Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Camping di Area Parkir Pondok Gontor Putri-2

19 Maret 2017   00:23 Diperbarui: 19 Maret 2017   00:40 2376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: arsip pribadi. Suasana di area parkir Pondok Gontor Putri 2, Mantingan pada 18 Maret 2017.

Ini bukan camping sungguhan, tapi suasananya saja yang mirip jambore benaran. "Pesertanya" adalah para wali santri yang sedang menjenguk putri-putrinya, yang mondok di Gontor Putri-2. 

Sebagai gambaran, di wilayah Mantingan Ngawi Jawa Timur, terdapat 3 pondok putri Gontor: Kampus 1 dan 2 berada di pinggir jalur utama antara Ngawi dan Sragen, berjarak sekitar 3 km dari tugu perbatasan Jatim-Jateng. Sementara posisi Gontor Putri-3, berjarak sekitar 12 km dari tugu perbatasan Jateng-Jatim ke arah Ngawi, dan agak masuk ke dalam sekitar 2 km dari jalur utama Ngawi-Sragen. Artikel ini hanya menyorot suasana menjenguk di Gontor Putri-2. 

Saban hari sepanjang tahun, penjenguk di Gontor Putri-2 rata-rata lebih dari 50 walisantri per hari. Di awal bulan, khususnya pada hari Jumat – yang merupakan hari libur mingguan di pondok – jumlah penjenguk kadang mencapai 100 sampai 200 wali santri. Mereka datang dari berbagai kabupaten di Pulau Jawa, sebagian kecil dari luar Pulau Jawa. 

Setiap penjenguk umumnya datang sekeluarga (suami-istri dan anak-anaknya), dengan menggunakan roda empat atau roda dua bagi yang domisilinya relatif dekat atau angkutan umum, lalu menginap minimal satu malam di area parkiran Pondok. Sebagian kecil ada yang menginap di rumah warga sekitar pondok, sebagian lainnya menginap di hotel di luar pondok. 

Para wali santriwati yang berdomisili di Pulau Jawa, yang berjarak lebih dari 300-an km dari Mantingan, rata-rata menjenguk putrinya sekali sebulan. Sementara walisantri yang berdomisili pada jarak dalam radius 100 – 150 km dari Mantingan (misalnya Semarang, Solo, Yogya dan sekitarnya), ada yang menjenguk putrinya setiap dua mingguan. Dari segi ritme kunjungan, sebagian wali santri menjenguk putrinya secara bergiliran: bulan ini sang ibu, bulan berikutnya sang ayah dan begitu seterusnya. 

Saya menyebutnya seperti camping, karena sebagian wali santri memang membawa kemah sungguhan, yang dipasang di salah satu sudut area parkiran. Dan seluruh kegiatan penjenguk memang tampak seperti sedang camping

Sumber foto: arsip pribadi.
Sumber foto: arsip pribadi.
Pihak Pondok, melalui Bagian Penerimaan Tamu (Bapenta) sebenarnya menyediakan tiga kategori tempat tidur gratis, yaitu: Pertama, dua ruangan tertutup seluas kira-kira 10 x 10 meter, masing-masing untuk lelaki dan wanita. Tapi ruangan dua ruangan itu tidak pernah cukup untuk menampung semua penjenguk. Kedua, ada sebuah ruangan beratap seluas kurang lebih 30x15 meter, didesain hampir mirip pendopo, tinggi dindingnya separuh, dan tanpa pintu, Di sini para penjenguk menggelar tikar atau matras. Ketiga, di area parkiran mobil terdapat 6 unit gazebo seluas 2,5 x 2,5 cm, cukup untuk satu keluarga. 

Untuk tidur, para penjenguk, jika mau, bisa menyewa kasur (berupa matras berukuran 120 x 80 cm) dengan harga sewa Rp 3.000 per kunjungan. Atau hanya beralaskan tikar yang sudah disiapkan masing-masing penjenguk. 

Selain itu, terdapat beberapa sarana pendukung: 16 toilet berjejer, satu bagian untuk wanita (8 toilet), sebagian lainnya untuk laki-laki (8 toilet). Ada mushalla dan kran air untuk berwudhu. Dan tentu saja ada kantin, tapi khusus di Gontor Putri-2, dibuka hanya waktu makan saja. 

Pertemuan antara wali santri dengan putrinya hanya dimungkinkan di waktu-waktu makan (pagi, siang dan malam), dengan alokasi waktu paling lama 30 menit. Atau jam istirahat kelas selama 15 menit, atau sehabis shalat Ashar. Waktu jenguk yang lumayan ketat sesuai peraturan pondok: kunjungan orangtua santri tidak boleh menganggu ritme kegiatan pondok. 

Para wali santrilah yang harus memgikuti ritme kehidupan santri, bukan sebaliknya. Momen pertemuan orangtua dan putrinya yang berlangsung beberapa menit itulah yang menjadi momen paling berbahagia. Guna membayar dan mengobati kangen sang putri, yang mondok dan hidup jauh dari rumah, para penjenguk (sang orangtua) akan berusaha “memindahkan” suasana makan di rumah ke pondok. Karena itu, ada wali santri yang membawa piring, gelas, sendok, termos. Bahkan kompor portable. Tentu saja perlengkapan mandi dan pakaian ganti. Layaknya orang yang mau camping

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun