Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kata-kata Mujarab Guru SD-ku

7 Januari 2021   22:57 Diperbarui: 7 Januari 2021   23:06 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini bu Ipeh terlihat sibuk sekali menyiapkan sarapan untuk keluarganya, pagi-pagi sekali dia masak masakan yang bau nya sangat menyengat menusuk hidung, padahal azan subuh pun belum terdengar. Bu Ipeh adalah seorang guru di salah satu Sekolah Dasar Negeri di kelurahan Baktijaya Depok, ia adalah guru pelajaran Agama.

Di sekolah bu Ipeh atau Latifah Puspita nama lengkapnya selalu terlihat enerjik ketika mengajar murid-muridnya. Pernah suatu hari ketika beranjak dari ruang guru menuju kelas dengan memasang wajah sumringah dan langkah bersemangat, ketika sampai ia mendapati salah satu muridnya menangis. Dengan nalurinya sebagai ibu yang memiliki anak ia menghampiri muridnya yang menangis.
"kamu kenapa Pande?" tanya bu Ipeh.

Pande adalah nama panggilan salah satu muridnya yang tak memiliki ibu, ia juga dikenal sebagai murid paling pandai di tingkat kelas 3 SD tersebut. Dengan sesegukan Pande menjawab
"tadi di kantin aku diejek bu, mereka bilang aku pelit, nggak pernah ngasih contekan", jawab pande sambil berisak.

Bu Ipeh coba mereda tangis si Pande, "sudahlah Pande kamu ngga salah, dan sebisa mungkin jangan menangis dalam situasi apapun, karena jika laki-laki menangis akan terlihat lemah"
Pande menatap dalam mata gurunya sambil mencoba menghentikan tangisannya. Hatinya menghangat

Bu Ipeh memang bekerja sebagai guru namun tak sekalipun ia melalaikan kewajibannya di rumah melayani suami dan mengurus anak, bu Ipeh juga dikenal sebagai guru teladan, murid-muridnya sangat menyayanginya. Sampai kini usianya sudah lebih dari 66 tahun ia telah pensiun dari pekerjaannya, namun murid-murid yang pernah diajarinya selalu mengingatnya.

Tentu kini Pande pun telah dewasa, ia mempertahankan prestasi-prestasinya, dan bu Ipeh menurutnya adalah pahlawannya. Pande tak pernah menangis sejak kejadiannya waktu SD dulu. Ia tumbuh menjadi laki-laki yang tegar, berani dan penyayang
Suatu malam terngiang di lamunannya sebelum tidur

"sebisa mungkin jangan menangis karena jika laki-laki menangis akan terlihat lemah"
kata-kata itu selalu teringat ole Pande disaat dia sedih, kecewa atau kapanpun di saat ia ingin menangis. Malam itu ia rindu sosok ibu. Ia rindu guru yang dia anggap sebagai pahlawannya.

Keesokan harinya Pande dewasa ingin menemui gurunya itu, ia memutuskan mendatangi rumah bu Ipeh
 

"assalamu'alaykum"
 "wa'alaykumsalam" jawab bapak tua yang telah diketahui Pande bahwa beliau adalah suami bu Ipeh,
"pak saya muridnya bu Ipeh, bu Ipehnya ada pak?", tanya Pande.
"memangnya kamu belum tahu?" jawab suami bu Ipeh sambil mengkerutkan kening
"bu Ipeh telah meninggal dua hari yang lalu" terusnya.

Mendengar jawaban suami bu Ipeh Pande tertegun dan terus bertanya tak percaya, sampai tak sadar, matanya berkaca-kaca ia sangat menyesal karena baru hari ini mendatangi rumah bu Ipeh yang kini telah tiada, beberapa saat dengan sikap manusia dewasa yang berbela sungkawa kemudian ia meneteskan air matanya, tak kuat lagi menahan tangis.
"sebisa mungkin jangan menangis, karena jika laki-laki menangis akan terlihat lemah" kata-kata itu terus terngiang tapi kali ini justru membuatnya menangis.

Jakarta_2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun