Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meski Petani Protes, Impor Gula Ratusan Ribu Ton Jalan Terus

7 Maret 2020   11:06 Diperbarui: 7 Maret 2020   11:07 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintah lebih memilih impor ketimbang membeli gula dari petani lokal (doc.ANTARANews)

Realisasi impor gula kristal mentah (GKM), menurut Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, sebanyak 438,8 ribu ton akan masuk ke Indonesia pada pekan depan untuk mencukupi kebutuhan gula masyarakat jelang Ramadan yang jatuh pada akhir April 2020 (CNN Indonesia, 7 Maret 2020). Kementerian memperkirakan volume impor itu bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sampai Mei 2020.

Agus, sebagaimana dilansir CNN Indonesia, mengatakan bahwa realisasi impor bisa dilakukan lantaran kementeriannya sudah mengeluarkan persetujuan impor beberapa waktu lalu dan karena musim panen gula baru akan berlangsung sekitar Juni mendatang. 

Kecemasan pemerintah akan kurangnya stok gula itu disanggah oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin yang menyatakan bahwa stok gula masih mencukupi hingga Mei 2020 sehingga pemerintah belum perlu mengimpor gula (detikFinance, 24 Februari 2020).

Ada sisa stok akhir tahun 2019 sebanyak 1,080 juta ton dan pada akhir tahun 2019 juga sudah ada impor GKP (gula kristal putih) sebanyak 270.000 ton untuk memenuhi kebutuhan awal tahun 2020, papar Khabsyin dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom (24/2), jadi stok awal tahun 2020 sebanyak 1,350 juta ton dan tingkat konsumsi gula nasional rata-rata 230,000 ton per bulan, maka selama 5 bulan (Januari-Mei 2020) dibutuhkan 1,150 juta ton. Berarti masih ada stok tersisa.

Alasan pemerintah mengimpor gula untuk mengendalikan pesatnya kenaikan harga gula dianggap berlebihan karena, menurut Khabsyin, kenaikan Rp 1.000-2.000 per kg yang menjadikan harga gula menjadi RP.14.000-15.000 per kg jelang Ramadhan adalah sesuatu yang wajar dibanding komoditas bawang putih/daging yang kenaikannya bisa di atas Rp.30.000 per kg.

Selain itu Khabsyin, sebagaimana dikutip detikFinance, menyatakan bahwa harga gula selalu dimainkan dengan tujuan bisa melakukan impor menjelang musim panen yang biasanya berlangsung Maret/April untuk wilayah Sumatera dan Mei untuk wilayah Jawa. Dia juga menyayangkan langkah Bulog yang minta jatah impor gula, bukannya membeli gula petani yang harganya turun menjadi Rp.10.000-10.500 per kg pada puncak musim giling tahun 2019 lalu.

Namun sebagus apapun argumentasi penolakan petani gula terhadap kebijakan impor pemerintah, sebagaimana disuarakan Khabsyin, nampaknya tidak akan terlalu berpengaruh karena rencana impor gula sudah dirancang sejak tahun lalu dan sudah disepakati di level kepala negara. Presiden Jokowi dan Perdana Menteri India Narendra Modi sudah sepakat saling tukar perdagangan antara gula dan sawit.(CNBC Indonesia, 20 Februari 2020).

India sudah menyetujui persyaratan Indonesia terkait ekspor kelapa sawit agar tidak ada perbedaan nilai tarif impor dengan Malaysia dan Indonesia pun sudah setuju untuk membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar (mentah) dari India.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun