
Saat kita menyelesaikan sesuatu, sekecil apa pun itu, membuat otak merasakan  senang dan puas. Hal ini menciptakan siklus positif bahwa makin banyak tugas ringan yang kita selesaikan, makin besar rasa percaya diri kita untuk menaklukkan tantangan berikutnya. Strategi ini juga membantu kita menghindari kebuntuan akibat overthinking terhadap hal-hal sulit.
Dengan memulai dari apa yang paling bisa kita tangani terlebih dahulu, kita mengaktifkan energi kerja secara alami, meretas kebuntuan, dan menjaga produktivitas tetap mengalir. Maka tak mengherankan jika banyak tokoh sukses menerapkan pola serupa dalam manajemen waktu mereka, bukan karena tak mampu mengerjakan hal sulit lebih dahulu, melainkan karena mereka tahu cara paling bijak untuk menjaga stamina kerja dalam jangka panjang.
Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan banyak orang adalah langsung menghadapi tugas yang paling sulit di awal. Meski terlihat seperti sikap berani dan ambisius, pendekatan ini kerap berujung pada kelelahan mental yang cepat dan menurunnya semangat sebelum pekerjaan benar-benar tuntas. Ketika seseorang memulai dengan beban berat, energi yang seharusnya bisa didistribusikan secara bijak justru habis di awal, membuat pekerjaan berikutnya terasa semakin berat.
Tak jarang, tekanan dari tugas sulit ini malah menimbulkan stres, rasa cemas, bahkan keinginan untuk menunda-nunda alias prokrastinasi. Akibatnya, produktivitas merosot dan hasil pekerjaan pun jauh dari maksimal. Padahal, dengan memulai dari yang mudah, kita bisa menciptakan ritme kerja yang lebih stabil dan menjaga daya tahan konsentrasi hingga tugas tersulit pun dapat diselesaikan dengan lebih tenang dan terukur.