Mohon tunggu...
Sahil arwn
Sahil arwn Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa

Mau maka mampu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjunjung Tinggi Toleransi dalam Bingkai Melestarikan Budaya Bangsa

20 Maret 2020   20:57 Diperbarui: 20 Maret 2020   21:01 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia dikenal sebagai Negara dengan masyarakat bertoleransi tinggi, hal ini bisa kita jumpai di lingkungan sekitar kita. Seperti Negara kita yang memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika; Berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Toleransi adalah suatu sikap yang saling menghargai kelompok-kelompok atau antar  individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.

Di berbagai daerah dipenjuru Indonesia, di daerah pedesaan khususnya di salah satu di Jawa Timur, Kab. Lamongan, tepatnya di Desa Tunggul yang bertempatan pantai utara pulau Jawa. Desa tunggul memiliki jumlah penduduk 4.712 jiwa,  dengan jumlah penduduk laki-laki 2.349 dan penduduk perempuan 2.363 sebanyak 1.515 KK.

Mayoritas penduduk desa Tunggul bekerja sebagai petani sebagian nelayan dan mayoritas beragama Islam. Dan mereka memiliki latar belakang organisasi masyarakat yang berbeda. 

Meskipun demikian, masyarakat desa Tunggul hidup berdampingan dengan rukun tanpa ada goresan dari pihak satu dengan pihak yang lain. Hal ini bisa dilihat ketika masyarakat desa Tunggul  gotong royong membangun fasilitas desa.

Setiap tahun khususnya pada saat memperingati  hari Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dilakukan setiap bulan Agustus di  pertengahan bulan. Kegiatan ini sudah menjadi hal wajib untuk memperingati hari Kemerdekaan di seluruh pelosok Negeri ini. Namun di desa tunggul di menyikapi hal ini dengan penuh semangat jiwa nasionalisme. 

Masyarakat desa tunggul memperingati hari Kemerdekaan dengan melakukan kegiatan karnaval yang megah karena kekompakan masyarakat. Dalam kegiatan karnaval ini masyarakat berlomba-lomba mengeluarkan ide-ide yang ada di kepalanya. 

Seumpama, hari perayaan karnaval di tanggal sekian, jauh-jauh hari seluruh masyarakat sudah mempersiapkannya guna untuk memeriahkan perayaan tersebut. Warga gotong royong, mulai dari mengambil bahan-bahan untuk karya yang mau di buat. 

Gotong royong ini mulai dari kalangan remaja sampai kalangan dewasa. Tidak cukup sampai disitu, bahkan setiap malam warga rela mengorbankan waktu istirarahatnya untuk bekerja bersama membuat sebuah kerya yang megah. Kegiatan ini sampai mengundang penduduk warga desa lain sehingga kegiatan ini menjadi tontonan tahunan bagi masyarakat tunggul dan sekitarnya. 

Dari sini bisa dilihat bahwa jiwa toleransi masyarakat desa Tunggul untuk menjunjung tinggi guna melestarikan budaya bangsa agar tidak tergerus oleh budaya-budaya barat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun