Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Ada "Penumpang Gelap" di Pesawat Naas Lion Air JT610?

4 November 2018   10:02 Diperbarui: 4 November 2018   12:26 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Kamis, 01 Nopember 2018, publik dikagetkan oleh munculnya berita kejutan tentang seorang penumpang yang tidak tercatat dalam manifes Pesawat Lion Air JT610, yang jatuh di Tanjung Kerawang pada 29 Oktober 2018 (antarafoto.com, 1 Nopember 2018).

Adalah Arif Yustian yang menjadi penumpang pesawat Lion Air JT610, tapi namanya tidak tercatat dalam manifes penumpang.

Ceritanya begini: PT Sky Pasific Indonesia menugaskan tiga karyawannya ke Pangkal Pinang, yaitu Darwin Harianto, Romanir Pandi Sagala dan Krisma Wijaya. Ketiganya dibelikan tiket pada Jumat, 26 Oktober 2018 untuk penerbangan 29 Oktober 2018. Dan tiket ketiganya tampaknya berada pada satu pesanan pembelian.

Tiba-tiba, "karena satu dan lain hal yang belum jelas", salah satu dari tiga karyawan itu, yakni Krisma Wijaya, membatalkan penerbangan atau batal berangkat.  

Akhirnya, pihak perusahaan mencari dan menunjuk karyawan lain sebagai pengganti, yakni Arif Yustian, yang dibelikan tiket terpisah pada Sabtu 28 Oktober 2018. Entah mengapa, meski Arif Yustian sebagai pengganti sudah dibelikan tiket baru, namun pihak perusahaan tidak meng-cancel tiket untuk Krisma Wijaya.

Manajer Research dan Development (RD) PT Sky Pasific Indonesia, Maman Darmanto, mengklarifikasi bahwa "Krisma Wijaya membatalkan penerbangan. Perusahaan membelikan tiket untuk Arif Yustian pada Sabtu, 27 Oktober 2018. Namun tiket untuk Krisma Wijaya (yang dibeli sejak Jumat, 26 Oktober 2018) tidak dibatalkan (tempo.co, edisi 1 Nopember 2018).

Singkat cerita, berdasarkan manifes penumpang yang di-release PT Lion Air, terbaca bahwa Darwin Harianto (tertulis Darw Harianto di manifes nomor 058); Romanir Pandi Sagala (tertulis Romhan Sagala di manifes nomor 132); dan Krisma Wijaya juga masih tercatat dalam manifest bernomor 171.

Tak jelas penyebabnya, penumpang bernama Arif Yustian alias Iyus tak tercatat dalam manifes, padahal dipastikan ikut berangkat dalam pesawat naas tersebut. Teddy (Penyelia Lapangan di PT Sky Pasific Indonesia) mengatakan, "Awalnya, bukan Iyus (Arif Yustian) yang berangkat. Tapi karena Krisma Wijaya mengundurkan diri, saya akhirnya menugaskan Iyus mendampingi Darwin Harianto dan Romanir Pandi Sagala."

Kasus Arif Yustian tentu saja memicu berbagai catatan spekulasi dan pertanyaan, khususnya setelah muncul pemberitaan yang terkesan kontradiktif:

Pertama, sejauh ini, tidak ada kejelasan detail tentang pengunduran diri atau pembatalan keberangkatan Krisma Wijaya, yang lalu digantikan oleh Iyus: bisa jadi karena sakit, atau ada urusan lain mendadak yang lebih mendesak.

Kedua, untuk membuktikan bahwa Arif Yustian (dan bukan Krisma Wijaya) yang masuk ke pesawat sebenarnya sangat mudah: memutar ulang semua kamera CCTV yang terpasang di bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Dan berdasarkan berita Antaranews.com (2 Nopember 2018), Arif Yustian terekam kamera bandara naik ke pesawat yang naas itu.

Ketiga, terhadap kasus Arif Yustian ini, saya dan Anda pembaca bisa menyebutnya sebagai "penumpang pengganti", atau "penumpang tak sesuai manifes" atau "penumpang yang (sengaja) tidak dicatat di manifes", atau bahkan "penumpang gelap". Apapun namanya, kasus ini harus diklarifikasi dan dipertanggungjawabkan terutama oleh pihak Lion Air.

Keempat, tidak adanya nama Arif Yustian dalam manifes menjadi makin aneh, sebab berdasarkan penelusuran, beredar foto screen-shot pembelian e-tiket melalui Traveloka, atas nama Arif Yustian. Antaranews.com melaporkan pada 2 Nopember 2018 bahwa Arif dipastikan memegang tiket atas namanya sendiri. Begitu juga keterangan ayah Arif (Sariyoso) dan ibunya yang bernama Yenti Sulastri, yang memastikan anaknya (Arif Yustian) ada di pesawat tersebut.

Keenam, lantas siapa Arif Yustian? Berdasarkan keterangan awal yang dikompilasi dari berbagai sumber, diketahui Arif Yustian akrab dipanggil Iyus, berusia 20 tahun (kelahiran 20 Juni 1998); Belum menikah. Beralamat di Desa Rawa Panjang, RT05/19, Nomor 83, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat 16320. Bekerja sebagai staf laboratorium di PT Sky Pasific Indonesia. Ayahnya bernama Sariyoso dan ibu bernama Yenti Sulastri. Sebuah CV (Curriculum Vitae) menjelaskan Arif Yustian sebagai analis kimia. Dan Iyus berangkat ke Pangkal Pinang dalam rangka tugas survei lapangan kebun sawit. Yang unik, karena penerbangan ke Pangkal Pinang adalah pengalaman pertama Iyus naik pesawat, yang sekaligus menjadi pengalaman terakhirnya.

Ketujuh, yang tak kalah menariknya, beberapa media (antara lain tempo) menerima release daftar manifest dengan jumlah penumpang 188 orang. Tapi di berbagai pemberitaan disebutkan, total penumpang JT610 yang naas itu sebanyak 189 orang. Ada selisih satu orang.

Kebetulan, manisfet yang saya punya (lihat foto ilustrasi), juga berjumlah 188 orang, dengan rincian 181 penumpang, plus 7 awak pesawat (pilot, co-pilot dan 5 pramugari). Lantas di mana dan siapa yang satu orang lainnya? Apakah selisih satu orang itu adalah Arif Yustian? Wallahu a'lam.

Kedelapan, sebagai gambaran, berdasarkan pengalaman terbang naik pesawat, umumnya penumpang pesawat akan melewati setidaknya 5 (lima) kali pemeriksaan sebagai berikut:

Pemeriksaan ke-1: ketika penumpang akan memasuki gerbang bandara. Namun di sini petugas umumnya hanya akan melihat tiket, baik tiket kertas ataupun tiket online, dan umumnya penumpang akan memperlihatkan tiketnya kepada petugas dengan cara memperlihatkan foto tiket atau bookingan tiket di handphone.

Pemeriksaan ke-2: ketika melakukan check-in di konter maskapai. Petugas check-in akan meminta tiket/bookingan tiket dan kartu ID (KTP atau SIM).

Catatan: jika penumpang melakukan check-in online atau check-in melalui mesin check-in mandiri (yang mirip mesin ATM itu), penumpang bisa mendapatkan boarding pass tanpa pengecekan kartu identitas.

Pemeriksaan ke-3: setelah mendapatkan boarding pass di konter maskapai (atau lewat check-in mandiri), penumpang akan diperiksa lagi ketika akan memasuki ruang metal detector agar bisa memasuki ruang tunggu Bandara.

Catatan: dalam pemeriksaan ke-3 ini, mestinya penumpang dimintai lagi kartu identitas untuk memastikan kecocokan nama di boarding pass dan nama di kartu identitas. Hanya kadang petugas tidak meminta kartu identitas, cukup dengan menunjukkan boarding pass saja.

Pemeriksaan ke-4: ketika akan boarding, dari ruang tunggu menuju ke pesawat, penumpang akan melewati pemeriksaan boarding pass, oleh petugas maskapai. Di sini petugas maskapai akan memotong boarding pass milik semua penumpang, satu potongan disimpan oleh petugas, dan potongan lainnya diserahkan ke penumpang untuk bisa naik ke pesawat.

Pemeriksaan ke-5: di pintu pesawat, biasanya akan ada dua-tiga pramugara/i yang meminta penumpang memperlihatkan potongan boarding pass-nya, tapi tidak dimintai kartu identitas. Tampaknya, pemeriksaan di pintu pesawat ini hanya memastikan bahwa penumpang tidak salah naik pesawat.

Jika lima titik pemeriksaan penumpang pesawat ini dilakukan secara maksimal dan "tanpa kompromi", mestinya tak terjadi lagi penumpang yang tak tercatat dalam manifes, seperti yang terjadi pada diri Arif Yustian.

Syarifuddin Abdullah | 04 Nopember 2018 / Safar 1440H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun