Mohon tunggu...
Saut H Aritonang
Saut H Aritonang Mohon Tunggu... -

ILO conference for trade unionist, human right activist, consultant for industrial relation harmony.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kala APBN Digayuti Para Pejabat

29 November 2018   08:53 Diperbarui: 29 November 2018   09:08 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masih sangat hangat dalam dalam diskusi media apapun, cara mengatasi permasalahan tentang permasalahan ekonomi nasional yang masih menggeliat mencari arah ketepatan menempatkan diri dari gerak ekonomi global yang masih kuat di dalam "tekanan" perang dagang Amerika - China yang membuat banyak negara dengan situasi 'harap-harap cemas', Indonesia, yang sempat terjatuh nilai rupiah nya ke kisaran 15.000+, dan baru minggu-minggu ini agak sedikit "bisa bernafas" dalam kisaran 14.000+, walaupun BI dengan kewaspadaan yang tinggi bersinergy dengan menteri koordinator ekonomi "berusaha" membuat nyaman untuk mengumandangkan "selamat datang" investor dengan paket nya yang ke XVI serta banyak "lahan" yang di gelar untuk 100% boleh di kuasai dengan sahih dan total.

Akhirnya di saat "nafas" mulai agak bisa kendur, tapi tekanan dalam negeri mulai menyeruak dengan terlihatnya sinergy daerah - pusat yang masih bergayut ke pusat akibat 'PENDAPATAN ASLI DAERAH' belum mampu berdiri tegak, tapi ini kan karena politisasi pemekaran daerah yang di gadang untuk bagi bagi kursi demi untuk "mendapat" dukungan pada saat saat terjadinya "pesta politik".

Tetapi nafas itu belum lagi bisa kendur untuk RELAXED, kembali APBN masih di gayuti oleh biaya taktis menteri dan kepala lembaga-lembaga di negara ini yang jumlahnya ADUHAI sampai ketingkat staff khusus padahal sudah punya staff ahli secara struktural, kita dapat membayangkan jumlah 675 an juta per-bulan untuk semua itu di luar GAJI nya lho, berarti negara kesatuan republik indonesia ini memang "SURGA" bagi pejabat negara, menjadi KEPRIHATINAN ADALAH MENGAPA MEREKA JUGA MASIH TEGA TEGANYA untuk melakukan KORUPSI dengan tersenyum manis ya .... sungguh memuakkan, tapi apa mau di katakan.... karena ada tersirat dalam kesaling pengertian diantara para petinggi negara itu "yach kalau ketahuan ya resiko masing-masing" kalau enggak ketahuan ya kan PERIODE SAYA BELUM SELESAI,TUNGGU SELESAI DULU DONG PERIODE SAYA ... he he he he he .

Akhirnya ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN BELANJA NEGARA ya habis untuk para petinggi negara, yang di rasakan oleh rakyat kan hanya TETESAN DARI PROYEK PROYEK yang juga mereka kendalikan. Dan RAKYAT BISA HIDUP KARENA KETEKUNANNYA BERSILATURAHIM DENGAN TUHAN YANG MAHA ESA. Ini kebenaran dan keseharian rakyat yang menjadi masyarakat, tetapi para elite nasional itu tak bergeming untuk berthobat, lihat saat para cerdik-cendikiawan menyatakan produktivitas tenaga kerja rendah, IPM rendah, jumlah kelulusan sekolah lanjutan tingkat atas sampai dengan tak punya pendidikan berada di angka 67%, mereka para petinggi negara itu dengan tersenyum sumringah "ngeles" bahwa pembangunan infrastruktur akan menciptakan effek kemajuan keseluruhan untuk bangsa dan negara ck ck ck ck ... Padahal pembangunan tanpa sumber daya manusia terdidik tidak akan pernah baik dan benar.

Kolaborasi PENGPENG yang begitu kental mau di tepis para petinggi itu, padahal komisi pemilihan umum memaparkan bahwa para calon legislatif mayoritas adalah dari elemen masyarakat "pengusaha" dan sejenis nya. Kan ini bisa dalam pengertian ya PENGUSAHA PENGUASA atau PENGPENG. Okelah pengusaha juga gak apa apa koq berpolitik atau duduk di kursi kursi politik tapi jangan buat masalah korupsi dan masalah hukum lainnya yang ujung ujungnya untuk "kekuasaan" kantong mereka lihat di : dewan perwakilan rakyat sampai daerah, dewan perwakilan daerah, majelis permusyawaratan rakyat yang terlihat makan gaji buta, mahkamah konstitusi yang jadi tukang revisi undang undang dari DPR RI, mahkamah agung sampai pengadilan negeri yang memunculkan peristiwa pat-gulipat, dewan penasehat presiden yang hampir makan gaji buta, lembaga lembaga tinggi negara yang asyiiik masyuuuk di kursi APBN dan segudang masalah yang baru baru ini di diskusikan "SURPLUS" peraturan sehingga mana yang akan dilaksanakan bingung sendiri dan para budayawan bersepakat BAHWA HARUS KEMBALI KE KONSTITUSI 17 agustus 1945 dengan PANCASILA.

Ach negeri ku yang kucinta, mengapa engkau jadi ajang para petinggi mu, jadi ingat kata-kata bung karno .... tugas mu lebih berat dari kami, karena kami jelas menghadapai lawan penjajah..... tapi kalian nanti akan menemui kesulitan, karena yang kalian hadapi adalah saudara sebangsa dan setanag ait yakni saudara kalian sendiri .... MEMANG BETUL YA, TAPI BUNG KARNO, SAYA JUGA TAMBAH SULIT NIH KARENA SAYA TIDAK DI BIAYAI APBN DAN PARA ELITE NASIONAL YANG MENJADI PETINGGI NEGARA INI DI BIAYAI APBN TOTAL .... yach udeh dech huk huk huk hik hik hik hik .......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun