Mohon tunggu...
Saina Afrisa
Saina Afrisa Mohon Tunggu... Lainnya - edukasi

literature

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Karya Sastra dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Pesona Karya Sastra dalam Pembelajaran

26 Maret 2020   15:47 Diperbarui: 26 Maret 2020   15:44 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Pesona Karya Sastra Dalam Pembelajaran

Oleh : Saina Afrisa

Prodi :TBI, IAIN Takengon

1. Karya sastra dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya terbagi menjadi kajian bahasa dan kajian sastra. Pada kajian sastra siswa diperkenalkan dengan berbagai jenis dan bentuk karya sastra. Mulai dari karya berbentuk puisi, prosa, dan drama. Genre sastra yang berbeda ini terbagi menjadi puisi lamadan baru, prosa lama dan baru, serta drama tradisional dan modern. Gengre karya sastra yang berbeda ini menjadi variasi-variasi yang menarik untuk dipahami dan dinikmati. Menurut Waluyo (1991:25) bahwa ada tiga bentuk karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama.

Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya Senada dengan hal tersebut Pradopo (2000: 118) bahwa Puisi merupakan sebuah struktur atau susunan unsur-unsur yang bersistem yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik. Unsur dalam karya sastra tidak berdiri sendiri, melainkan saling terikat sehingga berkaitan dan saling bergantung.

 Keterkaitan unsur-unsur tersebut akan membangun makna. Puisi terbagi atas dua yakni puisi lama dan puisi baru. Puisi lama menurut Sembono (2010:23) puisi yang bersifat terikat dan memiliki syarat. Puisi lama antara lain mantra, pantun, karmina, syair, durindam, dll. Puisi lama bersifat terikat misalnya dalam membuat pantun jumlah baris dalam satu bait harus terdiri atas empat baris.

Rima pantun pada umumnya ialah abab. Ketentuan-ketentuan ini yang mebuat puisi lama terkenal dengan istilah puisi terikat. Menurut Sembono (2010:24) puisi baru ialah puisi yang sudah terlepas dari syarat-syarat puisi lama. Puisi baru tidak terikat dengan ketentuan. Puisi baru yang terkenal antara lain puisi-puisi karya Amir Hamzah, Chairil Anwar, Rendra,dll.

Genre sastra berikutnya ialah prosa. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih luas. Ia dapat mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, bukan dalam bentuk puisi atau drama, tiap baris dimulai dari margin kiri penuh sampai ke margin kanan. Pada bagian ini, istilah dan pengertian prosa dibatasi pada prosa sebagai salah satu genre sastra.

Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discource). Istilah fiksi Nurgiyantoro (2009: 2) berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran isi cerita. Istilah fiksi bermakna bertentangan dengan realitas yang ada.

Menurut Rahman dan Jalil (2005:50), suatu karya fiksi terwujud karena disusun dengan meramukan berbagai unsur, seperti unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dari fiksi atau prosa. Prosa terbagi menjadi prosa lama dan prosa baru. Prosa lama antara lain dongeng, legenda, mite, sage, dan hikayat. Prosa baru antara lain yakni novel dan cerpen. Selanjutnya, karya sastra berbentuk drama.

Menurut Mubari (2005:2) drama adalah penampilan perilaku manusia yang bertolak dari suatu naskah. Drama terdiri atas dialog, epilog, dan prolog. Drama merupakan bentuk karya sastra yang mengalami perkembangan pesat.

Dahulu seni pertunjukan tradisional hanya berupa wayang kini telah ditampilkan dalam bentuk dan konsep yang lebih modern. Keseluruhan genre sastra yang kita kenal dalam pembelajaran sastra memiliki pesona yang berbeda-beda. Salah satu perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh bentuk dan struktur sastra tersebut. Namun, secara 93| keseluruhan karya sastra tetap memiliki fungsi yang sama yakni sebagai media penanaman nilai-nilai luhur kepada pembacanya.

2. Pesona Karya Sastra Dalam Pembelajaran

Salah satu daya tarik karya sastra ialah makna-makna simbolik yang dimiliki karya sastra tersebut. Coba kita ingat pada masa lalu, dimana orang tua mendidik anak dengan menceritakan asal usul atau legenda suatu daerah. Anak yang mendengarkan kisah itu akan memahami bahwa maksud dan tujuan ayah atau ibunya bercerita tidak hanya sekedar menghibur tetapi menyisipkan nilai-nilai moral, agama, dan juga budaya.

Seorang guru yang bijak akan memahami bahwa aspek afektif yang akan dicapai dan diharapkan terwujud pada siswa dapat dilakukan melalui karya sastra. Guru bertugas sebagai pengarah agar siswa belajar menarik makna dari karya sastra. Pemahaman akan karya sastra tentunya dibantu oleh pendekatan_pendekatan sastra.

Karya sastra yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia bisa dalam berbagai genre. Salah satunya bisa melalui puisi lama yakni pantun dan gurindam. Kedua bentuk puisi lama ini merupakan karya sastra yang banyak mengandung makna-makna simbolik.

Pantun sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dijadikan media belajar sastra bagi siswa. Siswa dapat diperkenalkan dengan jenis-jensi pantun dan siswa diarahkan untuk melihat perbedaan jenis tersebut. Misalnya pada pantun adat yang mengandung makna petuah dan pantun agama yang mengandung ajaran keagamaan.

Menurut Sayuti (1990:23) bahwa terdapat korelasi positif antara pembelajaran sastra dan pembelajaran bidang studi lain apabila pembelajaran sastra dilaksanakan dengan kreatif, dengan pilihan bahan yang mampu merangsang daya kritis siswa, serta dipercayai bahwa sastra satu sarana yang mengantar siswa ke jenjang kedewasaan.

Sastra perlu diperkenalkan pada siswa supaya mereka sadar akan adanya sastra sebagai bagian dari keterampilan berbahasa. Berdasarkan pandangan di atas seharusnya sastra menjadi salah satu media penyelaras bagi pembentukan karakter siswa. Jika guru berceramah dan memberikan nasihat kepada siswa dalam bentuk verbal tentu sudah suatu hal yang lazim. Namun, mengantarkan nilai-nilai dan nasihat yang mendidik dengan sastra adalah variasi pembentukan karakter siswa yang sangat menarik untuk diaplikasikan terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun