Sejarah berdirinya Masjid Agung Banten merupakan bagian krusial dalam kisah perkembangan Islam di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi dan rekan-rekannya (2021) yang dipublikasikan dalam Jurnal Dakwah dan Syariah Universitas Syiah Kuala, masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Masjid tersebut berfungsi tidak hanya sebagai pusat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuatan politik Kesultanan Banten.Â
Pendirian Masjid Agung Banten mencerminkan proses Islamisasi yang berlangsung melalui jalur perdagangan dan aktivitas dakwah di wilayah tersebut. Temuan dalam Jurnal Tarikhuna juga menegaskan bahwa masjid ini menjadi pusat penting dalam memperkuat identitas Islam sekaligus menjadi tempat utama bagi kegiatan sosial dan pendidikan selama masa Kesultanan Banten (Mahad Aly Jakarta, 2020).
Peran Masjid Agung Banten sebagai Pusat Ibadah, Pendidikan, dan Aktivitas Sosial
Masjid Agung Banten memiliki fungsi yang beragam dalam masyarakat Kesultanan Banten. Sebagaimana dijelaskan oleh Sari dan Santoso (2022) dalam Jurnal Planesa Universitas Esa Unggul, masjid ini tidak hanya digunakan sebagai tempat pelaksanaan ibadah, tetapi juga berperan sebagai pusat pendidikan Islam yang menghasilkan ulama dan cendekiawan yang berkontribusi dalam penyebaran agama.Â
Selain itu, masjid ini menjadi ruang bagi berbagai kegiatan sosial dan politik yang mendukung stabilitas serta kemajuan Kesultanan Banten. Kajian dalam Jurnal Tarikhuna memperkuat hal ini dengan menyatakan bahwa Masjid Agung Banten menjadi pusat pengajian, musyawarah, dan pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, sehingga memperkokoh peran masjid sebagai institusi sosial yang sangat penting (Mahad Aly Jakarta, 2020).
Perkembangan Islam di Wilayah Banten dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Perkembangan Islam di Banten dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain jalur perdagangan internasional, peran ulama, serta kebijakan politik Kesultanan Banten. Menurut Nurhadi et al. (2021), posisi Banten sebagai pelabuhan strategis menjadikannya titik pertemuan berbagai budaya dan agama, sehingga Islam berkembang dengan pesat melalui interaksi sosial dan ekonomi. Sari dan Santoso (2022) menambahkan bahwa ulama dan pesantren di Banten memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk masyarakat yang religius dan berpendidikan Islam.Â
Faktor politik juga memegang peranan signifikan, di mana Kesultanan Banten menggunakan Islam sebagai dasar legitimasi kekuasaan dan alat integrasi sosial. Pernyataan ini diperkuat oleh Mahad Aly Jakarta (2020) yang menegaskan bahwa perkembangan Islam di Banten merupakan hasil sinergi antara faktor ekonomi, sosial, dan politik yang saling mendukung.
Berdasarkan kajian dari berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa Masjid Agung Banten memiliki peran yang sangat vital dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Pendirian masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuatan politik serta pusat kegiatan sosial dan pendidikan pada masa Kesultanan Banten. Fungsi multifungsi masjid tersebut turut mendukung penyebaran Islam yang pesat di wilayah Banten, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jalur perdagangan internasional, peran ulama, dan kebijakan politik kesultanan. Dengan demikian, Masjid Agung Banten tidak hanya menjadi warisan budaya dan sejarah yang berharga, melainkan juga mencerminkan integrasi Islam dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Banten pada masa lampau.