Mohon tunggu...
Salamuddin Uwar
Salamuddin Uwar Mohon Tunggu... Penikmat Air Putih

Smart and Good Citizenship

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Ketahanan Budaya Wandan

19 Mei 2025   08:47 Diperbarui: 19 Mei 2025   08:47 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Wandan Culture)

Keberhasilan orang-orang Wandan dalam perniagaan membantu menegaskan keberadaan mereka sebagai satu komunitas budaya. Melalui hasil cipta karya mereka, orang-orang Wandan menegaskan diri sebagai sebuah entitas yang tidak tergerus oleh arus modernisasi. Mereka telah membuktikan pada masa lalu, bahwa mereka bisa survive di tengah upaya penghapusan entitas mereka sebagai sebuah suku bangsa oleh sebuah koloni perdagangan yang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Orang-orang Wandan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Kini, orang-orang Wandan tidak hanya menjadi pelaku niaga semata, tapi mereka telah memasuki hampir semua ruang sosial, baik sebagai birokrat, politisi, akademisi, guru, tenaga kesehatan hingga seniman. Tentu saja, kondisi ini berangkat dari keyakinan orang-orang Wandan bahwa mereka mampu beradaptasi dalam situasi dan kondisi apa pun di tengah arus modernisasi. Keyakinan diri orang-orang Wandan berdasarkan pada budaya yang dimilikinya. Hal ini terbukti dengan berbagai peran penting mereka dalam kehidupan sosial maupun politik di tengah arus modernisasi yang melanda Maluku maupun Indonesia.

Dalam kehidupan sosial yang modern, sudah barang tentu banyak kebudayaan yang bertemu pada satu ruang sosial yang sama, sehingga hal ini berdampak terhadap daya tahan budaya etnisitas tertentu. Namun di tengah arus modernisasi saat ini, orang-orang Wandan masih setia dan memegang teguh pada warisan budaya yang mereka miliki. Hanya saja, perlu diakui bahwa dampak dari arus modernisasi ikut mengikis ketahanan budaya Wandan, sehingga sebagian generasi muda Wandan saat ini teralienasi dari kebudayaannya sendiri. Hal ini tentu saja mengkhawatirkan, sehingga sangat diperlukan membangun kesadaran kolektif sejak dini pada generasi muda Wandan tentang pentingnya meletarikan budaya Wandan pada masa yang akan datang.

Melestarikan Budaya Wandan

Di era modrenisasi seperti saat ini, sangat diperlukan untuk membangun kesadaran pada generasi muda agar menjaga serta melestarikan tatanan budaya Wandan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Meutia Hatta, bahwa apabila berbicara mengenai ketahanan budaya, maka pada dasarnya kita juga berbicara tentang pelestarian secara dinamis dengan upaya-upaya yang lebih khusus agar ketahanan budaya tetap terjaga dengan baik.

Di kalangan orang-orang Wandan sendiri, sudah ada kesadaran dari anak-anak muda Wandan dalam menjaga serta melestarikan budaya daerahnya. Hanya saja, dalam konteks tertentu anak-anak muda ini tidak memahami yang mana menjadi akar budaya mereka, sehingga cenderung kebablasan dalam mengasosiasikan warisan budaya Wandan. Misalnya anak-anak muda Wandan yang tergabung dalam komunitas Wandan Culture, mereka lebih cenderung mempromosikan tarian Samrah sebagai budaya Wandan, padahal tarian Samrah tidak begitu memiliki akar yang kuat dalam tradisi budaya Wandan. Pada akhirnya, orang-orang lebih cenderung mengasosiasi tarian Samrah sebagai bagian dari kebudayaan Wandan. Padahal, banyak sekali budaya luhur orang-orang Wandan yang perlu diangkat dan dijadikan sebagai sarana syiar dan promosi sekaligus sebagai bagian dari upaya menjaga serta melestarikan budaya Wandan.

Di lain sisi, upaya menjaga serta melestarikan kebudayaan Wandan bukan hanya menjadi tanggungjawab sepihak orang-orang Wandan saja, tetapi menjadi tanggungjawab semua pihak yang terkait, terutama Negara, karena Negara memiliki tangungjawab konstitusional untuk menjaga serta melestarikan budaya bangsa. Di tingkat lokal, peran ini juga mesti diambil oleh pemerintah daerah sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat untuk menjaga serta melestarikan kebudayaan daerah sebagai aset kebudayaan nasional.

Pada akhirnya, penjaga benteng pertahanan kebudayaan terakhir ada pada orang-orang Wandan sebagai pemilik dan pewaris. Orang-orang Wandan mesti membangun kesadaran kolektif tentang pentingya menjaga dan melestarikan warisan budaya Wandan sebagai aset yang tak ternilai harganya, mengingat kebudayaan Wandan bukan hanya sebatas hasil karya para leluhur, tetapi lebih dari itu kebudayaan Wandan telah melewati berbagai tempat dan fase kehidupan yang berat, sehingga keberadaannya perlu dijaga serta dilestarikan hingga generasi mendatang. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun