Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Gowok: Kamasutra Jawa", Dekonstruksi Budaya Patriarki Lewat Lensa Tradisi Seksual Jawa

22 Mei 2025   21:23 Diperbarui: 11 Juni 2025   13:05 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Gowok: Kamasutra Jawa (dok. MVP)

Ketika Saya mendengar judul Gowok: Kamasutra Jawa terbersit untuk melabelinya sebagai film vulgar. Bahkan saat melihat poster dan menonton trailer film akan memandang sebagai tontonan esek-esek yang mengandalkan eksploitasi tubuh. Anda juga mungkin beranggapan sama. Namun, sesungguhnya film terbaru garapan Hanung Bramantyo ini menyajikan lapisan makna yang jauh lebih dalam dari sekadar narasi seksual. Ia adalah perenungan budaya, sejarah, dan pendidikan seksual yang dibalut dalam tragedi cinta dan dilema moral yang kompleks. Saya pun berkesempatan untuk bisa menikmati film ini pada spesial screening pada Selasa (20/5).

Tiket Spesial Screening Film Gowok: Kamasutra Jawa (dokpri)
Tiket Spesial Screening Film Gowok: Kamasutra Jawa (dokpri)

Gowok bukanlah istilah modern atau asing bagi kebudayaan Jawa. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-15 dan dahulu dijalankan secara terbuka. Seorang gowok adalah perempuan dewasa yang berfungsi sebagai pendidik seksual bagi pemuda bangsawan atau calon pengantin laki-laki. Namun, yang diajarkan bukan semata teknik fisik, melainkan juga falsafah hubungan suami-istri, seni mencintai, dan menghormati perempuan dalam konteks relasi pernikahan.

Menurut mas Hanung dalam sebuah wawancara, Film Gowok ini terinspirasi dari Serat Centhini, karya sastra Jawa klasik yang mendokumentasikan berbagai aspek kehidupan, termasuk seksualitas. Bagi mas Hanung sendiri, penemuan istilah gowok menjadi momen pencerahan. Seperti diakuinya dalam sesi diskusi film, ia awalnya mengira gowok adalah nama daerah. Namun saat membaca lebih jauh, Hanung menyadari kekayaan budaya yang terkandung dalam praktik tersebut---bahkan sebagai orang Jawa, ia mengaku baru mengetahui profesi ini secara mendalam.

Adegan Film Gowok: Kamasutra Jawa (dok.MVP)
Adegan Film Gowok: Kamasutra Jawa (dok.MVP)

Kisah Cinta yang Terjalin dan Terperangkap

Film ini dibuka pada era 1950-an, menyoroti hubungan antara Jaya, putra priyayi, dengan Ratri, seorang yatim piatu yang diasuh oleh Nyai Santi, seorang gowok legendaris. Jaya, yang awalnya menolak digowok, akhirnya menerima pendidikan seksual dari Nyai Santi karena melihat aura yang terpancar dari Ratri. Jaya memang sudah dipersiapkan oleh orang tuanya untuk menikah dan bisa menjadi pria sukses dalam berumah tangga kelak. Hubungan awal yang malu-malu dari Ratri, dan diberikan kepercayaan diri oleh Jaya sehingga mereka berdua terjalin erat. Jaya pun tak sungkan untuk membantu Ratri dalam mengurus rumah tangga tanpa sepengetahuan dari Nyai Santi. Hubungan keduanya kemudian terjalin secara fisik dan emosional setelah mereka berdua terkena mantra Kamanjaya-Kamaratih yang salah.

Namun kisah Jaya-Ratri tidak berjalan mulus. Adanya budaya patriarki dan kesenjangan hubungan priyayi dan rakyat semakin kuat. Jaya memastikan kepada Ratri untuk bisa menjadi manusia bebas seutuhnya, manusia yang terpelajar dan terbebas dari adanya patriarki. Jaya pun selesai menjalani masa pergowokan di rumah Nyai Santi. Jaya kembali kepada kehidupannya sebagai seorang priyayi dengan kisah perpolitikan dan pemerintahan, sedangkan Ratri harus berjibaku menimba ilmu menjadi seorang Gowok yang sukses. Selain mendalami Gowok, Ratri pun berjuang untuk bisa menjadi manusia terpelajar berkat bantuan Jaya.

Adegan dalam trailer film Gowok: Kamasutra jawa (dok.MVP)
Adegan dalam trailer film Gowok: Kamasutra jawa (dok.MVP)

Kisah Jaya-Ratri tidak berjalan mulus. Kisah mereka pun putus. Mereka menjalani kisahnya masing-masing. Ratri pun belajar menjadi Gowok yang sukses. Dalam momen tersebut Jaya kembali ke pondok Gowok Nyai Santi dengan membawa putranya, Bagas. Jaya pun bermaksud agar Bagas bisa digowok oleh Nyai Santi. Namun, bukan Nyai Santi yang menggowok Bagas, melainkan Ratri yang siap memberikan gowok kepada Bagas. Dilematis ini dihadapi oleh Ratri antara mengikhlaskan atau berbalas dendam kepada Jaya melalui perantara Bagas. Ratri harus memilih antara profesionalisme dalam tradisi dan gejolak emosional yang belum selesai.

Kisah Ratri-Bagas yang semakin rumit pun akhirnya berpadu dalam sejarah di tahun 1965. Kisah tentang adanya komunisme, hingga kepada organisasi Gerwani. Kisah ini semakin menambah khasanah dalam sejarah Indonesia. Meski beberapa bagian terlihat fiksi, namun ada sebuah pelajaran sejarah yang bisa diambil hikmah. memang, pada akhirnya kisah ini berakhir dengan tak terduga. Meski ada sebuah kejanggalan yang terpatri dalam pikiran terkait akhir film tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun