Di sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan, tepatnya di Parepare, lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak akan mengubah wajah Indonesia. Namanya Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang lebih kita kenal sebagai B.J. Habibie. Sejak kecil, Habibie sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Beliau senang membaca, memecahkan persoalan matematika, dan sangat tertarik pada mesin. Tapi hidup tidak selalu mudah baginya. Saat Habibie masih kecil ayahnya wafat, meninggalkan ibunya untuk membesarkan anak-anaknya seorang diri. Namun sang ibu tidak menyerah, beliau yakin bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari segala keterbatasan. Dan Habibie pun belajar dengan sungguh-sungguh.Â
Beberapa tahun kemudian, Habibie muda terbang ke Jerman untuk belajar teknik penerbangan. Beliau tidak hanya belajar, tapi bersinar. Di negeri yang jauh dari kampung halamannya, beliau meraih gelar doktor dengan predikat tertinggi dan bekerja di perusahaan pesawat ternama Eropa. Di sana, beliau mengembangkan teori dan inovasi yang bahkan beliau di akui oleh para ahli di Jerman. Kontribusinya yang paling terkenal adalah Teori Crack, atau yang kemudian dikenal dengan istilah "Habibie Factor". Dalam dunia penerbangan, setiap pesawat mengalami tekanan yang sangat besar saat lepas landas, terbang, dan mendarat. Seiring waktu, tekanan ini dapat menimbulkan kelelahan pada material dikenal sebagai fatigue yang menyebabkan munculnya retakan-retakan kecil yang sulit dideteksi. Retakan kecil ini, jika dibiarkan, bisa berkembang menjadi retakan besar yang membahayakan keselamatan.Â
Peran Habibie disini menjadi sangat penting. Beliau mengembangkan metode untuk menghitung secara matematis kecepatan dan arah pertumbuhan retakan tersebut. Melalui pendekatan ilmiah dan perhitungan yang akurat, beliau menunjukkan bahwa struktur pesawat bisa dibuat lebih ringan, lebih efisien, namun tetap aman, hanya dengan memahami dan mengendalikan retakan dari dalam materialnya. Karena keahliannya ini, Habibie dijuluki oleh para insinyur di Eropa sebagai "Mr. Crack", dan teorinya diaplikasikan dalam industri pesawat terbang di seluruh dunia, termasuk oleh perusahaan besar seperti Airbus dan Boeing. Berkat temuannya, biaya produksi dan perawatan pesawat bisa ditekan, umur pesawat menjadi lebih panjang, dan keselamatan penerbangan meningkat drastis. Teori Crack bukan hanya menunjukkan kecerdasan Habibie sebagai ilmuwan, tetapi juga membuktikan bahwa anak bangsa mampu menghasilkan inovasi kelas dunia. Dari laboratorium di Jerman, hingga langit Indonesia, teori ini menjadi warisan pengetahuan yang membanggakan, dan menjadi inspirasi besar bagi generasi muda untuk mencintai ilmu pengetahuan, berani bermimpi besar, dan bekerja keras demi bangsa.Â
Habibie sudah berada di puncak dihormati, mapan, dan memiliki masa depan gemilang di luar negeri. Namun hati Habibie tetap tertambat pada tanah airnya. Beliau tahu, ilmu dan teknologi yang beliau miliki seharusnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk bangsanya. Maka ketika Indonesia memanggil, Habibie pulang. Banyak yang meragukan keputusannya. "Mengapa kembali ke negara yang belum siap?" tanya mereka. Tapi Habibie yakin jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan beliau, siapa lagi?. Sekembalinya ke Indonesia, Habibie mendirikan berbagai lembaga teknologi dan mulai membangun mimpi besarnya: membuat pesawat sendiri karya anak bangsa. Mimpi itu bukan sekadar angan. Pada tahun 1995, pesawat N250 buatan Indonesia pertama akhirnya terbang di langit Nusantara. Tangis haru dan bangga menyambut keberhasilan itu. Untuk pertama kalinya, Indonesia membuktikan pada dunia bahwa kita bisa, asal kita percaya dan bekerja keras. Namun mimpi besar tak selalu bertahan lama. Krisis ekonomi menghantam, dan proyek pesawat harus dihentikan. Meski begitu, semangat Habibie tidak pernah padam. Beliau tetap berdiri, bahkan dipercaya menjadi Presiden Indonesia di masa-masa sulit. Dalam waktu singkat, beliau membawa perubahan besar membuka kebebasan pers, membebaskan tahanan politik, dan mengantar bangsa ke reformasi. Pada akhir hayatnya, Habibie tetap menjadi simbol harapan. Seorang ilmuwan, negarawan, dan patriot sejati. Beliau mengajarkan kita bahwa bermimpi itu penting, tapi lebih penting lagi adalah bertindak untuk mewujudkannya. Bahwa cinta tanah air tak harus ditunjukkan dengan senjata tapi bisa juga dengan ilmu, teknologi, dan semangat pantang menyerah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI