Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada “Mata-mata Rusia” di Gedung Putih?

15 Februari 2017   10:55 Diperbarui: 15 Februari 2017   11:07 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto-2: https://en.wikipedia.org Michael Flynn duduk di sebelah kanan Vladimir Putin dalam acara Gala Dinner pada ulang tahun stasiun televisi Russian Today, di Moskow, 10 Desember 2015.

Pada Minggu menjelang tengah malam, 12Februari 2017, Michael Flynn penasehat Keamanan Nasional di Kabinet DonaldTrump, mengundurkan diri setelah terbukti berbohong terkait komunikasinya denganSergey Kislyak, Dubes Rusia di Washington.

Michel Flynn adalah perwira karir dan pensiunan militer berbintang tiga, yang pernah menjabat sebagai Kepala Intelijen Militer (Defence Intelligence Agency) sejak 2012 sampai akhirnya dicopot oleh Barack Obama pada 2014.

Sejak itu, Michael Flynn menjadi warga biasa (dalam istilah Amerika disebut private citizen). Selanjutnya, menurut sejumlah laporan media, pada 10 Desember 2015, Flynn tercatat pernah pernah berkunjung ke Rusia untuk menghadiri perayaan ulang tahun stasiun televisi Russian Today (RT), yang merupakan corong resmi Pemerintahan Kremlin. Dalam suatu acara jamuan makan, Michael Flynn duduk satu meja berdampingan dengan Vladimir Putin, Presiden Rusia.


Secara politik, Michael Flynn akhirnya memilih bergabung dengan kubu Republik. Dari sinilah, Flynn kemudian menjadi salah satu tim kampanye Donald Trump. Ketika Partai Republik menyelenggarakan konvensi untuk memilih Capres Republik, pada 2016, Michael Flynn ditengarai memimpin sebuah tim yang khusus bekerja untuk mengganjal ambisi Hillary Clinton dalam konvensi Partai Republik, dengan sandi operasi “Lock Her Up (Kunci Semua Pintu untuk Hillary Clinton”.

Tidak ada informasi detail tentang kunjungan Flynn ke Rusia pada 10 Desember 2015, sampai akhirnya diketahui melalui transkrip telepon (wiretape) kantornya di Gedung Putih bahwa, pada Desember 2016, Flynn beberapa kali berkomunikasi dengan Dubes Rusia untuk Amerika, Sergey Kislyak. 

Komunikasi Flynn dengan Dubes Rusia berlangsung selama periode transisi dari pemerintahan Obama ke Trump, dalam suasana Natal Desember2016. Salah satu komunikasi itu dilakukan bahkan sehari sebelum Pemerintahan Barack Obama menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, karena intervensi Rusia dalam Pilpres Amerika 2016, melalui operasi cyberattacks, yang konon mendalangi pencurian dan pembocoran email Hillary Clinton dan pejabat senior kampanye Partai Demokrat. Dan seperti diketahui, isu kebocoran email Hillary Clinton inilah yang kemudian diyakini menggerogoti elektabilitas Hillary Clinton menjelang hari pencoblosan Pilpres Amerika, 08 Nopember 2016.

Pada awalnya, Flynn mengakui komunikasinya dengan Dubes Rusia di Amerika adalah pembicaraan yang bersifat pleasentary (komunikasi awal yang bertujuan memuluskan pembicaraan lanjutan). Namun transkrip pembicaraan yang kemudian beredar terbatas terbukti bahwa Flynn dipastikan juga menyinggung soal sanksi yang diberlakukan oleh pemerintahan Barack Obama terhadap Rusia.

Intinya, Flynn menyampaikan kepada SergeyKislyak bahwa Pemerintahan Obama adalah adversary (musuh atau oposisi), namun kondisi itu akan segera berubah di bawah pemerintahan Donald Trump. Karena itu Flynn meminta agar Rusia tidak melakukan tindakan balasan terhadap sanksi yang diberlakukan oleh Pemerintahan Obama.

Menurut beberapa analis terhadap transkriptersebut, dalam pembicaraan itu, Michael Flynn sebenarnya tidak menjanjikan secara eksplisit untuk mencabut sanksi tersebut, tapi hanya menyatakan bisa membuatnya tidak berpengaruh (to leave impression). Selain soal sanksi, Flynnjuga berbicara tentang bidang kerjasama lainnya (areas of possible cooperation).

Seusai berbicara dengan Sergey Kislyak,Michael Flynn melaporkan pembicaraannya kepada Cawapres terpilih Mike Pence dan beberapa pejabat Gedung Putih lainnya. Namun Flynn kemudian mengakui bahwa dirinya tidak memberikan informasi lengkap tentang pembicaran itu kepada Mike Pence. Beberapa hari sebelum pelantikan Donald Trump (20 Januari 2017), dalam sebuah wawancara dalam program “Face the Nation” stasiun CNC, Mike Pence juga ikut-ikutan membantah isu Flynn, dengan mengatakan, “Saya sudah bicara dengan Flyyn, dan dia menegaskan kepada saya bahwa dia tidak berbicara soal sanksi terhadap Rusia dengan Dubes Rusia. Karena itulah, Flynn dianggap membohongi Mike Pence, yang membuat Pence memberikan pernyataan publik yang keliru.

Belakangan juga diketahyi bahwa sepak terjangFlynn ternyata dimonitor oleh lembaga pemerintahan lainnya. Seorang mantan pejabat di era Obama mengatakan, pada Januari 2017, Departemen Kehakiman sebenarnya juga sudah memperingakatkan Gedung Putih bahwa Michael Flynn tidak bisa merahasiakan secara penuh pembicaraannya dengan Dubes Rusia. 

Setelah kasus Flynn menjadi wacana publik, pada Jumat, 10 Februari 2017, di pesawat Air Force One, dalam penerbangan dari Washington ke Florida, Donald Trump mengatakan kepada wartawan,“I don’t know about that (saya tidak tahu tentang itu)”, dan berencana untuk “to look into (mendalami)” pembicaraan Flynn dengan Dubes Rusia tentang sanksi terhadap Rusia.

Pada saat yang sama, Gedung Putih justru sibuk membantah bahwa Flynn dan Dubes Rusia berbicara tentang sanksi.

Pada hari yang sama (10 Feb 2017), Senator Adam Schiff (dari Demokrat, California), sudah memberikan sinyal dengan pertanyaan: “apakah masih pantas Flynn dipertahankan sebagai penasehat Keamanan Nasional”. Sebab jika benar Flynn membicarakan soal kemungkinan mencabut sanksi terhadap Rusia, berarti dia telah menyesatkan (mislead) rakyat Amerika.

Berbagai fakta itu akhirnya tak terhindarkan memang bila muncul spekulasi bahwa Flynn membocorkan informasi rahasia kepada Dubes Rusia. Dan ini berarti ada mata-mata Rusia di Gedung Putih, Michael Flynn yang notabene menjabat Kepala National Security Council (NSC).

Sebagai catatan, unit counter intelijen FBI telah melakukan investigasi terhadap tiga orang dekat Donald Trump: Paul Manafort, mantan kepala kampanyenya; Carter Page, pengusaha dan mantan penasehat urusanluar negeri; dan Roger Stone yang lama sebagai aktivis Partai Republik. Ketiganya diperiksa terkait soal penyadapan komunikasi dan transaksi perbankan.

Karena terpojok oleh media, yang ditingkahi oleh nuansa persaingan di internal (West Wing) Gedung Putih, dan juga karena pertimbangan kasusnya masih akan berlanjut, pada Minggu malam, 13 Februari2016, Michael Flynn akhirnya menyatakan mengundurkan diri, setelah bekerja secara resmi kurang dari satu bulan sebagai penasehat keamanan nasional.

Catatan:

Pertama, memang belum ada media Amerika yang secara eksplisit menyebut Flynn adalah figur yang bekerja sebagai agen mata-mata Rusia. Tapi sebagian besar media Amerika melaporkan bahwa komunikasi Michael Flynn dengan Dubes Rusia bisa dinilai telah melanggar Logan Act, yang melarang warga negara Amerika bernegosiasi dengan pemerintah asing yang dianggap berselisih dengan Pemerintahan Amerika. Artinya, Flynn bisa bisa diproses melakukan kegiatan spy dengan negara asing. Logan Act adalah undang-undang anti spionase yang berlaku 1799.

Kedua, jika Michael Flynn juga akhirnya diperiksa FBI dengan tuduhan melakukan kerjasama dengan pemerintahan asing, berarti sudah ada empat orang dekat (innercycle) Donald Trump, yang diperiksa terkait dugaan melakukan kegiatan mata-mata(spy).

Ketiga, salah satu alasan kekhawatiran kenapa Michael Flynn disorot oleh media Amerika adalah karena komunikasi Michael Flynn dengan pihak Rusia, dalam kapasitasnya sebagai penasehat Keamanan Nasional, berpotensi membuat Michael Flynn rentan menjadi sasaran pemerasan (vulnerable to blackmail) oleh Rusia.

Keempat, yang menjadi persoalan adalah pengundunduran diri Michael Flynn terjadi setelah bekerjasa sekitar tiga minggu, dan kabinet Donald Trump sebenarnya belum komplit. Sebuah proses rekrutmen kabinet yang tidak cermat. Majalah TheEconomist menyebutnya “There is something unhealthy about the way thisnew government operates (ada sesuatu yang tidak sehat terkait bagaimana pemerintah baru Amerika beroperasi).

Sumber tulisan: www.nytime.com dan http://www.economist.com

Syarifuddin Abdullah | Rabu, 15 Februari 2017 / 19 Jumadil-ula1438H.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun