Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menangisi Kematian

24 Januari 2018   09:31 Diperbarui: 24 Januari 2018   09:53 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: bisnismu.blogspot.co.id

Mungkin ini pertanyaan klasik yang belum ada jawaban finalnya: adakah cara mengurangi atau meredam perasaan sedih ketika ditinggal mati oleh seseorang yang kita posisikan sangat dekat, dicintai, disayangi dan dihormati?

Jika pun ada caranya, tapi kita tahu, salah satu kelemahan manusia adalah gampang merasa kehilangan. Sekaya apapun seseorang, dia akan merasa kesal (dengan tingkat kekesalan yang berbeda-beda) jika tiba-tiba ia kehilangan atau kecurian sepatunya atau sandal jepitnya. Padahal harga sepatu dan sandal jepit tak seberapa.

Apalagi kehilangan (ditinggal mati) oleh orang dekat yang dicintai, disayangi dan dihormati. Maka tiap kematian adalah juga suasana kesedihan, dengan intensitas tangisan yang juga bertingkat-tingkat. Karena kematian adalah kehilangan yang tak tergantikan.

Pernah ada sepasang suami-istri yang beberapa tahun belum dikaruniai anak. Begitu akhirnya si istri hamil dan 9 bulan kemudian melahirkan, sang bayi wafat sebelum keluar dari rahim ibunya. Kesedihan menyeruak di rumah pasangan muda itu. Tangis berhari-hari. Lalu saya coba menenangkannya dengan menyampaikan begini:

Jika dosa adalah salah satu faktor yang menyebabkan seseorang masuk neraka, maka seorang bayi yang meninggal (belum ternodai dosa), asumsinya pasti akan masuk surga. Dan tiap bayi yang masuk surga, mungkin akan dikaruniai semacam "hak merekomendasikan" untuk dan agar kedua orangtuanya juga masuk surga. Artinya, kematian seorang bayi memang menyedihkan. No doubt about that. Tapi itu juga bisa menjadi semacam "investasi surga" untuk keluarga intinya: ayah-ibunya, kakak-adiknya dan mungkin kakek-neneknya.

Begitu juga jika melahirkan anak yang cacat fisik. Hampir semua orangtua akan merasa minder, mungkin merasa bersalah, dan selalu dihantui pertanyaan bernada protes: "kok anak saya cacat fisik ya?" Tapi saya pernah mendengar seorang ulama berpetuah begini: "Tuhan akan merasa malu bila Dia tak memasukkan ke surga orang yang cacat buta total sejak dilahirkan." Meski mungkin tak sama persis, tapi petuah ini dapat dikiaskan terhadap bentuk cacat fisik lainnya.

Seorang suami ditinggal mati oleh istrinya; seorang istri ditinggal mati oleh suaminya; anak ditinggal mati oleh ayah atau ibunya; orangtua ditinggal mati oleh anaknya; kakek-nenek ditinggal mati oleh cucunya; cucu ditinggal wafat oleh kakek-neneknya. Sebenarnya persoalan yang biasa banget, dan semua kita pasti akan mengalaminya. Tapi tetap saja kehilangan seseorang akan memicu kesedihan. Duka tak terelakkan.

Bersamaan dengan doa yang dipanjatkan mengiringi kematian seorang yang kita cintai dan sayangi, plus iringan doa dari sahabat, teman kerja, tetangga, bahkan doa orang yang kita tak kenal, harus diyakini bahwa beberapa atau semua doa kebaikan itu akan dikabulkan oleh Allah.

Artinya, setiap orang yang meninggal harus diyakini akan mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah swt. Dan karena itu, kesedihan tak perlu berlebihan.

Ketika si X wafat dan si Y bersedih, seandainya dimungkinkan, dari alam kubur mungkin si X akan mengatakan begini: "Wahai Y, tak perlu kau berlarut-larut bersedih atas wafatku, sebab aku sekarang berada di tempat yang layak dan bahagia di sisi-Nya."

Syarifuddin Abdullah | 24 Januari 2018 / 08 Jumadil-ula 1439H.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun