Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film

"Bon Appetit, Your Majesty", Ketika Cinta dan Rasa Bertemu dalam Hidangan Makanan

3 Oktober 2025   05:26 Diperbarui: 3 Oktober 2025   05:26 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poster Bon Apettit Your Majesty (dok.Netflix)

 

Ada sesuatu yang ajaib ketika sebuah drama Korea tidak hanya menghibur mata dengan kisah romantisnya, tetapi juga menggoda lidah penonton dengan hidangan yang tampil begitu nyata di layar. Bon Apptit, Your Majesty adalah salah satunya. Drama ini bercerita tentang seorang raja muda yang secara tidak sengaja terlempar ke masa kini, lalu menemukan dunia modern yang serba cepat, penuh distraksi, namun juga... penuh rasa. Bukan hanya rasa cinta, tetapi juga rasa dalam arti yang sesungguhnya---dari makanan yang ia santap bersama orang-orang baru yang ia temui.

Sejak episode pertama, saya dibuat jatuh cinta bukan hanya pada karakternya, tetapi juga pada suasana hangat yang muncul setiap kali makanan disajikan. Ada adegan ketika sang raja pertama kali mencicipi pajeon---pancake gurih Korea dengan taburan daun bawang dan kadang ditambah seafood. Wajahnya berbinar, seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali menemukan mainan favoritnya. Adegan sederhana itu justru membuat saya berhenti sejenak, mengingat kembali betapa makanan sering menjadi jembatan antarbudaya, bahkan antarwaktu.

Kemudian ada samgyetang, sup ayam ginseng yang direbus lama hingga kuahnya bening, penuh aroma rempah, dan dipercaya mengembalikan tenaga. Dalam drama, samgyetang hadir pada momen intim: seseorang memasakkan hidangan ini untuk sang raja, bukan sekadar sebagai makanan, melainkan tanda kasih sayang yang tulus. Dari situ saya mulai merasa: drama ini tidak hanya soal cinta antar manusia, tetapi juga tentang cinta yang tersaji dalam sepiring makanan.

Tapi bukan hanya hidangan yang membuat drama ini berkesan. Melihat seorang raja yang terbiasa hidup di istana tiba-tiba harus melihat smartphone, hingga tas yang dibawa oleh Yeon Ji-Yeong (diperankan Im Yoong Ah) ke masa kerajaan Joseon, menghadirkan humor segar sekaligus refleksi. Adegan-adegan kecil---seperti ketika ia menolak ramen instan karena baunya terlalu asing, lalu akhirnya jatuh cinta pada kehangatannya---membuat penonton tersenyum sekaligus berpikir. Bukankah begitu juga kita saat mencoba kuliner baru dari budaya lain? Ada penolakan awal, ada rasa heran, tapi lama-lama kita menemukan keakraban.

Dan anehnya, setiap kali melihat pajeon dan samgyetang di layar, ingatan saya justru melayang ke Jakarta Selatan---bukan ke restoran mewah Korea, melainkan ke meja sederhana kaki lima tempat saya singgah untuk sekadar menikmati hidangan khas Indonesia. Ada satu warung di bilangan Blok M yang selalu ramai. Di sana, bau minyak goreng yang baru panas bercampur dengan suara spatula beradu di wajan. Saya memesan martabak telur, yang dengan cara tertentu mengingatkan saya pada pajeon. Keduanya sama-sama gurih, digoreng tipis, renyah di luar namun lembut di dalam, dan selalu nikmat dinikmati bersama teman.

Lalu, ketika drama menampilkan samgyetang, saya teringat pada sop ayam kampung di dekat rumah. Kuahnya bening, penuh aroma bawang putih, jahe, dan seledri. Tidak ada ginseng di sana, tetapi kehangatannya sama: menyembuhkan badan yang lelah sekaligus menenangkan hati. Di momen itu saya tersadar, makanan adalah bahasa universal. Pajeon bisa saya hubungkan dengan martabak telur, dan samgyetang bisa saya sandingkan dengan sop ayam atau bahkan soto Betawi yang kaya rempah. Bahkan, ketika melihat kimchi muncul sekilas dalam drama, saya langsung teringat pada asinan Betawi---sama-sama segar, asam, pedas, dan jadi pendamping wajib setiap hidangan berat.

Salah satu kekuatan Bon Apptit, Your Majesty yang tayang di Netflix sejak 23 Agustus 2025 ini adalah kemampuannya memadukan dua hal yang jarang dipasangkan: kisah fantasi kerajaan dan kuliner. Biasanya, drama sejarah menekankan politik dan intrik, sementara drama kuliner menyorot dapur dan resep. Tapi di sini, keduanya berjalan beriringan. Penonton diajak merasakan kejanggalan seorang raja yang bingung menghadapi dunia modern, lalu melihat bagaimana ia menemukan kedamaian lewat makanan sederhana.

Kelebihan lain adalah visualisasi makanan. Setiap adegan memasak dan menyantap makanan dibuat dengan sinematografi yang detail. Kamera memperlambat momen ketika kuah dituangkan, atau ketika uap panas naik dari mangkuk. Saya pernah menonton drama yang juga menampilkan makanan, tapi sering terasa seperti iklan. Di sini, tidak. Makanan hadir sebagai bagian dari emosi: pajeon bukan sekadar camilan, melainkan simbol kebersamaan. Samgyetang bukan sekadar sup, melainkan ungkapan perhatian.

Selain itu, pembangunan karakter terasa cukup kuat. Sang raja digambarkan bukan hanya gagah dan berwibawa, tetapi juga rentan, kebingungan, dan kadang konyol ketika menghadapi dunia baru. Lawan mainnya pun tidak hanya jadi "pemanis", tapi membawa konflik internal: bagaimana menerima orang asing yang tiba-tiba hadir, dan bagaimana belajar membuka hati melalui momen sederhana di meja makan.

Poster Bon Apettit Your Majesty (dok.TvN)
Poster Bon Apettit Your Majesty (dok.TvN)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun