Ketiga, mereka menjadi saksi di tengah generasi yang menjauh dari Allah. Ketika dunia sekitarnya menolak kebenaran dan hidup dalam dosa, Nuh tetap teguh menjadi pembawa pesan keselamatan. Demikian pula keluarga Kristen masa kini dipanggil menjadi teladan dalam tutur kata, perbuatan, dan kasih, agar orang lain melihat cahaya Kristus melalui hidup mereka. Keluarga yang bergaul dengan Allah bukan hanya menikmati berkat rohani, tetapi juga memancarkan terang iman yang menghidupkan bagi sesama di sekelilingnya.
Ketaatan Nuh yang total kepada firman Allah mengajarkan bahwa berkat dan keselamatan tidak datang dari kekuatan manusia, melainkan dari penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Dengan meneladani Nuh, setiap keluarga beriman dapat menjadi bahtera rohani yang kuat, tempat kasih, iman, dan pengharapan bertumbuh di tengah gelombang zaman yang terus berubah.
Seperti Nuh, mari setiap keluarga Kristen terpanggil untuk membangun "bahtera rohani" di tengah gelombang dosa dan arus kehidupan modern yang sering menenggelamkan nilai-nilai iman. Dunia saat ini mungkin tidak lagi dipenuhi air bah secara fisik, tetapi banjir kesibukan, kepentingan diri, dan keinginan duniawi dapat dengan mudah membuat kita hanyut menjauh dari Allah. Karena itu, bergaul dengan Allah bukanlah sekadar kegiatan rohani sesaat, melainkan perjalanan iman yang terus-menerus berjalan bersama-Nya setiap hari dalam kasih, iman, dan ketaatan. Di dalam persekutuan yang intim dengan Allah, keluarga menemukan arah, kekuatan, dan damai yang sejati.
Hanya dengan menempatkan Tuhan di pusat kehidupan, keluarga akan mampu bertahan dari badai ujian dan tetap teguh dalam kasih karunia-Nya. "Keluarga yang bergaul dengan Allah tak akan tenggelam, sebab tangan-Nya sendiri yang menuntun di tengah arus dunia." Kiranya setiap keluarga Kristen terus bersekutu dengan Tuhan, memperbarui iman, dan meneguhkan kasih di dalam setiap langkah kehidupan.
Selamat bersekutu dan berefleksi di minggu pertama bulan Oktober, bulan yang secara khusus ditetapkan oleh GMIT sebagai Bulan Keluarga. Momen ini menjadi waktu yang berharga bagi setiap keluarga Kristen untuk kembali menata relasi dengan Tuhan dan sesama anggota keluarga. Di tengah kesibukan dan tuntutan hidup, Bulan Keluarga mengingatkan kita bahwa rumah adalah tempat pertama di mana kasih Allah seharusnya dirasakan dan diwujudkan.
Bersekutu melalui doa bersama, membaca firman, serta membangun komunikasi yang saling menghargai, keluarga diajak untuk memperbaharui komitmen sebagai persekutuan kecil yang hidup dalam kasih Kristus. Kiranya refleksi di bulan yang penuh makna ini meneguhkan setiap keluarga untuk semakin bergaul dengan Allah, saling menopang dalam kasih, dan menjadi saksi terang-Nya di tengah dunia.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI