"Jujur aja, mental kami (pada saat itu) nggak siap. Tiba-tiba segala hal jadi mudah. Orang-orang yang tadinya nggak asik sama kita, jadi asik." - Bim-Bim, Drumer SLANK -
Pada saat anak2 seusianya pada saat itu bercita-cita jd presiden, dokter atau insinyur, Bimo Setiawan Sidharta (17 tahun) yg akrab dipanggil Bim-Bim justru malah bercita-cita menjadi seorang drummer sampai pada akhirnya ia mulai membentuk grup band Slank 28 tahun silam.
Bim-Bim udah ngerasa bosan terus-menerus membawakan lagu milik orang lain sehingga ia membentuk grup band Slank. Sebelumnya, ia udah pernah membentuk grup band bersama teman2 sekolahnya di Perguruan Cikini yg bernama Cikini Stone Complex (CSC), yang beranggotakan Bim-Bim (Drum), Boy (Gitar), Kiki (Gitar), Abi (Bass), Uti (Vokal) dan Well Welly (Vokal), tapi, ya itu tadi, bisanya cuma membawakan lagu orang lain. "Gue bosen jadi plagiat," begitu kata Bim-Bim.
Mereka sering membawakan lagu2 Rolling Stones yang juga merupakan idola mereka.
Di tengah jalan, beberapa dari mereka keluar dengan berbagai alasan. Dengan diiringi keuletan dan tekad yang kuat dari seorang Bim-Bim untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang drummer sebuah grup band, maka ia pun membentuk sebuah band lagi bersama kedua saudaranya Denny dan Erwan serta mengajak Bongky Marcel sebagai gitaris baru yang pada saat itu tercatat sebagai gitaris Cockpit Junior Band dan mereka memutuskan utk membentuk grup band baru yg dinamakan 'Red Evil' dg formasi Bim-Bim (Drum), Bongky (Gitar), Kiki (Gitar), Denny (Bass), dan Erwan (Vokal) dan merekapun udah mulai berani memainkan lagu2 mereka sendiri.
Penampilan mereka yang cenderung slenge'an dan seadanya diatas panggung, membuat para penonton dan teman2 mereka menyebut mereka band slenge'an dan mulai saat itulah nama band mereka berubah menjadi SLANK. Sebenarnya, Slank dibentuk dengan tujuan sederhana yaitu bisa manggung dg lagu sendiri dan berharap bisa masuk dapur rekaman.
Tapi, meski udah membuat lagu sendiri, mereka ga bisa dengan mudah masuk dapur rekaman. Lima anak muda ini udah mendatangi beberapa perusahaan rekaman, tapi ga satu pun yang ambil peduli. "Alasannya, musik kami nggak bisa dijual," kenang Bim-Bim.
Saat itu dunia rekaman Indonesia sedang ramai dengan musik rock-nya Nicky Astria dan Ikang Fawzy, pop kreatifnya Dedi Dhukun, dan juga pop melankolisnya Rinto Harahap plus Obbie Mesakh. Musik Slank yg ga masuk tiga kategori itu dianggap ga bisa menghasilkan keuntungan. Slank sempat frustrasi. Lantas mereka mencoba berkompromi dengan selera pasar. "Kami membuat lagu rock yang mirip-mirip lagunya Ikang Fawzy," kata Bim-Bim. Sayangnya, meski udah kompromi begitu, lagu-lagu Slank tetap dinilai ga layak rekaman. Alasannya sama yaitu tidak komersil.
Selama menawarkan demo rekamannya itu, personel Slank pun berganti-ganti. Alasannya beragam, ada yang pengen meneruskan sekolah atau juga ada yang capek dengan kondisi band yang gitu-gitu aja. Pergantian personel emang udah menjadi kebiasaan dalam band ini, bahkan ada formasi Slank yang dibentuk khusus cuma untuk manggung disebuah acara 'hajatan'.
Tercatat udah sekitar 13 kali Slank mengalami gonta-ganti personel. Bersama Bongky, Bim-Bim masih terus bertahan mengibarkan bendera Slank dan terus-menerus gonta-ganti personel, hingga akhirnya mereka bertemu dg Parlin Burman Siburian (Pay), Indra Chandra Setiadi (Indra Qadarsih) dan Akhadi Wira Satriaji (Kaka) yang juga merupakan sepupu dari Bim-Bim dan kemudian merekapun bergabung bersama Bim-Bim dan Bongky didalam Slank.
Setelah melalui proses yang sangat panjang, pada akhir tahun 1980-an, Slank dg formasi Bim-Bim (Drum), Bongky Marcell (Bass), Pay (Gitar), Kaka (Vokal), dan Indra Qadarsih (Keyboard) yang akhirnya berhasil membawa Slank masuk ke dapur rekaman.