Mohon tunggu...
Safira Nurul Ilmi
Safira Nurul Ilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Vocational school student

Hello there! I am passionate about the forest or environmental issues. Fulltime did something with a disciplined, dedicated, analytical work style. I am an art enthusiast, like to do volunteering, also a good listener too! Currently studying for an associate degree in environmental technic and management major :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Artificial Intelligence di Indonesia: Harapan atau Ancaman?

16 Juli 2021   12:50 Diperbarui: 16 Juli 2021   13:55 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini, sadar atau tidak, melakukan penelusuran melalui internet, berswafoto menggunakan smartphone, streaming video atau musik, dan berbagai macam kegiatan sejenisnya menjadi hal yang lumrah terjadi di kalangan masyarakat. Namun, pernahkah terlintas dalam benak anda, darimana itu semua berasal? Jika iya, maka jawabannya adalah artificial intelligence. Satu hal yang dari masa ke masa selalu hangat diperbincangkan.

                                                                                                

Apa itu artificial intelligence?

Artificial intelligence (AI) adalah salah satu bidang studi berisi buah pemikiran cerdas. Pemikiran tersebut bisa diimpelementasikan untuk melakukan berbagai macam perhitungan (Singh & Singh, 2010). Segala perhitungan yang dikerjakannya bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi setiap pengguna, menganalisis masalah, serta membuat sistem komputerisasi menjadi lebih terkontrol. (Triatmaja et al., 2019). Ibarat pedang bermata dua AI dapat membawa harapan baru bagi kelangsungan hidup umat manusia, namun di waktu yang sama mampu mendatangkan ancaman. 

Benarkah AI adalah ancaman?

Sejak pertama kali diciptakan pada tahun 1956, AI terus mengalami perubahan dan kian mendunia. Adapun perkembangan AI di masa sekarang, tak lepas dari kerangka revolusi industri 4.0. dimana teknologi sangat memungkinkan untuk membuat kecerdasan layaknya manusia. Beberapa kalangan berasumsi, dikarenakan AI dapat megerjakan berbagai macam tugas, maka lama kelamaan lapangan pekerjaan pun akan hilang. Hal inilah yang menciptakan stereotipe AI membawa ancaman, terutama dalam bidang profesi.   

Mengutip dari beberapa penelitian pada laman Science Alert, dapat diketahui bahwa AI bukanlah sebuah ancaman. Maka dari itu stigma yang ada tidak sepenuhnya benar. Hal ini juga dikarenakan sistem AI tidak dapat mengontrol dirinya sendiri dan tidak mengambil alih kendali melainkan masih diatur oleh manusia. Fenomena ini sama halnya dengan revolusi industri 3.0 di akhir abad ke - 20, ketika komputer untuk pertama kalinya hadir nyatanya tidak benar - benar menghilangkan pekerjaan manusia namun justru memberikan kemudahan karena 'mengurangi' kegiatan yang dilakukan secara manual dan mampu menciptakan peluang kerja baru.

Ilustrasi penggunaan komputer: Safira
Ilustrasi penggunaan komputer: Safira
                                                      

AI di Indonesia

AI memiliki beragam pengaruh baik dalam dinamika perkembangan negara Indonesia. Disebutkan dalam salah satu jurnal yang dimuat pada laman Masyarakat Telematika dan Informasi milik Kominfo, bahwa AI menjanjikan banyak keringanan serta manfaat di berbagai bidang. Bukti konkretnya adalah dalam sektor industri, sudah banyak penggunaan robot berbasis AI sebagai mesin produksi yang tentunya bisa bekerja secara otomatis. Begitupun dalam sektor pemerintah, penggunaan AI berhasil diimplementasikan melalui pencanangan program Smart City berteknologi Deep Learning Neural Network yang mulai diterapkan di beberapa daerah Kabupaten dan Kota, terobosan ini akan memudahkan kegiatan pendeteksian kepadatan volume kendaraan di jalan raya. (Yogaswara, 2019)

Bukti lainnya yakni sebagaimana dipaparkan dalam Jurnal EKSEKUTIF Volume 15 No. 2 tahun 2018. Pada sektor industri manufaktur AI banyak dipertimbangkan dan mendapat perhatian. Hal tersebut disebabkan AI berpotensi membantu memecahkan persoalan manufaktur serta perencanaan rekayasa (manufacturing systems and engineering design problem). Dalam pengerjaannya, ini sangat sulit juga kompleks untuk diselesaikan menggunakan teknik konvensional. (Sihombing & Wirapraja, 2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun