Mohon tunggu...
Fransisca Indra
Fransisca Indra Mohon Tunggu... -

Seorang guru tk yang suka jalan-jalan, makan mi ayam, dan berteman dengan siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudah Terbiasa Antre

18 September 2017   23:35 Diperbarui: 18 September 2017   23:53 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antre untuk memanjat tangga majemuk (Dokumentasi Pribadi)

Judul Sudah Terbiasa Antre itu rasanya kok pasif ya? Terbiasa? Ya, terbiasa! Itu karena saya sedang bicarakan tentang anak-anak. Anak-anak belajar dari suatu pembiasaan, belum masanya untuk berpikiran abstrak. Namun, sebelum ngomong panjang lebar saya perkenalkan diri saya dahulu ya. Saya berprofesi sebagai Guru TK di sekolah swasta di Bandar Lampung, Lampung. Sebelum terjun di dunia pendidikan anak-anak, memang passion saya adalah anak-anak. Saya juga sedikit paham ilmu psikologi anak. 

Nah, cocok! Jadi, tema-tema yang akan saya bahas di blog ini tentu saja berkaitan dengan anak dan pendidikan berdasarkan literatur maupun pengalaman yang telah saya terima.

Yak, kali ini saya akan membahas tentang antre. Seperti yang sudah saya tulis di atas, anak-anak memulai pembelajaran dari suatu pembiasaan. Pertama, pengenalan lalu pembiasaan. Lambat laun mereka akan mengerti maksud dari perilaku tertentu yang sudah biasa mereka lakukan. Asal, konsisten dan diberi pemahaman yang masuk akal. Plis, ga pake mitos-mitos yang diawali kata pamali gitu ya soalnya bisa teringat sampai dewasa kan berabe kalau info yang didapat ternyata HOAX (pengalaman saya banget nih T.T ). 

Bagi saya perilaku mengantre itu penting sekali. Banyak manfaatnya, misal melatih kesabaran, peduli orang lain (bukan hanya mikirin diri sendiri), bahkan menjaga situasi tetap aman terkendali. Saya paling sebal kalau ada orang yang tiba-tiba menolak antre sehingga merugikan orang lain. Nah, oleh karena itu saya menekankan anak untuk belajar antri. Memang tidak mudah untuk mengajari mereka antre tapi saya optimis dan konsisten dalam menjalankan program ini. 

Perilaku mengantre yang pertama diterapkan adalah antre baris sebelum masuk kelas. Sebelum adanya program antre ini, anak-anak sering berebut baris di depan agar dapat digandeng oleh Ibu Guru. Namun, di kelas ditekankan selalu bahwa yang berbaris di paling depan adalah anak yang datang terlebih dahulu sebelum anak lainnya. Pada awalnya, memang anak-anak masih ada yang suka bertengkar berebut barisan namun lambat laun mereka sudah mengerti tentang posisi barisan mereka seharusnya. Lebih-lebih ketika ada anak yang sengaja mendahului barisan (nyerobot), anak-anak lainnya tidak segan untuk menegur si anak. Sanksi sosial dari teman-temannya ternyata sangat ampuh sehingga anak tersebut kembali menempati posisi barisan yang semestinya. 

Program antri saya usahakan di setiap kesempatan agar mereka terbiasa. Pada saat cuci tangan, mengambil pensil, mengumpulkan hasil kegiatan, berjalan keluar kelas, mencoret bentuk di papan tulis, lompat ban, meniti dan segala kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk menerapkan program antre. Program ini sudah berjalan lebih dari satu tahun dan hasilnya tidak membohongi proses.

Anak-anak sepertinya sudah menyatu dengan perilaku mengantre karena pada saat mengantre mereka tampak enjoy, tidak terburu-buru ataupun marah-marah. Mereka sabar menunggu giliran. Kalau sudah begini, tugas Bu Guru pun jadi lebih mudah dalam memberikan instruksi, situasi kelas terkendali, dan yang paling utama adalah penanaman nilai bahwa antre itu penting. 

Bayangkan ketika tidak ada penanaman nilai pentingnya antre, ketiadaan pemahaman tentang antre akan dibawa hingga dewasa. Bayangkan saja, ketika seorang anak dari usia dini hingga dewasa tidak mau mengantre apa yang terjadi? Kemungkinan mereka kurang menghargai orang lain, tidak sabar, merugikan orang lain, membuat ricuh keadaan (pada saat antre) dan yang pasti membuat kesal orang lain. Lagi lagi saya semakin menyadari bahwa pendidikan anak usia dini itu begitu mempengaruhi diri seseorang ketika dewasa. *keep strong Bu Guru :)

Oiya, terkadang saya berpikir apakah mungkin dari ketiadaan penanaman nilai tentang pentingnya antre dapat menyebabkan seseorang melakukan korupsi karena ia sudah terbiasa mengambil posisi orang lain?

(Maaf kalau tulisan masih berantakan, harap maklum ; newbie nih :D )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun