Pay yang berjasa besar mengantarkan Slank berkenalan dengan Boedi Soesetyo, yang pada akhirnya menjadi manajer Slank. Ceritanya, selain bermain untuk Slank, Pay kadang juga bermain gitar mengiringi artis lain untuk rekaman.
Nah....suatu ketika, Pay mengisi gitar untuk album Nike Ardilla. Saat itu, Nike sedang ditangani produser Ichwan dan Boedi Soesetyo. Setelah tugasnya selesai, Pay menawarkan bandnya sendiri yakni Slank supaya bisa diberi kesempatan untuk rekaman. Ia lantas memperdengarkan demo Slank kepada dua produser ini. Tak disangka, dua orang ini tertarik. Langsung aja Slank pun diajak rekaman. Tapi di tengah jalan, Ichwan mundur. Jadilah Boedi sendirian yang menjadi produser.
Slank pun akhirnya masuk dapur rekaman dan berhasil merilis album pertama yang bertajuk SUIT-SUIT...He...He...(GADIS SEXY). Album yang keluar pada tahun 1990 ini ternyata laku keras. Album ini pun yang membuat Slank mendapatkan penghargaan di BASF Award 1991 sebagai 'Artis Pendatang Baru Terbaik'.
Musiknya yang garang ditambah dengan lirik yang 'semau gue', ternyata disukai banyak orang. "Kami cuma cerita yang ada di sekeliling kami," kata Bimbim, yang memang paling sering memberi ide lirik lagu Slank. Di album pertamanya, Slank juga tanpa sungkan menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya, seperti yang mereka tuangkan dalam lagu yg berjudul 'Memang'.
Walaupun usia para personel Slank pada saat itu masih sangat muda (bahkan Kaka dan Indra pada saat itu masih berusia belasan), Slank mampu mendobrak tradisi lirik musik Indonesia yang bersopan santun dalam tata bahasa. Dalam hal musik,di album pertamanya ini, mereka juga mencampur semua jenis musik. mulai dari rock yang hingar-bingar dalam lagu 'Suit-suit...He...He...He...', blues di lagu 'Apatis Blues', sampai rock manis di lagu 'Maafkan'.
Slank bukan cuma 'semau gue' dalam musik dan lirik lagu2nya, gaya berpakaian mereka pun sembarangan. Sandal jepit, kaus oblong dan celana jins belel (kadang2 celana pendek) adalah 'seragam' sehari-hari mereka pada saat itu.
Bahkan pada saat itu, penampilan keseharian Kaka sang vokalis malah lebih mirip anak gelandangan daripada seorang vokalis grup band terkenal yang digandrungi remaja penggemar musik saat itu. Mereka juga tanpa sungkan memakai 'seragam'nya itu di mana aja.
Pernah, dalam suatu acara penghargaan musik di tahun 90-an, biasanya para artis yang datang mengenakan pakaian dari perancang busana ternama, justru sebaliknya pada saat itu Kaka malah datang dengan memakai kaus kostum timnas sepak bola Brasil, bercelana pendek, dan bersandal jepit.
Boedi ternyata produser yang jeli. Ia melihat gaya anak2 Slank yang se'mau'nya dan tidak mengindahkan aturan ini bisa dijual. Boedi pun lantas mengimbau anak2 Slank agar jangan mengubah gaya berpakaian ataupun gaya hidup mereka. "Kami disuruh jadi diri sendiri. Wah, rasanya senang banget," kata Kaka. "Kami bahkan dilarang membaca buku-buku yang puitis seperti bukunya Kahlil Gibran untuk menulis lagu," Bim-Bim menambahkan. Maka dari itu, semakin menjadilah Slank sebuah band baru dengan semangat pemberontakan. Bukan cuma dalam soal musik, tapi juga untuk urusan gaya hidup.
Pada tahun 1992, Slank mengeluarkan album kedua yg mereka beri nama 'KAMPUNGAN'. Album ini pun laku keras. Gaya musiknya semakin 'semau gue', tapi tetap enak didengar dan menyiratkan kecerdasan bermusik.