Mohon tunggu...
Saeful Uyun
Saeful Uyun Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengembara yang ingin mengekpresikan daya fikir dan kritisnya

Berkelana dalam luas samudera fenomena sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Awal Masuk Sekolah 2020, Harapan dan Realita?

28 Mei 2020   20:37 Diperbarui: 28 Mei 2020   20:40 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak kalangan mendesak Mas menteri untuk menunda awal masuk belajar siswa. Banyak alasan yang mendasari permintaan tersebut, diantaranya situasi curva pandemi yang belum stabil dan potensi penularan yang masif apabila seluruh siswa mulai masuk sekolah. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan mengatur social distancing atau physical distancing karena berbagai sarana dan prasarana yang tidak memadai.

Melihat fenomena ini, bahkan desakan dari berbagai tokoh maupun komunitas relawan pendidikan, rasanya Kemendikbud bisa mempertimbangkan berbagai usulan tersebut. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan telah menyiapkan berbagai skenario terkait permulaan tahun ajaran baru 2020/2021. (Sumber).

Namun, Pembukaan awal sekolah perlu difikirkan dengan matang. Dan kalaupun sekolah dimundurkan ke awal Januari, tetap memiliki efek baik positif maupun negative. Positifnya jelas, seluruh siswa dapat dicegah dari penularan covid 19 minimal dari lingkungan sekolah. Akan tetapi, ada beberapa efek negative yang bisa saja muncul. 

Misalnya, pertama, siswa akan mengalami kejenuhan mendalam karena interaksi sosial mereka terbatasi. Kalau biasanya mereka bisa bercengkerama dengan teman-temannya, tapi dengan ditambahnya waktu belajar dirumah, maka beban psikologisnya semakin berat. 

Kerinduan yang cukup lama untuk bertemu sahabat dan guru secepatnya pun hilang. Akan tetapi, apa boleh buat, perjuangan untuk melandaikan penularan covid 19 butuh perjuangan dan kesabaran.

Kedua, orang tua akan semakin sibuk untuk terus membantu dan memonitor perkembangan belajar putera-puterinya selama belajar di rumah. Tapi, rasanya yang kedua tak begitu menjadi beban, karena sebenarnya orang tua juga tak rela kalau anaknya tertular atau jadi carrier. Malah jadi repot nanti.  Jadi, walaupun pilihan berat tapi orang tua akan memahami kondisi ini.

 Ketiga, beban psikologis guru. Target kurikulum yang hendak dicapai memang akan sedikit terganggu. Karena metode dan media pembelajaran disaat daring dengan luring akan berbeda. Ada beberapa aspek yang tak mungkin disentuh oleh teknologi, misalnya pengontrolan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

Walaupun ada beberapa resiko dan efek yang akan ditimbulkan, rasanya keputusan untuk menunda awal kegiatan belajar di sekolah merupakan bagian dari sebuah usaha preventif demi kemaslahatan bersama. Sebelum kebijakan ini diterapkan, sebaiknya pihak kementerian Pendidikan harus memetakan target atau capaian kurikulum terbaru. 

Kurikulum yang sudah ada hendaknya dimodifikasi sesuai kebutuhan dan proporsi waktu belajar siswa pada saat pandemi ini. Hal ini dimaksudkan, agar guru lebih leluasa dalam mengeksplorasi berbagai sumber belajar, dan metode pembelajaran dengan kreatif dan inovatif serta tak terbebani target kurikulum yang ada selama ini. Semoga ikhtiar bersama ini membuahkan hasil, dan indonesia terbebas dari covid. Aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun