Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Lockdown" Dilonggarkan, Pandemi Segera Berlalu?

29 April 2020   19:56 Diperbarui: 29 April 2020   20:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selandia Baru dan Australia sudah melonggarkan 'lockdown' serta membuka kembali pantai mereka (doc.www.itv.com/ed.Wahyuni)

Kebutuhan untuk memulihkan perekonomian sesegera mungkin nampaknya mendorong Perancis dan Spanyol, dua negara yang paling terpukul dalam pandemi coronavirus, mengambil jalan berbeda dari kebanyakan negara lainnya pada Selasa (28/4) lalu dengan menghentikan 'lockdown' meski kasus-kasus infeksi masih bermunculan; sementara keberhasilan mengalahkan virus diperlihatkan oleh Selandia Baru dan Australia (Associated Press,28 April 2020).

Presiden Perancis Emmanuel Macron ingin sekolah-sekolah mulai dibuka kembali pada 11 Mei 2020 mendatang dengan menekankan tergantung pada orang tua untuk memutuskan apakah akan mengirim anak-anak kembali ke kelas atau tidak namun banyak guru, orang tua, bahkan beberapa walikota merespon dengan peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan pada pandemi yang masih berlangsung.

"Saya tidak menentang pembukaan kembali sekolah-sekolah."Papar Joel Wilmotte, salah satu di antara kian banyak walikota di Perancis yang menolak wacana tersebut dilaksanakan saat ini, dalam sebuah video di page Facebook kota Hautmont di utara sembari mencantumkan tujuh alasan mengapa dia tidak siap untuk melakukannya.

Wilmotte menyebutkan bahwa membuka sekolah belum bisa dilaksanakan, di antaranya, karena para guru tidak tahu bagaimana memastikan setiap anak menghormati gerakan protektif dan sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa kebanyakan orangtua Perancis menentang pembukaan kembali sekolah. Selain itu staf kebersihan merasa takut akibat kurangnya perlengkapan untuk melakukan desinfeksi secara terus-menerus. 

Oleh karena itu Wilmotte mengatakan dia menjaga keenam sekolah di kotanya tertutup "sampai pemberitahuan lebih lanjut."

Yunani yang sejauh ini telah berhasil menjaga angka kematian coronavirus-nya di skala rendah (136 orang) juga merilis rincian pelonggaran 'lockdown' pada Selasa lalu, urusan membuka kembalisekolah tetap rumit.

Sekolah-sekolah di negeri tersebut, menurut jurubicara Kementerian Kesehatan Yunani yang juga seorang dokter spesialis penyakit menular Sotiris Tsiodras, akan dibuka kembali "secara bertahap, disesuaikan dengan kondisi" namun dia belum memperoleh tanggal pasti dari tim ahli yang berwenang (Associated Press,28 April 2020).

Soal resiko penularan, Tsiodras yang juga ayah dari tujuh anak itu menandaskan bahwa para ilmuwan sudah sepakat anak-anak kurang berisiko terkena virus sehingga peluang mereka jadi vektor penularanpun jauh lebih kecil,"Kami bukannya ingin bereksperimen dengan mengorbankan anak-anak, ini adalah sebuah proposal ilmiah dimana kami memberi usulan dan pemerintah yang akan memutuskan (tindak lanjutnya)."

Di AS yang memiliki angka kematian tertinggi di dunia lebih dari 56.000, Presiden Donald Trump mengatakan negara-negara harus "mempertimbangkan dengan serius" membuka kembali sekolah-sekolah umum mereka sebelum akhir tahun akademik meski banyak yang menentang karena faktor risiko penularan apalagi Trump sendiri bahwa jumlah kematian akibat virus di negerinya bisa mencapai 70.000 jiwa. Sementara Italia, Spanyol, Prancis dan Inggris masing-masing memiliki lebih dari 21.000 kematian terkait virus.

Di Brasil, negara terpadat di Amerika Latin dengan 211 juta penduduk yang telah melaporkan 4.600 kematian dan 67.000 konfirmasi positif terinfeksi, infeksi yang dikonfirmasi Presiden Jair Bolsonaro bersikeras bahwa 'lockdown' harus dihentikan karena rakyat Brazil perlu melanjutkan hidup mereka untuk mencegah krisis ekonomi, tetapi sebagian besar gubernur negara bagian telah menerapkan pembatasan untuk membuat orang tetap di rumah dan memperlambat penyebaran virus.

Sementara itu Jepang dan Komite Olimpiade Internasional sepakat untuk menunda Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020 hingga Juli 2021 karena pandemi. Jepang berada di bawah keadaan darurat selama sebulan di tengah peningkatan cepat infeksi di seluruh negara, di mana rumah sakit terbebani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun