MENGUATKAN KEPSEK DAN GURU LEWAT SUPERVISI HUMANIS REFLEKTIF
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Input gambar: dokpri, pendamping sekolah sedang berbicara dengan kepsek dan seorang guruÂ
Pendamping satuan pendidikan memiliki peran strategis dalam memastikan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah binaannya. Kehadirannya bukan hanya sebagai pengawas formalitas administratif, melainkan sebagai mitra yang mendampingi, membimbing, serta mengarahkan kepala sekolah dan guru agar mampu menata proses belajar-mengajar secara lebih bermakna. Melalui kegiatan supervisi, pendamping menghadirkan ruang dialog, evaluasi, dan refleksi yang menjadi jembatan bagi sekolah untuk terus meningkatkan mutu. Di sinilah letak nilai penting supervisi, yakni sebagai upaya kolektif membangun ekosistem pendidikan yang sehat, kolaboratif, dan berorientasi pada perkembangan peserta didik.
Dalam konteks itulah, supervisi di sekolah tidak boleh dipandang sebatas instrumen kontrol yang kaku. Justru, ia harus dimaknai sebagai sebuah kesempatan untuk saling belajar, mendengarkan, dan menguatkan. Kepala sekolah dan guru adalah aktor utama yang setiap hari berhadapan langsung dengan dinamika kelas dan tantangan pendidikan. Mereka membutuhkan ruang aman untuk berdiskusi, merenung, sekaligus mendapatkan masukan yang konstruktif.
Input gambar: dokpri, pendamping sekolah bersama kepsek
Maka, supervisi yang dilakukan oleh pendamping satuan pendidikan menjadi relevan ketika dikemas secara humanis dan reflektif. Humanis, karena menekankan empati dan penghargaan terhadap martabat pendidik. Reflektif, karena memberi ruang bagi kepsek dan guru untuk meninjau ulang praktik mereka, menemukan kekuatan, serta merumuskan langkah perbaikan. Dengan demikian, supervisi bukanlah beban, melainkan wahana tumbuh bersama demi menghadirkan pendidikan yang lebih bermakna.
Sebagaimana yang dilakukan oleh pendamping satuan pendidikan UPTD SMPN 1 Lobalain, Ahmad Koso, S.Pd, supervisi hadir bukan hanya sebagai rutinitas administratif, melainkan sebuah ruang pembinaan yang sarat makna. Kehadirannya menjadi penting karena kepala sekolah dan guru membutuhkan mitra reflektif yang mampu menuntun mereka melihat kekuatan sekaligus keterbatasan diri dalam mengelola pendidikan.
Input gambar: dokpri, pendamping sekolah dengan para guru terkait konsultasi RPPM
Melalui pendekatan yang humanis, supervisi yang dilakukan tidak lagi menakutkan, melainkan membangun rasa percaya diri, membuka ruang dialog, serta menguatkan komitmen bersama untuk meningkatkan mutu belajar-mengajar di sekolah. Dengan demikian, kegiatan supervisi memiliki relevansi mendalam sebagai sarana tumbuh bersama demi menghadirkan pendidikan yang lebih bermakna bagi peserta didik.
Supervisi humanis pada hakikatnya lebih dari sekadar kontrol atau penilaian semata. Pendekatan ini menempatkan dialog sebagai inti proses, bukan hukuman atau teguran yang menekan. Dalam praktiknya, supervisi humanis menekankan pendampingan yang hangat, penuh empati, serta kesediaan untuk mendengar suara kepala sekolah dan guru secara utuh. Dengan demikian, supervisi tidak dimaknai sebagai upaya mencari kesalahan, melainkan sebagai sarana membangun kekuatan, meneguhkan potensi, dan mendorong kepsek serta guru untuk semakin percaya diri dalam menjalankan peran pendidikannya.
Input gambar: dokpri, pendamping sekolah dengan beberapa guru
Supervisi reflektif memberikan ruang bagi kepala sekolah dan guru untuk berhenti sejenak, meninjau kembali apa yang telah dilakukan, serta mengenali kekuatan maupun kelemahan dalam praktik pendidikan sehari-hari. Melalui pendekatan ini, supervisi tidak diposisikan sebagai alat koreksi yang menghakimi, melainkan sebagai media memantik kesadaran diri agar pendidik mampu menemukan solusi dari dalam dirinya sendiri. Praktiknya dapat diwujudkan melalui percakapan reflektif yang terbuka, evaluasi kolaboratif yang menekankan kerja sama, serta tindak lanjut berbasis solusi yang aplikatif. Dengan cara itu, supervisi reflektif bukan hanya memperbaiki praktik mengajar, tetapi juga menumbuhkan kesadaran mendalam tentang pentingnya proses belajar berkelanjutan.
Dampak nyata dari pelaksanaan supervisi humanis reflektif tampak pada meningkatnya kepercayaan diri kepala sekolah dan para guru dalam mengelola tugas serta tanggung jawabnya. Kepala sekolah tidak lagi merasa sendirian dalam memikul beban administrasi maupun kepemimpinan, sebab melalui pendampingan yang diberikan oleh Ahmad Koso,S.Pd, mereka memperoleh masukan yang konstruktif, misalnya dalam penyusunan kurikulum sekolah yang lebih komprehensif dan sesuai kebutuhan. Hal ini menumbuhkan keyakinan bahwa setiap langkah perbaikan bukan sekadar tuntutan birokratis, melainkan bagian dari upaya bersama membangun sekolah yang lebih baik.
Input gambar: dokpri, pendamping sekolah mengecek hasil penyusunan kurikulum sekolah
Sementara bagi para guru, proses supervisi berjalan dengan nuansa humanis dan reflektif dalam rancangan pembelajaran deep learning, sehingga kritik tidak dirasakan sebagai tekanan, melainkan sebagai saran berharga untuk memperkaya praktik mengajar mereka. Melalui pola dialog, empati, dan tindak lanjut yang solutif, lahirlah budaya belajar berkelanjutan di lingkungan sekolah, di mana setiap guru terbuka untuk saling berbagi pengalaman, menerima masukan, dan memperbaiki diri.
Lihat Pendidikan Selengkapnya