Mohon tunggu...
Jihad Abd M
Jihad Abd M Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

sebagai penulis yang memiliki kebebasan demokrasi untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandangan Jurnalistik di Era Perjuangan dan Tokoh Tokoh Keren Terlahir dari Seorang jurnalis

2 Februari 2024   14:11 Diperbarui: 2 Februari 2024   14:15 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://serbasejarah.wordpress.com/

Hal paling keren dari tokoh tokoh bangsa perjuangan dinegara kita ,mereka terlahir dari seorang jurnalis yang mumpuni tatkala Indonesia dijajah Belanda meskipun berbeda pandangan mereka memperjuangkan kemerdekaan terhusus perjalanan media surat kabar pada masa itu ,

Hos Cokroaminoto adalah bapa pergerakan yang menjadi pimpinan redaksi  yaitu  oetoesan Hindia. Dan sinar dzawa yang menjadi cikal pergerakan pertama Samaun dikala umur 18 tahun menjadi pimpinan redaksi sinar dzawa.

  

Fajar asia  juga terbit pertama kali 5 Januari 1923  koran ini merupakan corong koran serikat Islam yang dikelola dikelola oleh HOS    Tjokroaminoto, KH Agus Salim, dan Kartosoewirjo. Mereka duduk sebagai pemimpin redaksi dan redaksi dari koran ini.

Sementara para  jurnalis yang mengangkat isu idiologi di fajar asia terbit pada edisi 172  29 Juli 1929 dengan tulisan Agus Salim dengan mengecam pemahaman nasionalisme Sukarno yang mementingkan dunia daripada nilai nilai Islam .

Tulisan Salim dibantah Soekarno melalui tulisannya yang diberi judul "Ke Arah Persatoean: Menjamboet Toelisan H.A.Salim". Menurut Soekarno, nasionalisme Indonesia bukan tiruan dari produk nasionalis barat tetapi nasionalisme yang sesuai dengan budaya timur dan menjujung tinggi nilai-nilai moral.

Meskipun begitu persatuan dari pandangan itu tidak membuat hubungan mereka retak .

Pada edisi Nopember edisi tahun yang sama 1929 Kartosuwiryo menulis pandangannya tentang , nasionalisme,islamisme,internasionalisme ,dan terbit dua kali terbit karna tulisannya sangat panjang edisi ke 255 (3 November 1928) dan berikutnya pada edisi ke 258 (6 November 1928).

Edisi pertama Kartosuwiryo menulis seorang muslim adalah nasionalis sejati. Akan tetapi nasionalisme yang dimaksud adalah nasionalisme yang berdasarkan Islam.

Pada edisi kedua Kartosuwiryo menulis menyatakan bahwa paham internasionalisme juga dikenal dalam Islam sebagaimana yang tersirat dari adanya rukun Islam yang ke lima yakni menunaikan ibadah haji ke Mekkah bagi yang mampu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun