Akil ditertawakan pohon. Sebabnya, karena Akil menangis sebab di jalannya ada batu. Akil tidak pernah berharap batu itu ada disana. Akil hanya menginginkan jalan yang mulus, lurus, menyenangkan untuk sampai di rumahnya kembali. Akil tidak ingin melangkahi batu itu, sebab baginya batu itu buruk rupanya, hitam, kasar, jauh dari selera Akil.
Akil tidak ingin menyingkirkan batu itu. Sebab, bagi Akil batu itu terlalu kotor untuk ia sentuh. Akil hanya bisa menangis, memelas, dan menyalahkan Tuhan yang telah menciptakan batu itu berada di atas jalan yang dilalui Akil. Akil hanya bisa terduduk beku, sedang debu-debu beterbangan ditiup angin waktu.
Akil, tidak mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang ada. Wajar, sebab Akil masih muda, lebih suka melakukan sesuatu yang menyenangkan egonya daripada nuraninya. Akil melihat teman-temannya yang lain yang melewati jalan yang lain. Akil menyesal, Akil mengejek dirinya sendiri. Kenapa ia tidak membiasakan diri untuk menyingkirkan batu sejak kecil. Jika dia giat berlatih, tentu ia akan merasa terbiasa, tidak akan ada rasa malu untuk menyentuh batu-batu itu lagi punya pengetahuan luas bagaimana cara menyingkirkan batu-batu itu. Akil melihat teman-temannya yang dulu diejeknya sudah hampir sampai di rumahnya masing-masing. Sedang ia masih terkulai lemas, menyesali yang ada di hadapannya.
“Kenapa ini harus terjadi padaku?”, gumam Akil dalam tangisannya.
“Hahaha, sungguh bodoh kamu ini Akil!”, teriak pepohonan yang menjadi pengawasnya sejak dulu.
“Kamu sungguh kejam, lebih kejam daripada batu yang menghalangiku ini!” sahut Akil kepada pepohonan itu, lebih mengeraskan suaranya.
“Ya, bahkan aku lebih kejam darimu dalam memperlakukan dirimu sendiri.”
“Apa maksudmu?”
“Kau menghentikan langkahmu. Mendiamkan tanganmu, menghabiskan air matamu, mengotori bajumu, mengkuruskan badanmu, hanya untuk menunggu batu itu bergerak sendiri?!”
Batu itu adalah masalah bagi Akil. Dan masalah tak mungkin bergerak sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI