Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Celestial Movies Presents Little Big Master, Film Pengabdian Tulus Seorang Guru yang Menguras Air Mata

18 Oktober 2015   16:29 Diperbarui: 29 Oktober 2015   15:04 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Huang bersama Chu Chu, salah satu murid Yatim Piatu (Image:farm9.staticflickr.com)"][/caption]

Tema pendidikan memang sudah kerap kali diangkat ke layar lebar. Kisah-kisah inspiratif yang sarat makna dan persuasi positif untuk lebih memperdulikan lingkungan sekitar yang memang masih banyak membutuhkan perhatian menjadi cerita menarik yang seharusnya banyak diangkat ke layar lebar. Tak hanya dari konten inspiratif, dari sisi komersil pun ide cerita seperti ini belakangan telah diminati oleh penikmat film. Sebut saja untuk bioskop Indonesia, film Laskar Pelangi menjadi box office yang merupakan salah satu film terlaris di Indonesia. Film sejenis, adapula Sokola Rimba yang mengisahkan perjuangan Butet Manurung, seorang guru di pedalaman dengan pengabdian tulusnya membagi ilmu. Kedua film ini menjadi dua box office yang sukses secara konten dan juga laris manis di pasaran. Keduanya juga merupakan kisah nyata yang benar-benar terjadi. Apakah anda sudah menonton kedua film tersebut? Bagaimana kesannya? Inspiratif,mengharukan atau bahkan menjadi film-film yang membuat anda menjatuhkan air mata di bisokop? Bagaimana jika kedua ceritanya dikombinasikan dalam satu frame?

Little Big Master

Film Little Big Master menjadi jawaban jika anda sedang mencari film inspiratif yang mampu membuka hati nurani dan kepekaan terhadap banyaknya persoalan pendidikan di luar sana yang kadang tidak terekspose oleh media dan bahkan kita. Bercerita tentang seorang kepala sekolah Taman Kanak-kanak elit yang pada akhirnya memilih untuk pensiun dini dikarenakan system yang tidak sesuai dengan nuraninya yang mana di sekolah tersebut menuntutnya untuk mengutamakan anak-anak para investor yang menyumbang di sekolah tersebut. Berprinsip jujur dan adil, system itu memaksa Lui Wai-Hung mengundurkan diri dan memilih untuk rehat sejenak dengan menghabiskan waktu bersama suaminya, Dong untuk berkeliling dunia. Di usianya yang masih muda, Hung menghabisakan waktu luang dengan melakukan rutinitas biasa seperti pekerjaan rumah tangga, kelas yoga dan berbagai aktivitas lainnya. Naluri pekerjanya akhirnya membuatnya bosan dan ingin kembali mencari pekerjaan. Hingga suatu tawaran iklan di televisi membuatnya tertarik, sebuah taman Kanak-kanak di desa kecil tengah mencari kepala sekolah pasca guru-guru sekolah tersebut mengundurkan diri dikarenakan tidak adanya masa depan dari TK tersebut. Taman Kanak-kanak  Yuen Kong memang begitu memprihatinkan dari segi fasilitas dan bahkan krisis murid. TK Yuen Kong hanya memiliki lima murid yang bertahan di sana dikarenakan tidak adanya biaya untuk pindah ke TK lain. Kelima gadis cilik tersebut merupakan korban dari kemelaratan orang tua mereka yang bahkan untuk makan sehari-haripun rasanya susah. Menariknya, kelima gadis cilik tersebut memiliki semangat juang yang tinggi untuk menuntut ilmu dan selalu datang ke sekolah walaupun dihantui ancaman penutupan sekolah sewaktu-waktu. Apalagi rapat Komite Pedesaan memutuskan bahwa sekolah itu akan segera ditutup jika di semester baru tidak memiliki pendaftar baru.

Melihat kegetiran itu, Hung merasa terpanggil untuk mengabdi di TK Yuen Kong. Dia tidak lagi memperdulikan jumlah bayarannya yang kecil dan sangat jauh berbeda dengan pengalaman-pengalamannya sebelumnya yang selalu bekerja di sekolah elite dengan gaji tinggi tentunya. Dengan dukungan penuh suaminya, akhirnya Hung melamar pekerjaan itu dan tentu saja diterima dengan baik oleh pemimpin desa. Namun Hung harus menghadapi berbagai cibiran penghuni desa yang menganggapnya bodoh telah mengabdi di sekolah yang tidak ada masa depan tersebut. Hari pertamanya sebagai kepala sekolah, Hung bersama suaminya harus membenahi dan membersihkan seluruh kelas agar layak dijadikan tempat belajar. Kemudian Hung harus menyesuaikan diri dengan kelima murid yang terlanjur trauma dengan orang baru yang selalu mereka anggap orang jahat yang akan menutup sekolahnya. Mulailah Hung mengenali lebih jauh kelima murid yang ternyata memiliki segudang cerita pahit di balik wajah mereka yang imut-imut. Siu Suet adalah seorang murid berambut ikal yang hidup bersama ayahnya yang sudah sakit-sakitan. Di usianya yang begitu dini, Suet harus melakukan semua pekerjaan rumah tangga demi merawat ayahnya. Anak ini bahkan menggunakan semacam balok yang diikatkan ke kakinya agar Suet lebih tinggi hingga mampu memasak di atas kompor yang jika dengan ukuran tubuhnya tentu saja tak akan bisa tergapai. Kepahitan hidup telah membuat Suet menjadi dewasa. Mimpinya hanya satu yakni ingin sekali bertemu ibunya yang sejak lama tidak dilihatnya lagi.

[caption caption="Huang bersama kelima muridnya (image:http://www.thestar.com.my/)"]

[/caption]

Kemudian ada Lo Ka Ka, anak paling tua di kelasnya yang akan segera wisuda. Ka Ka menjadi seorang anak yang setiap hari harus menyaksikan kedua orang tuanya berkelahi dikarenakan susahnya hidup. Ayahnya merupakan seorang tempramen setelah dirinya tidak diperlakukan dengan adil oleh tempatnya bekerja, setelah kehilangan kakinya ketika bekerja. Bukannya dibantu, perusahaannya malah memecat ayah ka Ka. Perkelahian demi perkelahian orang tuanya membuat Ka Ka urung pergi ke sekolah. “Aku takut pergi ke sekolah, karena ayah-ibu selalu berkelahi. Aku harus menjadi penengah mereka. Aku tidak mau kehilangan ayah dan ibu” begitu kira-kira jawaban Ka Ka ketika suatu kali didatangi oleh Hung ke rumahnya. Tak kalah mengharukan, Chu Chu menjadi anak ketiga yang kini tinggal bersama bibi Han. Ayah ibu nya telah lama meninggal akibat kecelakaan ketika cuaca sedang hujan deras ditambah geledek. Hal itu membuat Chu chu trauma tiap kali hujan disertai petir datang, dia selalu menangis mengingat ayah dan ibunya. Mimpinya hanya satu ingin bertemu ibu dan ayahnya walau sekali saja.

Dua murid lainnya adalah si kembar Kitty dan Jennie, seorang imigran dari india. Keduanya juga berasal dari keluarga yang sangat miskin ditambah ayahnya yang tidak ingin kedua anak tersebut bersekolah. Namun semangat ibunya mengantarkan kedua anaknya ke sekolah walau jarak begitu jauh dari rumahnya jelas menggambarkan betapa besar harapan agar Kitty dan Jennie tetap sekolah. Ketika suatu kali Hung menanyakan impian dari Jennie, “Aku ingin menemani ayah dan ibu di rumah dan bisa membersihakn tauge dengan cepat agar ayah senang”. Jawaban sederhana itu merupakan bentuk kegetiran hidup orang tuanya yang tinggal di lingkungan paling kumuh di sana.

Begitulah cerita hidup di balik manisnya dan lucunya kelima gadis cilik tersebut. Berbeda dengan anak-anak kebanyakan yang masih menghabiskan waktu untuk bermain, maka kelima anak ini dipaksa untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Hung pun tak hanya bertugas mengajari anak-anak itu, namun dia harus bisa juga mengubah pola pikir orang tua murid agar tetap mempertahankan pendidikan anak-anak mereka. Semua permasalahan yang dihadapi orang tua berhasil diselesaikannya. Tak hanya menjadi guru seorang diri di sana, Hung pun bertindak sebagai kepala sekolah, penjaga sekolah, penjaga kebun, Cleaning Service bahkan menjadi sopir untuk kelima anak tersebut. Segala cibiran yang menghinanya tidak lagi diperdulikan, fokusnya hanya satu mempertahankan agar anak-anak tersebut bisa memperoleh pendidikan yang layak.

Berbagai proposalpun diajukannya ke bermacam-macam instansi, namun tidak memiliki jawaban positif. Sementara itu tahun ajaran baru semakin dekat, yang mana Hung  harus mampu menarik perhatian masyarakat agar mau mendaftar ke TK tersebut demi memenuhi syarat berdirinya TK itu. Hingga akhirnya, Hung mencoba mengadakan acara pembukaan sekolahnya dengan mengundang masyarakat. Sayangnya hingga hari itu tiba, tidak ada satupun yang berkunjung ke sekolahnya. Di sisi lain kesehatan Hung kian memburuk akibat jam kerjanya yang terlalu diporsir. Pengangkatan tumor yang dilakoninya beberapa waktu lalu seperti kembali lagi mengerogoti badannya. Di masa genting tersebut bagaimana akhirnya keberlanjutan TK Yuen Kong Itu? Apakah akan ada murid yang mendaftar? Bagaimana pula dengan Hung yang kini terbaring lemah dan tak sadarkan diri di rumah sakit?

Selain dibintangi oleh aktris Miriam Yeung sebagai Huang, film ini juga diramaikan oleh Louis Koo yang berperan sebagai Dong, suami yang selalu mendukung Huang. Lalu ada lima artis cilik berbakat yang lolos dari 400 anak pada kasting terbuka yang khusus dibuat untuk film ini. Mereka adalah Ho Yun-ying Winnie sebagai Siu Suet. Keira Wang sebagai Chu Chu, Fu Shun-ying memerankan tokoh Ka Ka dan tentu saja Zaha Fathima dan  Khan Nayab sebagai Kitty dan Jennie. Film Little Big Master sendiri menjadi salah satu film terlaris dengan berhasil meraup dana sebesar 80 Milyar rupiah ditambah pujian dari kritikus film di sana. Tak heran mengingat betapa inspiratifnya film ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun