Mohon tunggu...
Sabila Zayana
Sabila Zayana Mohon Tunggu... Mahasiswa - INDONESIA

Hatily

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Medali Roda Kehidupan

18 Maret 2021   21:20 Diperbarui: 18 Maret 2021   21:31 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat itu aku terduduk diam saat burung hantu mulai bersautan. Ditemani seseorang dengan wajah tampannya sembari menatap lurus tembok luar. Takkan diterima, kau tulis sesukamu tanpa melihat ke depan, ungkapnya.

Ucapannya membuatku patah, bahkan menjadi retak saat dia pergi dengan wajah kecewanya. Apakah garis takdirku akan berhenti disini?, tanyaku dalam hati. Aku terus memikirkan, berusaha meresapi ucapan akhirnya dalam malam gulita bersama rinai hujan diluar sana. Menatap langit putih dalam ruang yang mulai rapuh termakan waktu. Hingga mata tertutup tanpa sadar, memulai merintis mimpi dalam tidurnya.

Pagi menyapa dengan sinar indahnya yang menyusup masuk melalui lubang kecil dari tirai tua. Aku tersentak saat mendengar suara kendaraan keluar ke jalanan. Seolah anak kecil yang berlari mengambil hadiah, aku terburu-buru melihat seseorang yang pergi di hari libur weekend ini. Ah, sudahlah. Belum tentu juga ada kabar gembira dari akademi yang kuimpikan, gumamku.

Aku mulai menggerakkan tanganku mencuci gerabah dalam wadah. Sambil kulihat handphone ku sesekali menunggu pesan masuk dari panitia PMB. Akhirnya satu pesan masuk diiringi puluhan pesan lainnya membuat handphone ku tak berhenti bergetar. Begitupun denyut jantungku, begitu bar-bar saat melihat namaku ada dalam kolom kelulusan. Dengan cepat ku letakkan dahiku di lantai, bersujud syukur dengan apa yang Tuhan berikan lebih dari yang aku inginkan. Tak sabar aku memberitahunya dan membayangkan betapa bahagianya saat mendengar kabar baik ini.

Lalu dia datang, dengan topi bambu di kepalanya berjalan pelan menuju tempat berdiriku. Bagaimana?, tanyanya. Tanpa bisa berpatah kata, aku hanya mengacungkan jempolku sambil tersenyum ria menandakan semua seperti yang kita damba. Dia tertawa gembira dan matanya berkaca seakan tak menyangka dengan kabar yang ia terima. Kau berhasil, katanya sambil masih belum mempercayainya. Terimakasih selalu menjadi orang pertama yang ada untukku di kehidupan nyataku, ucapku dalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun