Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Trip

Seru-seruan, Belanja Murah, dan Kue Gratis di Bugis Street

28 November 2019   10:54 Diperbarui: 28 November 2019   10:57 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen seru-meriah di kawasan Bugis Street Singapura (doc.Wahyuni)

Selepas membongkar isi koper--ransel dan meninggalkan sebagian besarnya di rumah Uncle Chua, warga Singapura yang menyewakan kamar-kamar inap untuk turis dalam jejaring AirBnB, kami berempat pun memburu halte terdekat untuk naik bis yang melewati kawasan Bugis Street.

Bis datang sesuai jadwal yang tertera di situs transportasi dan kami memilih untuk duduk di tingkat dua agar lebih leluasa menikmati pemandangan sepanjang jalan. Gerimis sore (18/11) itu membasahi jalan-jalan yang bersih mulus dengan lalulintas lancar sangat terkendali.

Maklum mobil-mobil yang melaju jumlahnya tak seberapa banyak, rambu-rambu lalulintas ditaati, dan lokasi-lokasi pembangunan infrastruktur di berbagai titik berlangsung di kawasan yang telah dibentengi sedemikian rupa hingga tidak semrawut mengusik ketertiban jalan serta kenyamanan mata. Plus sejauh mata memandang, kami cuma mendapati dua sepeda motor yang nimbrung di dua  spot jalanan yang berjauhan.

Lampu-lampu jalan dan pernak-pernik bernuansa Natal sudah mulai nampak di sana-sini. Sepanjang perjalanan melintasi deretan mal dan toko selalu ada spasi hiburan gratis yang bisa dimanfaatkan untuk bersenang-senang, minimal buat selfie atau wefie. Seperti saat Rahma menemukan  spot  di Bugis Junction tempat figur-figur lucu emotikon Line berukuran raksasa dipajang lengkap dengan berbagai latar yang sangat menarik. Jadilah kami berempat berjepret-ria dengan sukacita, tak mau kalah dengan para bocah yang tengah diasuh ortu mereka ....

Lita, Lana, Rahma, dan saya menyeberangi jalan untuk memburu halte yang akan membawa kami ke Bugis Street. Sejarah, sebagaimana dirilis laman travelsingapura.com, mencatat bahwa saat Singapura masih bernama Temasek di awal abad 19, banyak pedagang Suku Bugis (Makassar) yang berniaga ke sini dengan menawarkan komoditas rempah-rempah asli Indonesia dan emas, mereka bahkan membentuk komunitas di kawasan yang kini bernama Bugis Village.

Tahun 1987, Singapore Tourism Board membangun kembali wilayah tersebut untuk mengakomodir kedatangan para turis asing yang membutuhkan souvenir dan oleh-oleh serta memberi wadah bagi para pedagang jalanan setempat untuk mencari nafkah di Pasar Bugis.

Ke sanalah kami akan mencari oleh-oleh cantik yang tak terlalu mencekik dompet. Beberapa brosur yang kami ambil dari Bandara Changi berisikan informasi belanja plus kupon bonus  goodie bag  dan jus-kue gratis, tak lupa kami bawa serta.

Lana yang pernah berkunjung ke Singapura sebelumnya bertindak selaku pemandu dengan peta online  di tangan. Maklum tak ada mobil angkot, jadi kami pun bertumpu pada kaki. Melangkah berbaur dengan warga setempat dan para turis beraneka warna kulit memang memberikan sensasi tersendiri. Resto-kafe-lapak makanan dipenuhi tempelan info diskon yang mereka tawarkan.

Tak lama kemudian tibalah kami di Singapore Souvenir Center, sebuah toko kecil yang khusus menjual aneka cenderamata grosiran dari gantungan kunci, miniatut Merlion berbagai bahan-ukuran, produk  fashion, dan berbagai makanan ringan. Bagi yang Muslim, pastikan ada tanda halal pada makanan yang akan anda beli. Soal harga bervariasi dari mulai 10 -- 100 dollar Singapura (kurs saat itu 1 dollar Singapura = 11 ribu rupiah) dan barang yang diperoleh bisa per 10 buah atau satuan tergantung selera pembeli.

Usai berbelanja kamipun menghampiri pramuniaga di situ yang menunjukkan brosur tentang bonus  goodie bag. Kami pun diminta mengisi form isian data berisikan nama, alamat email, dan asal negara. Setelah itu masing-masing mendapat tas belanja ramah lingkungan yang bisa dilipat berwarna merah plus tisu, bloknot kecil, dan bolpoin. Lumayan.

Selanjutnya, masih berbekal brosur yang sama, kami berburu jus dan kue gratisan di area pasarnya. Kanopi merah dan  display elektronik tulisan Bugis Street adalah ciri khas pasar yang selalu ramai itu. Suasananya mirip-mirip Pasar Baru Bandung namun lebih kecil dan bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun