Mohon tunggu...
Salman Faris
Salman Faris Mohon Tunggu... Blogger, Vlogger

Suka menulis di blog www.salmanbiroe.com, Love to travel around the World www.bluepackerid.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Homestay Rindu Jogokariyan, Digitalisasi yang Tetap Membumi

25 Juli 2025   20:02 Diperbarui: 25 Juli 2025   20:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : unsplash.com

Tak pernah ada habisnya jika membicarakan Yogyakarta. Kota ini selalu berhasil membuat siapa pun ingin kembali. Ada semacam energi lembut yang memeluk sejak kaki pertama kali menginjak Stasiun Tugu. Sepanjang Malioboro, deretan becak dan pedagang batik bersanding akur dengan kafe-kafe kekinian yang mulai ramai. Sore hari, angin hangat menyapa dari arah barat, membawa harum sisa sate dan kopi joss yang tersisa di udara.

Salah satu yang tak pernah saya lewatkan ketika berada di Jogja adalah menyempatkan diri menyusuri Tugu hingga ke Prambanan. Meskipun sudah sering ke sana, pesona bangunan purbakala di Prambanan tetap menggugah hati. Saya bisa duduk berlama-lama di rerumputan sambil menatap langit yang berubah warna, seraya membayangkan kisah cinta Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Jogja memang punya cara sendiri untuk merajut kenangan.

Namun, dari semua yang membuat Jogja istimewa, ada satu kawasan yang pelan-pelan mencuri perhatian saya. Jogokariyan. Sebuah kampung yang bukan sekadar destinasi, tapi rumah bagi pengalaman baru.

Menginap di Jogokariyan, Rumah yang Jadi Cerita

Awalnya, saya hanya ingin mencari penginapan yang dekat dengan pusat kota namun tetap menyuguhkan suasana khas Jogja. Dari rekomendasi seorang teman, saya diarahkan ke sebuah homestay bernama Rindu Jogokariyan. Nama itu langsung menancap di kepala. Rindu, kata yang memang pas menggambarkan Jogja, dan Jogokariyan, kawasan yang terkenal dengan kehidupan warganya yang guyub dan Masjid Jogokariyan yang legendaris.

Homestay ini ternyata menempati bangunan pribadi rumah warga yang dibangun sejak tahun 1980-an. Dari luar, bangunannya memang tampak seperti rumah biasa, namun begitu pintu dibuka, suasana berbeda langsung terasa. Sentuhan tanaman hijau di beberapa sudut membuat atmosfer terasa adem. Nuansa kayu, ornamen sederhana khas rumah Jawa, dan ruang tamu yang dipisahkan untuk menjaga privasi memberikan kesan ramah dan bersahabat.

Ada dua kamar yang disediakan. Kamar utama dilengkapi dengan smart TV dan pendingin ruangan. Dapur mini yang rapi dengan peralatan masak lengkap seolah mengajak saya untuk sesekali memasak mie rebus saat malam tiba. Kamar mandinya bersih dan modern, sangat nyaman untuk ukuran penginapan berbasis rumahan.

Yang paling saya suka adalah Wi-Fi-nya yang kencang. Sebagai seseorang yang kadang perlu bekerja saat traveling, kecepatan internet jadi salah satu hal krusial. Di homestay ini, semua kebutuhan dasar itu terpenuhi, bahkan terasa lebih dari cukup.

Namun, yang membuat tempat ini benar-benar istimewa bukan hanya fasilitasnya, tapi karena berada di Jogokariyan. Sebuah kampung yang begitu hidup. Setiap pagi, saya bisa berjalan kaki ke Masjid Jogokariyan. Masjid yang dikenal tidak hanya karena arsitekturnya yang anggun, tetapi juga karena gerak sosialnya yang masif. Mulai dari pelayanan kesehatan, beasiswa pendidikan, hingga gerakan ekonomi berbasis umat. Semua dilakukan di sini. Ada rasa haru ketika melihat bagaimana agama dan kemanusiaan bertaut erat dalam aktivitas keseharian warga.

Digitalisasi Menginap dan Masa Depan lewat Indibiz

Rupanya, rasa nyaman di homestay ini lahir dari pemikiran pemiliknya yang sudah melek digital. Saya menangkap sinyal bahwa beliau terus menjajaki kemungkinan untuk pengembangan usahanya. Tampaknya, salah satu referensi yang menjadi pertimbangannya adalah platform seperti Indibiz, yang ia lihat sebagai solusi ideal untuk bisnis hospitality skala UKM.

Saat saya membuka website Indibiz.co.id, tampilannya memang sangat ramah pengguna. Desainnya bersih, navigasinya intuitif, dan semua fitur mudah dipahami. Konsep plug and play yang ditawarkan sangat cocok untuk pelaku usaha yang ingin langsung pakai tanpa harus pusing instalasi rumit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun