Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mandar, Suku dan Kebudayaan yang Belum Lengkap

11 September 2016   17:24 Diperbarui: 13 September 2016   08:13 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mapsofwolrd.com

Di Indonesia tercatat sebanyak 633 kelompok suku dan sub-suku (BPS 2010). Tapi tidak banyak suku yang dapat dikategorikan “suku yang lengkap”, yang setidaknya memenuhi tiga variabel utama: (1) bahasa yang khas; (2) aksara (tulisan/hurup) yang khusus untuk bahasa tersebut; (3) khazanah tradisi leluhur dalam berbagai bentuknya.

Tiga variabel utama suku itu merupakan satu paket. Setiap bahasa “mestinya” punya tulisan sendiri, lalu gabungan dari bahasa dan aksara itulah yang melahirkan berbagai produk kebudayaan yang terdokumentasikan.

Dan suku di Indonesia yang memenuhi tiga syarat itu antara lain suku Jawa dengan aksara Honocoroko-nya. Bugis dan Makassar dengan aksara Lontara-nya, aksara Sunda, aksara Batak, aksara Bali dan beberapa lainnya.

Sebagian besar suku lainnya hanya punya bahasa yang khas, tapi tidak punya aksara. Salah satunya adalah suku Mandar, yang punya bahasa, yaitu Bahasa Mandar, tapi tidak memiliki aksara Mandar.

Untuk mengidentifikasi suku yang lengkap, komunitas penggunanya bisa berbicara dalam berbagai hal dengan menggunakan kosakatanya sendiri, nyaris tanpa meminjam kosakata dari bahasa lain, kecuali kosa kata untuk obyek yang benar-benar baru, seperti komputer, chip, handphone dan sejenisnya.

Sekarang ini, jarang bahkan mungkin sudah tidak ada lagi orang Mandar (tokoh atau rakyat) yang mampu berpidato dengan Bahasa Mandar penuh, seperti seorang Pakkacaping yang mampu berorasi semalam suntuk sepenuhnya dengan Bahasa Mandar.

Memang dibanding Suku Jawa dan Sunda, jumlah pengguna Bahasa Mandar tidak besar. Populasi orang Mandar sekarang ini diperkirakan sekitar 600.000 (enam ratus ribu) jiwa, atau sekitar 50 persen dari total penduduk Sulbar yang berjumlah 1,2 juta jiwa (data 2014). Sisanya Suku Toraja 14 persen, Bugis 11 persen, Jawa 5 persen, Makassar 2 persen. Sisanya lagi Bali dan suku-suku lainnya.

Sebagai catatan, dari enam kabupaten di Sulbar, hanya tiga kabupaten yang boleh dikatakan daerah asli dan karena itu dominan orang Mandar, yaitu Kabupaten Majene, sebagian Polewali Mandar, dan beberapa bagian Mamuju.

Sementara Mandar perantau umumnya berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Surabaya, Ambon, dan tentu saja Jakarta dan sekitarnya. Sulit menemukan orang Mandar perantau di kota-kota besar di Pulau Sumatera, atau di sebagian besar kabupaten/kota di Pulau Jawa.

Namun, bahkan orang Mandar yang lahir dan berdomisili di daerah Mandar sekalipun,terutama anak-anak kelahiran sejak 1990-an belum tentu bisa menjadi pengguna Bahasa Mandar yang benar dan bagus.

Sebab sebagian orang Mandar malah “memaksa” putra-putrinya menggunakan Bahasa Indonesia dalam pergaulan di lingkungan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun