Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ghibah

12 Februari 2022   18:53 Diperbarui: 12 Februari 2022   20:05 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ghibah adalah salah satu penyakit jiwa lawas, yang mungkin setua dan sudah ada sejak manusia ada. Dan kayaknya memang sulit dihindari. Yang bisa dilakukan adalah berupaya mengurangi atau menekan intensitasnya.

Lazimnya, setiap orang, gairah dan semangatnya akan bergemuruh ketika membicarakan (atau menulis dan meng-share) kejelekan orang lain. Saat sedang meng-ghibah, terjadi semacam kepuasan batin pada jiwa seorang pengghibah.

Dan sekali ghibah muncul dalam suatu obrolan (chating atau hastag) akan langsung berkelindan dengan materi ghibah lainnya. Terus menerus, sambung-menyambung, timpal-menimpali, sehingga membentuk pola "ghibah spiral". Dan itulah gosip.

Secara psikologis, seorang pengghibah, dalam hati dan imajinasinya akan "merasa lebih baik" dan "lebih superior" dibanding orang yang sedang di-ghibah-kan (dipegunjingkan).

Karena itu, secara etis, ghibah adalah perilaku a-sosial, sebab berpotensi menciptakan dinding imajiner dalam interaksi sosial antara pengghibah dan korbannya. Artinya, keakraban yang terjadi setalah saling ghibah-menghibah antara pengghibah dan korbannya hanya keakraban yang dibuat-buat. Kualitas keakrabannya semu.

Dalam defenisinya, ghibah adalah membicarakan kejelekan-keburukan, yang secara faktual, memang ada pada diri orang lain. Sebab jika keburukan-kejelekan itu tidak ada (dikarang-karang dengan tujuan mendiskreditkan), itu fitnah namanya. Dalam bahasa netizen disebut hoax.

Dan seperti kita tahu, sangat tipis perbedaan atau jarak yang merentang antara ghibah (membicarakan kejelekan yang memang ada) dan fitnah (membicarakan kejelekan yang dikarang-karang). Sebab dalam ghibah-menghibah selalu ada bumbu-bumbu tambahan untuk mengamplikasi efek ghibah.

Mungkin karena itulah, dalam agama Islam, ghibah diposisikan seperti "memakan bangkai atau jenazah orang yang dighibahkan". Dan ini tamsil yang sungguh menjijikkan.

Mungkin karena korban korban ghibah pasti tidak hadir ketika dipergunjingkan. Kata ghibah berasal dari kata ghaib yang bermakna tidak hadir atau orang ketiga. Artinya korban ghibah tidak punya kesempatan membela diri atau mengklarifikasi.

Karena itu, ghibah hanya dimungkinkan dibuka di meja sidang pengadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun