Mohon tunggu...
Sabrina Pinkky Utari
Sabrina Pinkky Utari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa ilmu komunikasi yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Feminisme di Indonesia

7 April 2024   20:45 Diperbarui: 7 April 2024   20:49 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sepanjang sejarah peradaban manusia, persoalan ketidakadilan sosial sering kali menimpa kaum perempuan, yang sering terbatas pada peran domestik dan reproduksi, menghambat kemajuan mereka di bidang publik dan produksi. Hal ini terjadi karena adanya rekayasa kultural dan tradisi yang menciptakan stereotipe tertentu, membatasi perempuan dan membuat mereka bergantung pada laki-laki. Untuk mengatasi hal ini, konsep gender lahir untuk merekonstruksi hubungan antara laki-laki dan perempuan secara universal, memberikan kesempatan yang sama di berbagai bidang kehidupan tanpa memperhitungkan perbedaan gender.

Gender dipandang sebagai konsep kultural yang membedakan peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Ini merupakan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara keduanya dalam segi kondisi sosial, budaya, nilai, perilaku, mentalitas, emosi, dan faktor-faktor nonbiologis lainnya.

Sistem patriarki yang mendominasi budaya menyebabkan kesenjangan gender dan ketidakadilan gender, yang sering kali dialami oleh perempuan karena dominasi laki-laki. Ketidakadilan ini memicu gerakan perempuan untuk mencari kesetaraan dengan laki-laki, yang merupakan inti dari gerakan feminis.

Diskusi seputar feminisme dan masalah gender tetap menjadi topik yang hangat di seluruh dunia, termasuk di masyarakat kita. Perbincangan seputar gender terus berkembang dari waktu ke waktu. Mulai dari era emansipasi yang digerakkan oleh RA. Kartini hingga saat ini, masalah kesetaraan gender dan ketidakadilan gender serta otonomi gender terus menjadi sorotan. Pada akhir abad ke-20, RA. Kartini menegaskan pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di bidang pendidikan dan pekerjaan. Sementara itu, pada awal dan akhir abad ke-20, banyak perempuan yang mengangkat isu ketidakadilan gender.

Feminisme, yang dikenal dengan tokoh-tokoh feminisnya, merupakan gerakan perempuan yang bertujuan untuk mencapai emansipasi, kesetaraan, dan keadilan hak dengan pria. Gerakan ini meliputi berbagai aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, serta teori-teori dan filosofi moral. Para aktivis feminis bersatu dalam keyakinan bahwa wanita di masyarakat memiliki posisi yang berbeda dari pria, dan bahwa struktur sosial lebih condong kepada kepentingan pria, yang merugikan wanita.

Feminisme melibatkan gerakan dan ideologi yang berfokus pada menciptakan kesetaraan gender dalam berbagai bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, personal, dan sosial. Tujuan feminisme adalah untuk memperjuangkan hak-hak perempuan agar setara dengan laki-laki dalam konteks profesionalisme dan berbagai bidang lainnya. Dengan demikian, feminisme jauh lebih kompleks daripada sekadar mempertimbangkan perbedaan gender, melainkan mencakup aspek-aspek yang lebih mendalam dan rumit.

Di Indonesia, feminisme mulai muncul sejalan dengan perkembangan nasionalisme pada awal abad ke-20, ketika perempuan mulai terlibat dalam gerakan kemerdekaan dan sosial-politik. Salah satu tokoh awal feminisme di Indonesia adalah Kartini, yang mendorong perempuan untuk memperoleh hak yang sama dengan laki-laki melalui pendidikan.

Pada tahun 1912, terbentuklah organisasi feminis pertama di Indonesia, yaitu Indische Vrouwenbond (IVB), yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan memperjuangkan hak-hak mereka. Organisasi lain seperti Persatuan Emansipasi Wanita Indonesia (PEWI) dan Gerakan Wanita Sedar (GWS) mengikuti setelahnya.

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II, wanita Indonesia turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, gerakan feminis semakin berkembang. Pada tahun 1947, didirikan Perhimpunan Indonesia Perempuan (PIP) dengan tujuan memperjuangkan hak-hak perempuan dan kemerdekaan Indonesia.

Namun, setelah kemerdekaan, gerakan feminis mengalami kemunduran karena prioritas pemerintah yang masih terfokus pada pembangunan nasional. Selain itu, ada juga penentangan terhadap gerakan feminis karena dianggap mengancam tradisi dan nilai-nilai yang ada. Bahkan, muncul gerakan kontra feminis seperti maskulinisme.

Pada tahun 1980-an, gerakan feminis kembali bangkit di Indonesia dengan fokus pada hak-hak perempuan seperti hak atas tubuh dan ekonomi. Organisasi feminis seperti Solidaritas Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan, dan Koalisi Perempuan Indonesia muncul pada masa itu. Gerakan feminis terus berkembang hingga saat ini, memperjuangkan isu-isu seperti kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi gender, dan kesetaraan hak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun