Menjelang Upacara Bendera di sekolah,perempuan keponakan saya yang bersekolah di SMA ditegur oleh guru BP-nya, “Kok bajumu warnanya seperti itu?” Warna baju seragam OSIS keponakan saya terlihat putih kebiru-biruan.
“Iya Bu, ini pakai blau” jawabnya
“Jangan pakai itu lagi ya, jadi kelihatan beda dengan teman-temanmu” lanjut Bu Guru.
Mendengar cerita itu saya jadi tersenyum. Semestinya Bu Guru tadi malah mendukung, memberikan saran agar teman-temannya melakukan hal yang sama. Ternyata terbalik.
[caption id="" align="aligncenter" width="194" caption="daonlontar.blogspot.com"][/caption]
Dugaan saya, Bu Guru itu usianya di bawah tiga puluh tahun, tidak pernah memakai blau atau bahkan tidak mengenal blau sama sekali. Maka tidak mengherankan ia menyarankan kepada keponakan saya untuk tidak lagi memakainya.
[caption id="attachment_378662" align="aligncenter" width="400" caption="Blau serbuk dalam kemasan (Foto Pribadi)"][/caption]
Padahal secara kasat mata terlihat jelas perbedaan pakaian putih yang diblau dengan yang tidak. Penggunaan blau memberi efek kain putih terlihat kebiru-biruan dan enak dipandang mata. Bandingkan dengan yang sama-sekali tidak pernah, warna putihnya akan terlihat kusam dan lama-kelamaan berubah menjadi putih “kecoklatan”.
Keluarga besar saya terbiasa menggunakan blau setiap acara pencucian pakaian berwarna putih. Bapak saya mendisiplinkan hal tersebut dan mengajarkan kepada semua anaknya semenjak bisa mencuci pakaian.
Tidak jarang, beliau menurunkan pakaian-pakaian putih yang sudah tergantung pada kawat jemuran pada pagi hari, hanya karena satu dan lain hal,kami tidak mencelupkan pakaian itu ke dalam larutan blau. Itu artinya, kami tidak menjalankan standar operasional prosedur pencucian.
Sepanjang yang saya ketahui, blau yang ada di pasaran diproduksi dalam dua bentuk: padat dan serbuk. Bahan pembuatannya terdiri dari tiga unsure yaitu biang blau, tepung soda (sodium citrate) dan tepung sagu (aci)
Cara penggunaannya sama, balau dimasukkan ke dalam air sesuai kebutuhan dan dibiarkan larut hingga air terlihat kebiruan. Untuk blau jenis padat, harus melalui tindakan penyaringan agar yang masuk ke dalam air adalah bagian yang paling lembut.
Kemudian masukkan pakaian atau kain putih ke dalam bokor/ ember yang sudah terisi larutan blau. Usahakan warna birunya merata ke seluruh kain, sehingga terlihat hasil yang sempurna.
Barangkali saja,keluarga yang menggunakan blau sekarang ini tidak sebanyak jaman dahulu. Mungkin karena kegiatan ini menambah urutan kerja sehingga dikesampingkan. Atau bisa jadi, penggunaan blau sudah dipandang tidak perlu lagi.
Tapi seiring perubahan generasi, tidak sedikit orang-orang yang tidak tahu tentang blau itu sendiri. Baik bentuk maupun fungsinya. Sehingga istilah blau itu sendiri menjadi sesuatu yang asing bagi mereka.
Kendatipun demikian, beberapa toko atau warung terutama di pedesaan masih juga menyediakan blau. Ini bisa menjadi indikasi bahwa pencinta blau masih ada. Mereka masih senang warna putih pakaiannya akan menjadi lebih menarik jika dilihat ada “nuansa” kebiru-biruan. Terlihat lebih cerah, secerah langit biru ketika tak ada awan di langit.
[caption id="attachment_378663" align="aligncenter" width="400" caption="Pakaian putih setelah diblau, kebiru-biruan (Foto Pribadi)"]
Apakah Anda orang yang masih menggunakan blau untuk cucian pakaian putih Anda? Jika jawabannya YA, maka tidak berarti Anda jadul, tetapi Anda orang yang konsisten.
________________
Oenthoek Cacing-Bumi Cahyana, 16 April 2015