Mohon tunggu...
Sabda Pranawa Djati
Sabda Pranawa Djati Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Pemula

Sekretaris Jenderal Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia), periode 2012-2014, 2014-2019 dan 2019-2023. Pada 7 Mei 2021, mendirikan Usaha Mikro Kecil, di bidang konsultan hubungan industrial, yang bernama BIPARTITE INSTITUTE. Bertujuan mensosialisasikan pentingnya membangun hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan antara pekerja dan pengusaha, berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Ingin berbagi pengalaman hidup melalui tulisan, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Saat Mereka Terlelap"

22 Februari 2022   17:21 Diperbarui: 22 Februari 2022   17:36 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saat Mereka Terlelap"

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya siksa-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim: 7)

Jam dinding rumah menunjukkan pukul 23.40 waktu Indonesia bagian Kebon Jeruk. Suasana sepi dan aku masih terjaga. Isteri dan dua putri tercinta sudah terlelap sejak pukul setengah sepuluh tadi. Ditemani acara TV malam ini yang membosankan, aku melangkah ke salah satu ruang tidur, tempat dimana belahan jiwa dan buah hatiku terlelap. Aku duduk di pinggir tempat tidur seraya memandangi wajah ketiga orang yang paling aku cintai ini. 

Wajah-wajah yang terlelap, di antara bantal dan guling yang saling bertumpuk. Yah, mereka begitu pulas dan aku berharap semoga mimpi indah tengah menari-nari dalam tidur mereka. Ada perasaan bahagia sekaligus was-was setiap memandangi mereka. Memandangi mereka ketika tertidur merupakan kegiatan yang seringkali aku lakukan.

Wanita di hadapanku ini, yang kini menjadi isteriku, dulu adalah teman sekelas ketika masa SMA. Kuakui, dulu aku adalah salah satu penggemarnya, namun tak pernah terbayangkan bahwa 10 tahun setelah kami lulus SMA kami dipertemukan kembali, bahkan kemudian menikah dan saling berjanji untuk bersama-sama dalam menjalani sisa hidup kami. Allahu akbar... Allah Maha Besar... Hanya Kuasa Nya lah, jalan hidup kami menjadi seperti ini.

Aku pandangi dua putri cantik yang tertidur bersebelahan. Mereka adalah buah hati kami yang paling mampu menggembirakan hati kami. Merekalah yang dengan canda dan tingkah lakunya mampu membuat kami tertawa dan sekaligus mampu membuat kami marah. Kedua putri kami adalah masa depan kami. Dalam diri mereka, ada harapan kami. Harapan orang tua akan masa depannya yang lebih baik dalam keimanan dan ketaqwaan hanya kepada Allah SWT.

Aku masih memandangi tidur mereka, seperti malam-malam yang telah lalu. Teringat aku akan perjuangan isteriku ketika melahirkan kedua buah hati kami, yang semuanya dilahirkan normal tanpa operasi caesar. Sebuah perjuangan yang melelahkan, antara hidup dan mati. Di proses kelahiran kedua putriku, aku memang memaksa masuk ke ruang persalinan untuk mendampinginya dan menyaksikan peristiwa alam yang tidak pernah aku lihat. Menjadi saksi persalinan dan kelahiran buah hati kami, merupakan salah satu kejadian yang paling indah dalam hidupku.

Ketika kami menyaksikan pertumbuhan kedua putri kami, hari demi hari, bulan demi bulan, hingga mencapai hitungan tahun, semakin mempertebal keyakinan kami akan rahmat dan nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada kami berdua. Kedua putri kami tumbuh sehat dan cerdas. Senyumnya, tawanya, bahkan sedihnya, selalu mengiringi setiap langkahku. Dan aku bertekad untuk memberinya pendidikan yang terbaik, dari sisi intelektual juga spiritualnya. Bagiku, kecerdasan intelektual dan keimanan kepada Allah SWT harus menjadi yang utama. Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT agar kami tidak menjadi orang yang ingkar.

Aku masih memandangi tidur mereka, seperti malam-malam biasanya. Batinku berkata, "Ya Allah, mampukah aku menjadi imam bagi mereka? Mampukah aku membahagiakan mereka lahir dan batin sepanjang hidup kami? Mampukah aku ya Allah, untuk menjadikan kedua putriku menjadi anak shalehah? Ya, Allah, aku bermunajat kepada Mu, bimbinglah aku dalam memimpin keluargaku... Hindarkan aku ya Allah, dari rejeki yang tidak halal karena aku tidak ingin memberi mereka makan dari uang yang tidak halal. 

Aku tidak ingin di dalam aliran darah mereka mengalir darah yang aku kotori dengan uang haram. Ya Allah, dalam keterbatasan kemampuanku, ampuni hamba ya Allah, jika tanpa aku sadari aku telah memberi mereka makanan yang tidak engkau ridhoi. Ampuni ya Allah... Bersihkanlah harta kami ya Allah... Bersihkanlah hati kami... Dan dalam keterbatasan kemampuanku, jadikanlah cintaku kepada mereka, bekal untuk kami mengarungi kehidupan ini. Mereka harus tahu ya Allah, bahwa aku mencintai mereka, seperti aku juga tahu bahwa mereka mencintaiku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun