Mohon tunggu...
Sahat Marihot Tua Silaen
Sahat Marihot Tua Silaen Mohon Tunggu... Full Time Blogger - _

_

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Tugas Saya Workaholic Artinya Berbeda Dengan Worklife Balance

29 Januari 2021   03:55 Diperbarui: 29 Januari 2021   11:55 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sehingga saya tidak pernah lagi menghubunginya hal tersebut dikarenakan saya tidak dapat lagi mengontrol emosi seperti sebelum saya sudah kerja dan membawa kebiasaan workaholic ini menjadi jadi. Tidak lain dikarenakan saya sudah tidak berteman lagi dengan teman yang sudah saya maki maki tersebut membuat saya tidak memiliki kepekaan sosial. Tahukah kompasianer/ Kompasiana saya memiliki kebiasaan seperti saya sudah ketagihan kerja dikantor sampai berlarut larut malam bahkan sampai lembur saja saya ambil, bukan demikian sehingga saya bersosialisasi pada kerjaan saya yang membuats saya anti sosial bukan begitu Kompasianer/ Kompasiana. Meskipun saya sudah menjadi workaholic namun hal tersebut tidak mengganggu saya dalam melakukan rutinitas dalam bekerja bukan. Sudah jelas saya sebagai nanda sudah pergi jauh ke ranah tanah perantauan untuk bekerja sehingga terasing dari keluarga saya dikampung halaman. Nanda sebagai saya anak anak, istri maupun ponakan di kampung selalu saja ada waktu untuk mereka berkumbul bareng dan tidak bagiku untuk nonton bareng atau nobar saja gak sempat. 

Kan saya masih di luar kota. Tentunya saya gak sempat nobar bersama keluarga di rumah bahkan sang atasan atau bos saya selalu menyuruh saya untuk dinas keluar kota. Demi saya sebagai nonda yang profesional tidak akan memperdulikan kebiasaan saya sebagai workaholic bahkan saya sangat bangga dengan sebutan tersebut. Memang aneh dan juga sangat berlebihan namun tidak bagi saya. Nanda tidak pernah mengenal dengan lelahnya bekerja. 

Karena saya terus kerja otomatis saya sering ngemil di Kantor dan juga dikarenakan gaji saya termasuk besar setiap bulan bahkan gaji seakan akan tidak dapat saya kontrol. Bahkan setiap ada barang diskonan di mal setiap bulan saya borong dan sering datang makan bareng dengan teman kerja atau teman lama bahkan sampai saya traktir mereka sehingga membuat hal tersebut membuat saya menjadi boros. Bahkan baju saya tidak sampai 1 tahun sudah saya ganti ke model yang baru. Herankan kebiasaan saya ini sangat boros. Memang sih sisa uang saya saya tranfer ke keluarga sebagian namun tidak demikian dengan kebutuhan sehari hari yang saya habiskan lebih besar dari uang yang saya berikan kepada keluarga. 

Tidak heran kalau ketemu teman lama yang belum jumpa bahkan saya traktir sampai uang saya hampir tinggal separuh lagi. Karena kesehatan mental dan juga fisik saya yang kurang baik menjadikan sifat perfeksionis saya ini terbilang cukup berlebihan menyebabkan saya berpikiran tidak rasional, karena tidak rasional membuat saya tidak berpersaan dalam melakukan pekerjaan tersebut saat bertemu seseorang. Saya sebagai Nanda membuat kebugaran fisik saya terganggu sehingga mengancam saya dalam menyelesaikan pekerjaan ini. 

Tahukah Kompasianer/ kompasiana kebiasaan saya ini menyebabkan saya bukan pekerja keras lagi dikarenakan kedua hal tersebut tidak sama namaun kedua hal tersebut merupakan hal yang berbeda.

Apa bedanya Kompasianer, bedanya saya selalu tidak ada punya waktu dan batasanb untuk waktu saja bekerja sedangkan pekerja keras selalu punya sistem dan batasan loh Kompasianer;

Saya sebagai nanda memiliki sifat yang mudah teralihkan dalam melakukan suatu pekerjaan tentunya sedangkan pekerja keras selalu menyelesaikan pekerjaan satu persatu dikarenakan saya mendapat kerja dan sering lembur dan saya menyelesaikan perkejaan ini sekaligus dan bersamaan; hasil yang saya dapatkan dengan rekan kerja saya yang memiliki tipe pekerjaan selalu tidak jauh berbeda loh Kompasianer;

Dikarenakan saya yang sudah bangga dengan sifat yang perfeksionis menyebabkan saya selau kawatir jikalau pekerjaan yang saya dapatkan apalagi saat lembur bahkan saat si boss nelpon saya tengah malam untuk saya selesaikan tersebut membuat saya tidak bahagia. Kadang cemas kadang juga stress apalagi kalau pekerjaan tersebut tidak dapat saya selesaikan pada hari juga. 

Kebiasaan saya yang workaholic ini membuat saya selalu yang sempurna bukan demikian, memang demikian saya menjadi terlihat klebih sempurna dari rekanan saya dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kebiasaan ini membuat saya sebagi workaholic menjadi berbeda dengan rekanan saya yang memilkiki sifat atau karekter yang pekerja keras. Dikarenakan di kantor tidak semuanya yang workaholic namun saya merupakan salah satunya yang memiliki workaholic. 

Namun dikarenakan kebiasaan saya yang menjadi jadi ini saya mencari cara bagaimana yah agar saya dapat mengembalikannya. Saat pada waktu itu saya sudah jatuh sakit.

Namun saya masih bisa ngomong. Namun disini ada seorang dokter yang profesional yang akan membimbing saya agar kembali normal lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun