Mohon tunggu...
Salma Zakiyah
Salma Zakiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekejaman Calon Arang dalam Novel "Cerita Calon Arang" Karya Pramoedya Ananta Toer

25 Juni 2023   16:42 Diperbarui: 25 Juni 2023   17:10 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi pribadi

Calon Arang merupakan seorang tokoh dari novel yang berjudul "Cerita Calon Arang" karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam novel tersebut, Calon Arang digambarkan sebagai sosok wanita janda yang sudah sedikit menua, memiliki sifat yang buruk, kejam, dan memiliki ilmu ajaib. Calon Arang merupakan seorang janda yang sangat kejam, ia sangat suka menganiaya dan menyakiti sesama manusia. Bahkan ia pun tidak segan untuk membunuh dan merampas warga menggunakan teluhnya di dusun tempat ia tinggal, Dusun Girah. Desa Girah merupakan sebuah dusun yang terletah di negara Daha. 

Banyak penduduk Daha yang ketakutan ketika mendengar nama dusun itu, karena disanalah seorang janda bernama Calon Arang tinggal. Calon Arang sangat ditakuti oleh para penduduk, karena jika terdapat penduduk yang salah laku terhadap Calon Arang, maka ia tak segan membunuh orang itu.

Calon Arang memiliki seorang putri bernama Ratna Manggali. Ia merupakan perawan yang berusia 25 tahun, dengan paras cantik yang dimilikinya. Walau cantik dan baik hati, tidak ada pemuda yang berani untuk meminangnya karena takut dengan ibunya, yakni Calon Arang. Ratna Manggali menjadi anak tunggal yang sangat disayangi oleh Calon Arang. Ratna Manggali senantiasa bermain seorang diri, karena ia dijauhi teman-temannya yang takut oleh Calon Arang. Jika Ratna Manggali pergi berjalan-jalan, orang-orang akan menundukkan kepalanya bila berpapasan dengan Ratna Manggali. Setelah berpapasan, mereka akan berkata, "Itulah Ratna Manggali, anak Calon Arang. 

Hati-hati dengan dia, engaku tak boleh sembarangan." (Dalam novel Cerita Calon Arang, halaman 14). Seluruh penduduk negeri membicarakan Calon Arang dan segan terhadap Ratna Manggali. Akibat hal tersebut, Calon Arang pun marah, ia marah sebab anaknya dijauhi para penduduk negeri dan banyak yang tidak suka kepadanya. Ia juga diberi tahu oleh muridnya, bahwa seluruh negeri membicarakan kekejaman dirinya.

Selanjutnya, Calon Arang marah besar karena banyak yang membicarakan dirinya. Ia hendak membunuh seluruh penduduk dusun dengan teluhnya. Calon Arang pun mematangkan niatnya, kemudian ia memanggil para muridnya untuk membantunya dalam mewujudkan niat tersebut. 

Calon Arang memiliki enam muridnya, yakni Weksirsa, Mahisa Wadana, Lendesi, Larung, Guyung, dan Gandi. Sebelum melancarkan aksinya, Calon Arang dan keenam muridnya harus menghadap seorang dewi untuk meminta izin dan meminta segala mantra untuk membunuh. Ia dan keenam muridnya berangkat ke Candi Durga untuk bertemu seorang dewi bernama Durga atau dapat dikenal juga Bagawati, dewi yang menghendaki kerusakan. 

Selama di dalam Candi Durga, Calon Arang memuja sang dewi. Api pengudapan mengepulkan asap tebal, di dalam Candi Durga bau ratus dan pandan wangi semerbak, sebagai tanda pemujaan telah dilaksanakan. Selama pemujaan, keenam murid Calon Arang menari seperti kawanan orang gila. Ada yang menari dengan menjelirkan lidah sepeti ular, ada pula yang mendelik-delik ketakutan. Tak lama, datanglah sang dewi melalui asap pedupaan. Calon Arang dan keenam muridnya pun berjongkok dan menundukkan kepala mereka hingga ke tanah.

Calon Arang pun menyampaikan keinginannya, ia berkata ingin membunuh membangkitkan penyakit dan menggugurkan orang banyak. Dewi Durga pun memberikan izin kepada Calon Arang. Namun, denggan satu syarat, ia tidak boleh menyebarkan penyakit itu kedalam ibukota. Calon Arang pun menyetujui dan berterima kasih karena telah diberikan izin.

Calon Arang sangat gembira, ia dan keenam muridnya pun pulang kerumah untuk merayakan kesenangan itu dengan makan dan minum. Tak lama, timbullah penyakit panas-dingin yang tersebar di seluruh negeri, kecuali ibukota. Tidak ada obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit itu. Ribuan orang dengan cepat menderita rasa sakit itu dan tidak lama mereka akan mati. Penyakit itu terus menerus menelan ratusan nyawa setiap harinya. Bagi orang yang terkena penyakit itu, ia pun akan tertular dan tidak lama akan mati pula. 

Akibat banyaknya nyawa yang gugur, penduduk Daha pun semakin sedikit. Sudah banyak pendeta yang berusaha mencari obat untuk penyakit itu dan berusa menghentikan teluh yang diciptakan Calon Arang, tapi semua itu sia-sia. Tidak ada yang bisa menghentikan Calon Arang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun