Mohon tunggu...
salam
salam Mohon Tunggu... Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Saya adalah mahasiswa semester 4 yang aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan dan memiliki ketertarikan kuat di bidang kepenulisan, khususnya artikel berita dan jurnalistik kampus. Berbekal pengalaman dalam kegiatan UKM dan kepanitiaan, saya terbiasa bekerja dalam tim, memimpin program, serta mendokumentasikan berbagai kegiatan melalui tulisan. Menulis bagi saya bukan hanya hobi, tapi juga sarana untuk menyuarakan hal positif, menyebarkan informasi, dan membangun jejaring. Saya terus belajar untuk meningkatkan kemampuan menulis, komunikasi, serta berpikir kritis agar dapat memberi kontribusi nyata, baik di lingkungan kampus maupun di media publik seperti Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Racun sangga bukan sekedar mitos, mahasiswa UMBJM Ungkap fakta di baliknya melalui PKM RSH

2 Oktober 2025   21:28 Diperbarui: 2 Oktober 2025   20:30 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjarmasin – Racun Sangga, praktik ilmu hitam yang dikenal luas di Kalimantan, kembali ramai diperbincangkan. Fenomena yang selama ini hidup dalam tradisi lisan masyarakat, kini mendapat perhatian serius dari kalangan akademisi.


Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) melakukan penelitian mendalam terkait Racun Sangga. Tim ini diketuai Abdus Salam dengan anggota Hamidatul Janah, Amalia, Ananda Yasyfa Nurhaliza Sugita, dan Muhammad Farid Fikriansyah. Mereka menggunakan pendekatan etnografi dengan tinggal bersama warga, mewawancarai korban, tokoh adat, tenaga medis hingga tokoh agama.

“Korban Racun Sangga biasanya mengalami gejala mirip infeksi kulit, seperti gatal-gatal, muncul bintik berisi cairan, bahkan nyeri hebat. Namun, hasil laboratorium tidak menemukan penyebab yang jelas. Hal ini yang membuat kami tertarik untuk menelitinya lebih jauh,” ungkap Abdus Salam, ketua tim riset.

Wawancara dengan dokter kulit
Wawancara dengan dokter kulit

Racun Sangga sendiri dipercaya dikirim melalui perantara khodam atau jin oleh seorang dukun dengan bantuan ritual, mantra, dan sesajen tertentu. Konon, semakin kuat ritual dilakukan, semakin berat pula penderitaan korban.

Hasil riset tim PKM-RSH UMB menemukan tiga dimensi utama fenomena Racun Sangga, yakni: medis (luka mirip infeksi tanpa sebab medis), psikologis (ketakutan, kecemasan, trauma), dan spiritual (dipandang sebagai kutukan atau sihir yang dilarang dalam ajaran Islam).

“Fenomena ini menunjukkan bahwa kesehatan fisik, mental, dan spiritual masyarakat saling berkaitan. Racun Sangga bukan sekadar mitos, melainkan realitas sosial yang nyata di Kalimantan,” tambah salah satu anggota tim.

Penelitian ini juga menyingkap sisi lain Racun Sangga yang sarat nilai kultural. Ia mencerminkan cara masyarakat menafsirkan sakit, mencari penjelasan saat medis tak mampu memberi jawaban, sekaligus menunjukkan kuatnya hubungan budaya, keyakinan, dan kesehatan.

Dengan temuan ini, tim PKM UMB berharap lahir pemahaman yang lebih komprehensif serta ruang dialog antara kearifan lokal, ilmu kedokteran, dan nilai spiritual. Harapannya, masyarakat tidak lagi terjebak stigma maupun ketakutan, tetapi mampu menyikapi Racun Sangga dengan lebih rasional, bijak, dan berlandaskan iman.

Wawancara dengan psikologi
Wawancara dengan psikologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun