Mohon tunggu...
sakuraUME Ina
sakuraUME Ina Mohon Tunggu... Wiraswasta - umeume

Just a person who likes writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Soul (Jiwa yang Telah Terbuka)

17 Januari 2021   06:21 Diperbarui: 17 Januari 2021   06:57 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu semua nampak berkumpul di ruang TV setelah Sekar penghuni kamar lantai bawah berteriak dan membuat semua isi kosan menjadi gempar. Saat ditanya, dia bercerita saat menonton TV tadi ada sosok yang duduk menemaninya; wanita berambut putih abu-abu, kusut, wajahnya sangat tua dan menyeramkan.

“Mirip kuntilanak!” ucap Sekar agak berbisik.

Mungkin itulah awal sosok menakutkan itu muncul. Katanya, semenjak aku mengisi kamar sudut di lantai 2, semua teman-temanku seolah didatangi makhluk halus, seperti Rosalin yang mengatakan jika malam setelah kejadian Sekar berteriak, dia yang sedang sibuk mengerjakan tugas didepan laptop di kamarnya dikejutkan dengan suara bisikan seorang wanita. 

Tara pun rupanya mengalami hal yang serupa, penghuni kamar di samping kamar Sekar itu mengatakan kalau dia melihat sosok berbaju putih sedang berdiri di pojok teras kosan dekat pohon mangga. Semenjak itu semua penghuni merasa ketakutan dan mereka berpendapat kalau semua ruangan di rumah kosan, kecuali kamarku telah di tempati hantu.

“Padahal sebelumnya kita gak pernah ngalamin kayak gini loh, La, iya kan guys?“ ucapnya ketika semua mata masih terjaga usai membaca kitab suci di tengah malam. Sekar dan Rosalin dengan kompak mengiyakan.

Dalam keriuhan itu aku tau sebenarnya masalahnya adalah aku yang sering membuat para penghuni itu muncul menampakkan diri lalu menggangu orang lain, bukan karena sengaja, namun memang seperti itulah ketika jiwaku yang pernah terbuka saat masih kecil, membuat para penghuni alam lain seolah mengenali keberadaan jiwaku dan mereka pun berusaha berburu untuk menangkapku namun sampai saat ini aku masih beruntung karena masih bisa lolos.

“Itu karena kamu rajin berdo’a, jadinya mereka ndak mau deket-deket karena takut,” ucap kakekku saat aku bercerita di halaman rumah saat beliau pulang sholat subuh dari mesjid. 

Meski aku tidak pernah melihat sosok mereka secara langsung, tapi bukan sekali dua kali aku mengalami keanehan, seperti mendengar suara ketukan pintu tengah malam saat masih terjaga untuk belajar, sering mencium bau wangi melati saat menyapu halaman rumah meski pohonnya sedang tak berbunga, mendengar suara seseorang sedang menangis, atau waktu SMA aku pernah sakit sampai hanya mampu berkedip karena jika bergerak sedikit saja, kepalaku seperti di hujam sebuah paku. Hal yang sama terus berlanjut sampai saat ini, kemudia jika aku pergi sendirian ke tempat baru dan sepi, maka aku akan mengalami hal-hal aneh itu dan sakitnya akan reda jika usai meminum air do’a.

“Jadi bener anak sulung bu kosan  meninggal di kamar ini?” pertanyaan itu tiba-tiba membuat semua mata yang sudah nampak terpejam akhirnya terbuka lagi. Seperti diingatkan, semuanya langsung bangkit duduk dan saling berpelukan. Saking takutnya Rosalin bahkan memegang erat tangan Tara dan jika tak diingatkan, jeritannya nyaris bisa memecah suasana malam.

“Meninggal?” aku terkejut mendengarnya, "Meninggal kenapa?

“Katanya sih sakit tapi gak wajar gitu, kayak dijadiin tumbal.” Sekar yang menyaut dan Tara langsung menghentikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun