Mohon tunggu...
Setiyo Agustiono
Setiyo Agustiono Mohon Tunggu... Konsultan - trainer

trainer, assesor

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Pendidikan di SMK Kurang Memiliki Bekal Kompetensi?

8 Oktober 2017   21:17 Diperbarui: 8 Oktober 2017   21:52 2099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah program pendidikan menengah yang berbentuk pendidikan vokasional dengan tujuan mempersiapkan lulusan untuk lebih siap masuk dunia kerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki pada bidangnya kerja dan berkualitas profesional yang diharapkan mampu berperan sebagai alat unggulan bagi dunia usaha dan industri di Indonesia dalam menghadapi persaingan global. Biaya pendidikan di SMK tidak sedikit yang dikeluarkan Pemerintah dan masyarakat tetapi yang dihasilkan tidak efektif memberikan bekal yang optimal siswa didalam meraih kompetensi yang diharapkan DUDI sehingga daya serap lulusan rendah.

Perlu digaris bawahi bahwa pendidikan kejuruan SMK adalah untuk memenuhi kebutuhan Industri dan meningkatkan tenaga kerja berkompetensi agar iklim investasi jadi menarik. Agar program pendidikan di SMK dapat meningkatkan kompetensi yang berkualitas maka dipilihlah Pendidikan Sistem Ganda (dual system) yang dalam pelaksanaan proses pembelajaran harus ada didua tempat yaitu di SMK dan di DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) untuk mencapai penguasaan kemampuan belajar dan berlatih siswa didapatkan dengan benar dan sesuai kompetensi yang diperlukan pada DUDI. 

Dalam pelaksanaannya pendidikan di SMK dilakukan program yang penting adalah Prakerin, yang merupakan bagian dari program pembelajaran setiap siswa di DUDI sebagai wujud nyata dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda agar meningkatkan kualitas lulusan SMK yang kompeten dan profesional.

Tetapi yang terjadi ??????? .

Prakerin hanya merupakan persyaratan kelulusan bukan menjadi hal yang utama didalam mencapai kualitas kompetensi lulusan yang dibutuhkan oleh DUDI, MENGAPA ? (a) Dilakukan dalam jangka waktu yang pendek (3 bulan), bagaimana mendapat kompetensinya?, (b) SMK belum melakukan bentuk program kerjasama SMK-DUDI, (c) SMK belum melakukan sinkronisasi isi kurikulum dengan DUDI, (d) Pada DUDI tidak ada pelatih tempat kerja yang bertanggung jawab siswa Prakerin.

Apa yang harus dilakukan SMK untuk mendapatkan hasil optimal;(1) SMK harus menjalin hubungan kerjasama DUDI yang dibina secara berkesinambungan dalam upaya menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai bidang keahliannya dan tuntutan dunia kerja, sehingga banyak lulusan SMK  yang tidak terserap dunia kerja DUDI  (2) SMK perlu menjalin bentuk kerjasama yang lebih terbuka dengan DUDI agar proses pembelajaran dan pelatihan dapat berjalan secara sinkron dan sejalan dengan kebutuhan kompetensi DUDI

 (3) Pihak SMK lebih aktif dan kreatif membina hubungan kerjasama dengan DUDI, secara garis besar hambatan dalam menghasilkan kualitas lulusan yang terserap DUDI dipengaruhi oleh faktor utamanya masih terdapat pada perbedaan kebutuhan dan sudut pandang antara SMK yang berorientasi pada pelatihan dan pembentukan sumber daya manusia dengan pihak DUDI yang berorientasi bisnis dengan mengejar keuntungan.

(4) SMK-DUDI bisa membantu menciptakan kebersamaan didalam melakukan pembelajaran dan pelatihan guna menciptakan siswa yang kompeten sesuai bidang studi dan kebutuhan DUDI.(5) Inisiatif pengembangan hubungan kerjasama harus dimulai dari pihak SMK, terutama dalam membangun saling pengertian masing-masing pihak, Jalinan kerjasama antara SMK dan Dunia Usaha/Dunia Industri, sebaiknya dibuat MoU secara formal dalam bentuk naskah kesepakatan kerjasama.

Pendidikan sistem ganda (dual system) membuat SMK bisa dan SMK Hebat ini terjadi karena DUA KAKI (SMK dan DUDI) yang berjalan selaras

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun