MEMBANGKITKAN SEKOLAH RAKYAT, APA YANG MEMBEDAKAN DENGAN SEKOLAH UMUM?
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Sekolah Rakyat diharapkan menjadi alternatif pendidikan yang fleksibel, berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan berbasis nilai-nilai gotong royong. Inisiatif ini juga menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam mengurangi angka putus sekolah serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Namun, muncul pertanyaan besar: apa yang membedakan Sekolah Rakyat ini dengan sekolah umum yang sudah ada?
Pemerintah, di bawah kepemimpinan Prabowo, menargetkan pembangunan 200 Sekolah Rakyat sebagai bagian dari upaya meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Hingga saat ini, sebanyak 53 Sekolah Rakyat telah siap beroperasi dan akan mulai menerima siswa pada tahun ajaran baru. Inisiatif ini sejalan dengan visi untuk memberikan kesempatan belajar yang lebih merata, terutama bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera yang selama ini kesulitan mengakses pendidikan formal.
Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan berkualitas, sehingga keberadaan Sekolah Rakyat di setiap kabupaten/kota menjadi kebutuhan mendesak. Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan biaya yang lebih terjangkau, Sekolah Rakyat diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengurangi angka putus sekolah dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Sejauh ini, pemerintah telah menyiapkan dua model pembangunan Sekolah Rakyat guna memperluas akses pendidikan bagi masyarakat miskin dan miskin ekstrem. Model pertama adalah revitalisasi aset, yaitu memanfaatkan aset yang sudah ada, seperti milik Kementerian Sosial, pemerintah daerah, perguruan tinggi, BUMN, dan swasta, yang dinilai masih representatif untuk dijadikan sekolah. Renovasi yang dilakukan bersifat terbatas, hanya untuk melengkapi sarana dan prasarana sekolah serta asrama bagi siswa.
Model kedua adalah pembangunan baru di atas lahan seluas 5 hingga 10 hektar, yang berasal dari aset pemda, perguruan tinggi, BUMN, atau swasta. Kompleks ini dirancang lebih modern dengan konsep tower sekolah, tower asrama (putra/putri), gedung kantor, serta perumahan guru. Selain fasilitas utama, Sekolah Rakyat juga akan dilengkapi dengan ruang terbuka hijau (RTH), sarana olahraga, klinik, tempat ibadah, serta laboratorium, sesuai dengan standar sekolah nasional. Dengan dua pendekatan ini, diharapkan Sekolah Rakyat dapat menjadi solusi nyata untuk meningkatkan pemerataan pendidikan bagi masyarakat.
Penting dipahami bahwa antara Sekolah Rakyat dan Sekolah Umum memiliki perbedaan mendasar dalam berbagai aspek, mulai dari filosofi pendidikan, kurikulum, metode pengajaran, hingga aksesibilitas bagi masyarakat. Sekolah Rakyat bertujuan memberikan kesempatan belajar bagi semua kalangan, terutama mereka yang kurang mampu atau berada di daerah terpencil. Model pendidikannya lebih fleksibel, berbasis kebutuhan komunitas, serta menekankan pembelajaran yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan Sekolah Umum, yang umumnya mengikuti standar kurikulum nasional yang telah ditetapkan pemerintah, Sekolah Rakyat lebih adaptif dan memungkinkan pengajaran berbasis kearifan lokal serta keterampilan praktis. Selain itu, dari segi tenaga pengajar, Sekolah Umum memiliki guru-guru yang telah bersertifikasi dengan sistem administrasi pendidikan yang formal, sedangkan Sekolah Rakyat sering kali mengandalkan tenaga pendidik dari relawan, tokoh masyarakat, atau praktisi di bidang tertentu yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan.
Perbedaan lain terletak pada aksesibilitas dan biaya, di mana Sekolah Rakyat umumnya lebih inklusif dan tidak membebankan biaya pendidikan yang tinggi, bahkan dalam beberapa kasus digratiskan, sementara Sekolah Umum, terutama yang swasta atau berbasis internasional, bisa memiliki biaya yang cukup tinggi tergantung pada fasilitas dan kurikulum yang diterapkan.