Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jangan Kantongi Dompet di Saku Belakang karena Saraf Anda Bisa Terjepit

9 Januari 2018   16:26 Diperbarui: 13 Januari 2018   00:15 3640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: medicalexhibits.com

Pada pertengahan Desember 2017, saya tiba-tiba merasakan kebas mulai dari paha sampai ujung kaki kiri. Awalnya saya pikir gejala biasa. Jadi saya coba mengatasinya dengan jogging. Ternyata kebasnya nggak hilang-hilang.

Setelah berlangsung lebih dari sepekan, timbul-hilang, tapi lebih sering timbulnya, akhirnya saya ke dokter. Karena suasananya masih libur Natalan dan Tahun Baru 2018, rumah sakit hanya ditunggui dokter umum.

Penanganan awal tidak banyak membantu. Kebasnya tetap. Namun penjelasan dokter umum lumayan menenangkan. Sebab awalnya saya pikir setiap kebas itu adalah gejala stroke. Dan dokter umum memastikan, bila kebasnya gejala stroke, umumnya rasa kebas juga akan terasa di wajah. Dan alhamdulillah, saya tidak merasakan kebas di wajah. Tapi dokter umum tetap merekomendasikan untuk ke dokter saraf.

Singkat cerita, pada 28 Desember 2017, saya ke dokter spesialis saraf, di rumah sakit yang sama, di bilangan Jakarta Selatan.

Setelah dicek melalui EMG (Electromyogram atau Elektromiogram), dokter syaraf memastikan: saya mengalami saraf kejepit. Nama medisnya iritasi syaraf. Tapi masih kategori ringan. Yang unik, menurut hasil EMG, usia saraf kejepit saya itu sudah berlangsung sekitar 6 bulan atau sejak sekitar Juli 2017. Tapi baru terasa pada pertengahan Desember 2017.

Sebagai gambaran: EMG adalah seperangkat alat, yang dicantolkan ke tubuh melalui kabel, yang dalam kasus saya, ke bagian kaki kiri yang terasa kebas itu. Tujuannya untuk mendeteksi saraf-saraf pada tubuh, dan hasilnya atau pergerakan syaraf langsung terlihat di layar komputer, yang kalau mau bisa dicetak.

Saya coba pastikan lagi ke dokter spesialis: "Ini bukan kebas gejala stroke, Dok?"

"Bukan..." tegas dokter. Sebab, kalau kebas atau ba'al gejala stroke akan terasa juga di wajah.

"Lagi pula seluruh hasil lab Anda, tidak satu pun yang dapat memicu stroke", tegas dokter. Kebetulan pada minggu pertama Desember 2017, yakni sebelum kebas kaki itu muncul lebih konstan, saya kebetulah melakukan cek darah rutin di lab. Dan hasilnya: kolestrol, gula darah, asam urat normal semua.

Penjelasan dokter saraf tentu membuat saya makin tenang.

Saya bertanya lagi: "Gambaran perbedaan antara kebas gejala stroke dan kebas gejala sarat terjepit, apa sih dok?"

Dokter syaraf: "Kebas gejala stroke adalah gangguan mekanis. Jika diibaratkan dengan mobil, saluran oli dan bensinnya terganggu. Sementara kebas karena saraf kejepit, ibarat mobil, ada penyok karena benturan. Ya, penanganannya harus beda".

Saya tersenyum mendengar perumpaan dokter.

"Terus dokter, untuk kasus saya, tindakan apa yang perlu dilakukan", tanya saya lagi.

Sepertinya dokter saraf bisa membaca mimik kecemasan saya. Karena itu, dokter langsung menegaskan begini: dari sekitar 1.000 pasien kejepit saraf yang saya tangani setiap tahun, paling banyak hanya sekitar 5 kasus yang lanjut ke operasi saraf.

Untuk kasus bapak, saya resepkan obat dulu, dan fisio therapy 8 kali. Setelah itu, kalau tidak ada perubahan, kita observasi lagi. Jadi jika pun nanti ada tindakan operasi, perjalanan masih panjang. Ada asumsi yang salah di kalangan masyarakat, seolah-olah tiap saraf kejepit harus diambil tindakan operasi.

Apakah saraf kejepit ada kaitannya dengan makanan tertentu. Maksudnya apa saraf kejepit juga punya makanan pantangan? Dokter memastikan, untuk saraf kejepit tidak berkaitan sama sekali dengan makanan atau pola makan.

"Lalu untuk saraf kejepit, penyebab utamanya apa, dok, yang perlu dihindari?" Tanya saya lagi.

Ada banyak penyebab atau pemicunya: bisa cara atau gaya duduk yang tidak stabil; tidak seimbang antara diam yang statis dengan bergerak; mungkin karena kursinya tidak matching dengan fostur lekukan tubuh. Lalu ada gerakan-gerakan tertentu, yang bisa memicu iritasi saraf, misalnya, bangun tidur dengan model sit-up. Sebaiknya bangun dari tidur dengan miring. Gerakan sit-up tidak aman bagi tulang punggung, karena sit-up membuat tulang punggung terbebani berat.

Kata dokter lagi: ada satu kebiasaan banyak orang, terutama lelaki, yang berpotensi menjadi pemicu saraf kejepit: menyimpan dompet di kantong belakang celana panjang/pendek. Mungkin awalnya tidak terasa. Tapi lama kelamaan, setiap kali duduk, maka dompet yang disimpan di kantong belakang akan menekan bagian saraf tertentu di punggung bagian bawah dekat tulang ekor yang terhubung dengan saraf yang ke kaki. Makin lama tertekan oleh dompet, semakin berpotensi syarafnya terjepit.

Dan sejak itu, saya mulai menyimpan dompet di saku depan celana. Dan ternyata memang terasa lebih nyaman.

Syarifuddin Abdullah | 09 Januari 2018 / 22 Rabi'ul-tsani 1439H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun