Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Sepelekan SBY!

30 April 2014   04:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SBY menghadiri debat akhir Konvensi Capres (foto /Inilah.com)

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="SBY menghadiri debat akhir Konvensi Capres (foto /Inilah.com)"][/caption]

Pemilu Legislatif (Pileg) tahun ini telah selesai dilaksanakan. Walaupun masih banyak daerah yang melaporkan berbagai kecurangan saat Pemilu hingga terpaksa mengadakan Pemilihan Ulang, namun secara umum hasilnya telah ditentukan setidaknya melalui berbagai Hitung Cepat (Quick Count) berbagai media. Selayaknya pertarungan biasa, maka Pileg 9 April 2014 lalu juga menghasilkan partai politik pemenang dan yang gagal. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tampil sebagai pemenang dengan mengantongi perolehan suara nasional hampir 19 %. Kemenangan tahun ini menjadi angin segar bagi Partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri setelah sepuluh tahun menjadi oposisi pemerintah. Sebaliknya, Pemilu tahun ini menjadi anti klimaks bagi Partai Demokrat yang sebelumnya menjadi pemenang di tahun 2009. Figur-figur partai politik turut mempengaruhi kesuksesan dalam pertarungan Pemilu. PDI- P yang tahun ini memiliki Jokowi sebagai tokoh popular secara otomatis menempatkan Gubernur DKI Jakarta tersebut di baris depan saat kampanye. Sementara itu, kekalahan Partai Demokrat dipicu krisis kader berkualitas. Banyaknya Kader yang dijebloskan ke penjara karena kasus Korupsi mendekati Pileg 2014 lalu, sangat memperburuk citra partai berlambang mercy ini. Bahkan figure SBY sebagai Presiden yang kini masih menjabat  tak mampu mempertahankan posisi Demokrat sebagai partai besar yang bersanding dengan PDI-P atau Golkar. Dengan perolehan suara nasional sekitar 9.60% Partai Demokrat terlempar dari posisi tiga besar, disalip oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindera).

Penurunan suara partai Demokrat memang sangat signifikan. Baru sekali tampil menjadi partai penguasa dengan memenangkan Pemilu keduanya di tahun 2009. Partai yang sukses mengantarkan SBY sebagai presiden bahkan sejak pertama kali sebagai peserta Pemilu di 2004 ini langsung terlempar dari posisi tiga besar partai politik di tahun 2014 ini. Berbeda dengan Golkar dan PDI-P yang selalu berada di posisi tiga besar. Padahal jumlah kader yang korup ketiga partai ini tak berbeda jauh. Kenyataannya Demokrat yang mendapat efek buruk yang besar di tahun ini.

Imbasnya, Demokrat tak lagi menjadi kembang  wangi yang dikelilingi banyak kumbang seperti tahun 2009. Partai politik seperti PPP,PKB,PAN dan PKS yang tergabung dalam koalisi di Kabinet SBY perlahan mengambil langkah menjauh dari Demokrat. Parpol-parpol ini seperti tak rela kehilangan kesempatan untuk memiliki kekuasaan di Pemerintahan sehingga merekapun mendekati Parpol yang memiliki potensi lebih besar untuk tampil sebagai penguasa Indonesia periode 2014-2019 . Posisi Demokrat dulupun diganti oleh PDI-P yang kini menjadi primadona.

Partai Demokrat dan PDI-P memang kerap kali dihubung-hubungkan. Hal ini terkait dengan hubungan SBY-Megawati yang tampak kurang harmonis. Kemenangan SBY atas Megawati di Pemilihan Presiden 2004 disebut menjadi pemicu perseteruan keduanya. Semenjak menjabat sebagai Presiden, tak sekalipun SBY-Megawati mengindikasikan hubungan yang harmonis. Hal ini kian jelas, ketika Megawati memilih menjadi oposisi sepanjang pemerintahan SBY.  Maka tak heran, hubungan keduanya menjadi sorotan media-media Indonesia. Kesabaran Megawati menjadi oposisi selama kurang lebih sepuluh tahun kini  membuahkan hasil dengan kemenangannya di tahun ini. Jokowi yang digadang-gadang menjadi Capres PDI-P juga memiliki elektabilitas yang sangat tinggi dan kesempatan merebut pemerintahan untuk lima tahun ke depan kian terbuka lebar.

Hasil Pileg 2014 tentu saja mengurangi rasa percaya diri Partai Demokrat. Persentase suara yang kecil membuat partai ini tak sanggup mendeklarasikan Capres sendiri. Padahal penentuan Capres yang dilakukan melalui Konvensi sudah sejak lama dilaksanakan. Pilihan lain adalah dengan mencari koalisi atau menjadi oposisi. Hal ini tentu saja tidak mudah, mengingat parpol lain memiliki daya tawar yang lebih baik. Tak kurang, partner koalisi saat masa kejayaanpun tak bisa diandalkan loyalitasnya. Kini, Demokrat diambang dua pilihan, antara koalisi atau oposisi.

Tidak berbeda dengan parpol lain, Demokrat juga tampaknya membuka peluang berkoalisi dengan PDI-P. Bahkan SBY sudah sejak lama ingin mengunjungi ketua umum PDI-P, yakni Megawati Soekarnoputri. Sayangnya, tak sekalipun Megawati merespons ajakan mantan Menkokesranya ini. Tidak adanya jawaban dari Megawati menunjukkan bahwa hubungan keduanya masih saja belum harmonis. Bukan sekali ini saja SBY ingin menjumpai Megawati, namun tak pernah digubris.

Sebenarnya keinginan SBY mengutarakan keinginannya berjumpa dengan Megawati patut dihargai, sebagai tokoh yang masih menjabat presiden hingga oktober nanti SBY tak ragu menurunkan sedikit egonya untuk menjalin hubungan baik dengan Megawati. Sebagai kepala negara selama dua periode, SBY membuktikan dirinya mampu memimpin negara sebesar ini. Sayangnya, tidak adanya figure penerus dari partainya membuat SBY terpaksa sedikit menundukkan kepala pada Pemilu 2014. Kekalahan Demokrat membuat tokoh lain tampak memandang sebelah mata terhadapnya. Beberapa waktu lalu, politisi Parpol lain sempat menyebutnya cocok sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk bersaing di Pilpres 2014 mendatang. Tentu saja ini salah satu bentuk olok-olok untuk SBY. Bagaimana mungkin Presiden yang sukses memimpin selama dua periode diajukan sebagai Cawapres? Pernyataan tersebut terkesan sangat meremehkan SBY.

Rasa respek yang kurang baikpun diperlihatkan oleh Juru Bicara PDI-P, Eva Sundari yang mengomentari keinginan SBY untuk berkomunikasi dengan Megawati. Dengan enteng, Anggota Komisi III DPR RI 2009-2014 ini menyatakan pertemuan SBY-Megawati tidak terlalu penting. Seperti dikutip dari Kompas.com

Sebetulnya komunikasi Demokrat dengan PDI-P sudah berlangsung terus lho, ya, tapi memang tidak leveltop to top. Komunikasi jalan terus, kita enggak pernah memosisikanhead to head, kecuali pasvoting. Jadi, kalau semuanya sudah beres, kenapa harus sampai ke puncak? Jadi, argumennya gitu, ya fungsional aja. Silaturahim (SBY-Megawati) itu nanti saja, tunggu pas Lebaran lah

Sekali lagi pernyataan Eva yang terkesan sombong ini tampak sangat menyepelekan keinginan SBY. Wibawa SBY di mata politisi  di akhir jabatannya ini tampaknya sudah mulai memudar. Namun Demikian SBY harus tetap percaya diri dan memiliki prinsip dalam menentukan sikap. Tak perlu ambisius untuk meminta koalisi dengan Parpol manapu karena akan terkesan ‘mengemis’ seperti penilaian banyak orang.Akan lebih baik Jika Ia memilih untuk menjadi oposisi dulu daripada berkoalisi. Kemerosotan Partai Demokrat tentu saja bukan salah SBY, ini semata-mata adalah kelakuan beberapa kadernya yang busuk. Tapi sebagai top leader, SBY tentu saja berusaha mempertahankan eksisitensi partai rintisannya.

Akhirnya semoga saja SBY memiliki pendirian dalam menentukan sikap menghadapi Pilpres nanti. Seperti pernyataan SBY saat menghadiri debat akhir Konvensi Capres Demokrat di Jakarta Pusat, Minggu (27/4/2014), Dmokrat tak mau hanya jadi pelengkap koalisi namun harus memiliki peran penting, seperti dikutip dari inilah.com:

"Kalau tidak klop (sejalan) capres itu atau parpol, dan kami tidak yakini, kami memilih tidak mendukung. Lebih baik mandiri, Yang penting partai Demokrat akan jadi bagian solusi dan kontribusi untuk pembangunan bangsa. Berbeda dengan sewaktu saya pimpin bersama PD,"

Tak lupa, semoha Pilpres pada 9 Juli 2014 nanti berjalan dengan baik dan sesuai dengan azas Pemilu Langsung,Umum,Bebas, Jujur dan Adil untuk Indonesia yang lebih baik!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun