Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hitam Keputih-putihan

18 Juni 2019   20:15 Diperbarui: 6 Januari 2020   15:31 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
putih kehitaman| Dokumentasi pribadi

tampak salah, tampak juga benar

11. Tentang Kebahagiaan

Apakah yang menyebabkanmu bahagia? Miliki 5 hal ini:

1. Dapat makan dan minum.  Ada makanan dan minuman, dan kita diperkenankan untuk menikmatinya.  Jika terhalang hal ini, oleh berbagai alasan, maka akan tersiksalah hidup

2. Tidur nyenyak.  Jangan mendambakan tempat tidur, tetapi dambakanlah kelelapan. Terlelap adalah anugerah besar.  Lelap menghasilkan ‘hidup’ selanjutnya menjadi bernilai dan berbahagia.  Tak ada nilainya apapun yang dimiliki, jika kita tak dapat tidur nyenyak.   Hidup akan sangat tersiksa.  Lebih lanjut, jika anda percaya pada akherat, dan kematian adalah tidur panjang, maka tidur panjanglah dengan ‘nyenyak’.  Apa itu? Cobalah anda cari kunci jawabannya

3. Buang air.  Buang air dengan lancar, menyebabkan keringanan dan keriangan tubuh.  Bersyukur untuk hal ini, jangan abaikan dan jangan tundakan.  dalam artian lebih luas; buanglah segala racun dan hal yang tak berguna.

4. Cinta.  Cinta membuat/memberi keindahan.  Milikilah cinta, dan ‘bercintalah’ dengan yang dicintai.  hewan pun memiliki cinta,

5. Spiritual.  Spiritual lebih tinggi dari cinta, karena spiritual dimiliki hanya oleh manusia.  Jadikan diri sebagai ‘makhluk spiritual’, melalui pendakian pengalaman.  Meletakkan diri sendiri sebagai bagian keseimbangan ‘alam’; diciptakanNya, mewakiliNya sebagai tangan kebaikan, akan memberikan nuansa hidup yang bernas

Anda tak memiliki kasur empuk? Tidak masalah, selama memiliki kelelapan.  Anda memiliki makanan enak? Tidak masalah jika diperkenankan memakannya tanpa ragu.  Pakaian, kendaraan, dan lain lain, yang anda miliki sederhana? Tidak masalah, selama itu secara fungsi layak.  Anda tidak perlu menunjukkan diri atau penilaian orang melalui penampilan yang cemerlang.  Itu belum tentu membuat bahagia.  Belajar untuk  berbahagia, dengan tidak mengkaitkan diri sendiri dengan benda-benda, melainkan mengkaitkannya dengan yang anda miliki.  Namun, saya tidak bermaksud bahwa anda harusnya tidak memiliki benda-benda.  Anda memiliki kesukaan pada berbagai hal? Nikmatilah, selama tidak mengganggu orang lain, dan tentu saja tidaklah berlebihan.  Dan secara diam-diam anda memiliki tabungan/karya spiritual, sebagai kenangan hidup, dan ‘persembahan’ untukNya.

Semoga anda dan saya, berbahagia

10. melihat medsos ustad

ustad yang sekali saya hadir di pengajiannya, senang mendengar tausiahnya.  Rindu; akan persatuan ummat setelah pilpres, bahwa sudah selesai, namun di bawah masih gontokan, begitu katanya.  Saya lalu lihat ig-nya, masih terdapat pernyataan yang nadanya ‘mengolok’ pihak yang sana.  Terlepas benar dan salah dalam berpihak; saya kecewa akan rindunya. 

9 membaca status fb

anak lelaki kecil (berkisar 8 tahun) sekitar 30 tahun lalu; bercerita tentang ‘hebatnya’ ayahnya.  Saya menyimpulkan: dulu ayahnya seusia dirinya.  Dan dia paham sekarang.  Kadangkala, kebenaran itu datang lama sekali, namun mestilah datang.

8. menua bersama

karena selalu bersama, maka tidak terasa.  Tahu-tahu tua bersama.  Lama tidak bersua, tiba tiba kaget; sudah tua bersama.  Ada yang bersama masih merasa muda (mengingat kembali kemudaaannya), merindukannya; ada yang lupa dan melupakannya, mengingat waktu telah memisahkan jauh.  Itulah keniscayaan. 

7. the power of doa

“:Dari sanubari, saya menginginkan bapak.  Nama bapak, saya sebutkan dalam doa (saya)”.   Dan pada akhirnya, memang Tuhan mendengarkan doanya.   Bapak itulah yang mendapatkannya.  [the power of doa]

6. Rejeki

Dia menikmati kue lezat itu  dengan sigap. , Remah-remah yang terserak, dilahapnya tandas.  lalu ditinggalkannya resto ini dengan jinjingan kue yang sama.  Dia, sesungguhnya tak selalu memiliki cukup uang, namun ia merasa harus menikmatinya, karena itu adalah rejekiNya.   Rejeki Tuhanku, begitu ia berprinsip.  dan aku sellau membaginya pada ibuku; karena ibuku yang pantas untuk menikmatinya; dan hanya melalui diriku saja maka ibuku dapat menikmati semua kelezatan ini.  sekarang mumpung aku muda; dan juga ibuku masih memiliki selera

Tuhan tahu.... aku hanya menjemput rejeki padaNya.  atas nama keyakinan dan atas nama ibuku, aku melakukannya.  Aku tak perlu risau!

5.Keran Air

Di sebuah desa yang memiliki situasi sulit air, seorang lelaki tua, terbiasa menyediakan sebuah kendi. Ia letakkan di tepi jalan, depan rumahnya, untuk musafir melepas dahaga seperlunya. Air tersebut ia peroleh, hanya dengan membuka keran air di belakang rumahnya [terdapat penampungan air]. Pada pagi hari ini, penampungan air tersebut penuh, penduduk memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Dan lelaki tua ini, dimana penduduk memakluminya, mengambil jatah dengan caranya.
Ketika ia tak mampu lagi untuk melakukan hal sederhana tersebut, ia berpesan pada puteranya untuk melanjutkan kebiasaan ini. bangunlah pagi, bukalah keran air itu, begitu pintanya. Namun, setelah lelaki tua itu tiada, maka kendi air itupun menjadi cerita. Sebabnya sederhana: puteranya tak mampu untuk membuka keran itu!

4.Terima Kasih

Disampaikannya salam hormat dirinya. Setelah itu ia berkata, ia mungkin memerlukan kebaikan temannya, namun tiada ia sebutkan apakah itu. Tiada respon sedikitpun. Sebenarnya ia kecewa, tetapi ia memilih memaklumi. Namun, tiba-tiba saja, saatnya tiba, yang ia butuhkan itu, ada, tepat seperti keinginannya. Dan rasa bahagia memenuhi hatinya, dan dengan lirih ia menyebut: aku tak harus berterima kasih padamu, namun berterima kasihlah pada Tuhanku
: seperti udara mengalir dan dihirup

3. doa
Ia lalu mengundurkan diri dari keanggotaan grup wa. Digunakannnya waktu yang tersedia untuk mendekat padaNya. Dengan khusuk disebutkannya: aku tak pernah kecewa dalam do'a; demiakian pula saat ini. dan keinginannya terpenuhi, walaupun tiada sempurna!

2. Pohon tua
Ketika muda, acapkali ia menaiki pohon tua itu sambil memetik buahnya. Lalu ranting-ranting dikumpulkannya dan terakhir ditebangnya pohon itu karena tua dan kayunya menjadi tiang rumah dimana ia meneduhkan diri. Pohon itu kini tinggal pangkalnya saja, dimana ia saat ini menekuri
Damailah ayah dan ibu....... Damailah selalu Pohon tua!

1. Kaca mata
belikan mamah kacamata!. Yaa nanti; jika mama telah sembuh; begitu ia menjawab sambil membelai mamahnya yang terbaring lemah. Namun, mamanya tak pernah sembuh
: ia mengusap kacamata itu, memakainya!. Kacamata untuk mamah

sumber: kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun