Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Ground Zero", Memorial 9/11 di New York, Amerika

12 November 2017   14:31 Diperbarui: 12 November 2017   14:33 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ground Zero, New York City, Amerika (dikumentasi pribadi, 11 Nop 2017)

Sambil berdiri takzim, saya memejamkan mata, mendaur ulang detik-detik peristiwa penabrakan dua pesawat ke dua menara WTC, yang ketika itu (11 Sept 2001), saya mengikutinya melalui layar televisi di sebuah rumah kontrakan di bilangan Kedoya, Jakarta Barat. Dan muncullah beberapa catatan-catatan berikut:

Pertama, penabrakan dua pesawat untuk menghancurkan dua menara yang merupakan salah satu simbol kedigdayaan Amerika, saat itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang dalam hitungan menit, sungguh sebuah serangan yang selain tanpa preseden, juga mungkin di luar jangauan imajinasi keamanan bahkan oleh pakar intelijen tercanggih sekalipun.

Kedua, respon kemarahan yang muncul dari para pejabat tinggi Amerika saat itu, juga menjadi niscaya. Tak aneh bila kemudian Presiden Amerika saat itu, Bush Jr., sempat membuat pernyataan yang melegenda: "either with us or against us (hanya ada dua pilihan: bersama kami atau melawan kami)", yang kemudian menjadi semacam acuan dasar dalam agenda war on terror secara global, melalui konsep pre-emptive.

Ketiga, adalah sangat wajar bila peristiwa 9/11 mengubah banyak paradigma dalam tatanan hubungan antar negara dan membolak-balikkan teori dan konsep keamanan nasional Amerika dan juga banyak negara

Kain. Teori dan konsep keamanan lama tiba-tiba menjadi usang, tak berguna dan tidak efektif. Yang tabu diwajarkan, atau yang tabu dibuat menjadi semakin tabu semata agar bisa diterima sebagai kewajaran.

Keempat, berbagai bangunan pencakar langit mewah yang baru dibangun dan kini mengelilingi Ground Zero, mungkin selamanya tidak akan mampu menghapus kebengisan serangan 9/11. Dan seperti diketahui, setelah itu, kebengisan lanjutannya juga semakin memperpanjang spiral kebengisan. Dan tak satupun pakar yang mampu memprediksi kapan akan berakhir. Semua riset tanpa kecuali menyimpulkan bahwa berbagai aksi untuk meredam teror sejak peristiwa 9/11, telah mencabut nyawa dalam jumlah berlipat-lipat ganda dibanding jumlah korban tewas yang terkubur di Ground Zero.

Kelima, Ground Zero barangkali juga sebagai bagian dari upaya melestarikan dan merawat ingatan kolektif kemanusiaan, yang bisa baik dan santun, tapi juga dapat terdorong untuk berlaku sangat bengis dan kejam.

Keenam, penamaan lokasi memorial itu sebagai ground zero(yang bisa diartikan titik dasar nol) juga mengirim pesan filosofis: bahwa untuk menciptakan keseimbangan yang mendekati sempurna, kadang harus didahului langkah berani untuk kembali ke nol dulu. Kosong, tanpa prasangka.

BERLANJUT

Syarifuddin Abdullah | 12 Nop 2017 / 23 Shafar 1439H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun