Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tingkat Kematian Pasien Covid-19 di Jerman Sangat Rendah, Kok Bisa?

27 Maret 2020   09:24 Diperbarui: 27 Maret 2020   11:50 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eropa di tengah wabah Covid-19 (doc.Metro/ed.Wahyuni)

Data yang dihimpun Universitas Johns Hopkins menunjukkan bahwa di Italia penderita Covid-19 yang meninggal mencapai 9,5 persen, di Perancis 4,3 persen, sementara di Jerman 'hanya' 0,4 persen saja (The Washington Post, 25 Maret 2020).

Rendahnya tingkat kematian penderita Covid-19 di Jerman tersebut tentu saja mengusik rasa keingintahuan para virolog dan kalangan medis seputar metode penanganan coronavirus yang dilakukan otoritas negara tersebut.

Para ahli penyakit menular menunjukkan bahwa kesigapan Jerman di hari-hari awal wabah untuk melacak, melakukan tes, dan menghimpun kelompok-kelompok terinfeksi membuatnya memiliki gambaran yang lebih tepat tentang ukuran penyebaran wabah. Hasilnya akan jauh lebih akurat ketimbang sekedar menguji pasien yang jelas-jelas menunjukkan gejala, menderita sakit parah atau berisiko tinggi sebagaimana yang umum dilakukan negara-negara lainnya.

"Awalnya ketika kami memiliki relatif sedikit kasus, kami datang (ke lokasi)untuk menemukan pasien (yang terinfeksi) dan mengisolasi mereka." Kata Reinhard Busse, kepala departemen manajemen perawatan kesehatan di Universitas Teknologi Berlin, pada The Washington Post. " Kami cukup berhasil (menangani Covid-19) di Jerman dan itulah alasan utamanya."

Faktor-faktor lain seperti usia mereka yang terinfeksi dan waktu berlangsungnya wabah di Jerman juga berperan dalam rendahnya angka kematian, namun pengujian secara luas adalah kuncinya.

Wabah di Jerman dengan 31.150 kasus Covid-19 pada tengah hari Selasa (24/3), tampaknya lebih besar dari Perancis yang memiliki 20.149 kasus; namun tingkat kematian di Perancis yang lebih tinggi menyiratkan ada lebih banyak kasus yang tidak terdiagnosis di negeri Napoleon itu. Ada kemungkinan bahwa wabah di Perancis lebih besar dari Jerman.

Kapasitas Diagnostik Lebih Tinggi

Otoritas kesehatan Jerman mengawali langkah penanganan Covid-19 dengan melacak kelompok yang diduga terinfeksi dengan cermat. Ketika seseorang mendapat hasil tes positif, selanjutnya mereka melakukan pelacakan kontak untuk menemukan dengan siapa saja mereka telah berinteraksi (secara fisik) lalu semuanya dites dan dikarantina sehingga terbentuknya rantai penyebaran infeksi pun bisa dicegah.

Christian Drosten, seorang ahli virus di rumah sakit Charite di Berlin, mengatakan pada The Washington Post bahwa ia "sangat yakin" bahwa kapasitas diagnostik Jerman yang tinggi telah "memberi kami keunggulan yang ekstrim. . . dalam mendeteksi epidemi. "

Namun dia memperingatkan agar tidak berpuas diri, dan mengatakan angka kematian akan meningkat: "Kami tidak terkecuali."

Epidemiolog mengatakan penting untuk melihat wabah Jerman dalam dua fase yang berbeda, yaitu fase awal yang terbukti sudah ditangani dengan baik dan fase berikutnya saat penyebaran wabah sudah sangat merata sehingga, dalam beberapa kasus, rantai infeksi mustahil untuk dilacak.

Saat fase kedua terjadi, maka tak ada pilihan selain mengirim orang yang bermasud melakukan tes Covid-19 untuk kembali ke rumah dan menelepon hotline coronavirus yang dipastikan super sibuk. Hal itu karena mereka tidak punya alat pelindung diri yang menjamin keamanan saat melakukan pengujian.

Kasus-kasus Covid-19 yang terus meluas membuat  otoritas kesehatan kini beralih pada penekanan metode preventif seperti menjaga jarak aman saat bersosialisasi dan melarang acara massa. Negara-negara bagian telah membatasi pertemuan di luar rumah untuk maksimal dua orang.

Tingkat kematian yang rendah juga disebabkan, menurut epidemiolog Karl Lauterbach sekaligus anggota parlemen Jerman, oleh pemicu awal wabah Jerman adalah sejumlah besar orang muda yang 'kembali dari liburan (di berbagai tempat termasuk mancanegara)'. Stamina fisik orang muda dalam pertempuran melawan coronavirus pastinya jauh lebih baik ketimbang orang tua, sehingga umumnya mereka berhasil sembuh.

Namun Lauterbach memperkirakan angka kematian Jerman akan meningkat karena segmen masyarakat lain yang lebih rentan juga terinfeksi. Apalagi pengujian yang tidak bersifat universal mengakibatkan banyak orang dengan coronavirus mungkin tidak pernah didiagnosis sehingga mustahil memastikan tingkat kematian yang sebenarnya.

Bagaimana pun Jerman yang memiliki fasilitas kamar-kamar perawatan intensif dan ventilator yang jauh lebih banyak dibanding negara-negara lainnya plus prosedur langkah-langkah awal mencegah penyebaran virus yang telah teruji membuat Lauterbach yakin bahwa tingkat kematian terkait Covid-19 negaranya tidak mungkin akan jadi separah Italia atau Spanyol, dua negara yang standar perawatan kesehatannya sedang kolaps.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun