Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Pembelajar: Semangat Mencari Tahu, Bukan Menunggu Diberi Tahu

5 Februari 2025   05:38 Diperbarui: 5 Februari 2025   05:38 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: mtsn2poso.sch.id

Meskipun semangat mencari tahu menjadi kunci utama dalam meningkatkan kompetensi guru, kenyataannya masih banyak hambatan yang dihadapi dalam proses tersebut. Salah satu kendala terbesar adalah keterbatasan waktu. Banyak guru harus membagi perhatiannya antara mengajar, menyusun administrasi pembelajaran, menghadiri rapat, serta menangani berbagai tugas tambahan di sekolah. Dengan jadwal yang padat, sulit bagi mereka untuk menyisihkan waktu khusus untuk belajar atau mencari informasi baru secara mandiri. Akibatnya, banyak guru lebih memilih untuk menunggu pelatihan resmi daripada berinisiatif mencari tahu sendiri. Jika budaya ini terus dibiarkan, maka pengembangan kompetensi guru akan berjalan lambat dan kurang responsif terhadap perubahan yang terjadi di dunia pendidikan.

Selain waktu, keterbatasan fasilitas dan akses terhadap sumber belajar juga menjadi hambatan yang signifikan. Di daerah-daerah terpencil, misalnya, tidak semua guru memiliki akses ke internet yang memadai atau bahan bacaan yang berkualitas. Sumber daya yang terbatas ini membuat guru kesulitan mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan, baik dalam hal metode pembelajaran, pemanfaatan teknologi, maupun penerapan kurikulum yang lebih inovatif.

Sementara itu, beberapa guru yang memiliki akses ke internet dan teknologi justru merasa kurang percaya diri dalam menggunakannya, sehingga mereka lebih memilih bertahan dengan metode lama daripada mencoba hal baru. Rasa takut terhadap perubahan dan ketidaktahuan dalam menggunakan teknologi sering kali menjadi penghalang bagi guru untuk mencari tahu lebih jauh tentang berbagai inovasi pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

Tidak hanya itu, pola pikir dan budaya kerja yang cenderung pasif juga menjadi faktor penghambat utama. Masih ada sebagian guru yang terbiasa dengan pendekatan top-down, di mana mereka hanya mengandalkan instruksi dari atasan atau menunggu kesempatan pelatihan yang difasilitasi oleh pemerintah atau sekolah. Sikap ini membuat mereka kurang memiliki inisiatif untuk mengeksplorasi pengetahuan baru secara mandiri. Padahal, dengan perkembangan dunia pendidikan yang begitu cepat, bergantung pada pelatihan resmi saja tidak cukup.

Guru yang tidak memiliki semangat untuk mencari tahu akan tertinggal oleh perubahan zaman, sementara siswa yang mereka didik terus berkembang dengan berbagai informasi yang mereka akses dari luar sekolah. Oleh karena itu, perlu ada perubahan pola pikir yang menekankan bahwa belajar adalah bagian dari tanggung jawab seorang pendidik, bukan sekadar kewajiban yang harus dipenuhi saat ada tuntutan tertentu. Dengan mengatasi hambatan-hambatan ini, guru dapat lebih mudah mengembangkan kompetensinya dan memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa.

Strategi Menumbuhkan Semangat Guru Pembelajar

Untuk menumbuhkan semangat guru pembelajar, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan baik secara individu maupun kolektif. Pertama, memanfaatkan teknologi secara optimal untuk mendukung pembelajaran mandiri. Di era digital ini, guru memiliki akses yang luas terhadap berbagai sumber belajar online, seperti webinar, kursus daring, artikel, dan video pembelajaran yang dapat memperkaya wawasan mereka.

Kedua, membangun komunitas guru yang saling mendukung dan berbagi pengetahuan merupakan langkah yang sangat efektif. Melalui diskusi kelompok atau forum profesional, guru dapat saling bertukar pengalaman, metode pembelajaran, dan tantangan yang mereka hadapi di lapangan. Komunitas seperti ini tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga memberikan motivasi dan inspirasi bagi guru untuk terus berkembang.

Salah satu contoh konkret adalah pembentukan kelompok belajar di tingkat sekolah atau kabupaten yang fokus pada pengembangan kompetensi tertentu, seperti penggunaan teknologi, manajemen kelas, atau pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif. Komunitas ini memberikan ruang bagi guru untuk belajar dari pengalaman sesama, serta membantu mereka merasa lebih terhubung dengan rekan sejawat yang memiliki semangat yang sama.

Ketiga, penting juga untuk menciptakan budaya sekolah yang mendorong pembelajaran sepanjang hayat. Sekolah perlu memberi ruang bagi guru untuk mengembangkan diri, baik melalui pelatihan yang relevan, kegiatan belajar mandiri, maupun kesempatan untuk bereksperimen dengan metode pembelajaran baru. Dukungan dari pimpinan sekolah sangat krusial dalam hal ini, karena kepala sekolah yang memiliki visi untuk menjadikan sekolah sebagai tempat pembelajaran bagi semua warga sekolah akan mendorong guru untuk aktif mencari tahu dan terus berkembang.

Keempat, pemberian penghargaan atau apresiasi terhadap guru yang aktif mengembangkan kompetensinya juga bisa menjadi motivasi tambahan. Hal ini dapat berupa pengakuan atas pencapaian tertentu dalam pengembangan diri atau kesempatan untuk mengikuti konferensi pendidikan yang lebih besar. Dengan demikian, guru merasa dihargai dan didorong untuk terus memperbaiki diri dalam upaya memberikan pendidikan yang lebih baik bagi siswanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun