Mohon tunggu...
sapto suhardiyo
sapto suhardiyo Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Seorang yang biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Kain Lawon Bonokeling, Wujud Kearifan Budaya Lokal

1 Oktober 2021   10:21 Diperbarui: 1 Oktober 2021   10:24 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kain Lawon Bonokeling, Wujud Kearifan Budaya Lokal

Sobat Inspirasi, ada yang menarik di keseharian  ibu-ibu pada komunitas di Bonokeling di Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang, Banyumas. Ibu-ibu ini jika tidak sedang musim bertani adalah mereka membuat tenun untuk dibuat kain Lawon.

Kain Lawon adalah kain untuk membungkus jenazah keluarga besar Bonokeling yang meninggal dunia dan untuk dibuat selendang bagi ibu-ibu pada saat acara perlon atau acara adat. Jadi apabila ada keluarga besar Bonokeling yang meninggal dunia tidak menggunakan kain mori tetapi menggunakan kain lawon.

Untuk membuat kain Lawon ada beberapa tahap mulai dari mencampur benang lawon dengan nasi, menjemur, menggulung kain dan terakhir menenunnya. Benang lawon dilumuri dengan nasi agar keras sehingga jika di tenun lebih mudah.

Satu lembar kain lawon dibutuhkan waktu 3 hari sampai satu minggu untuk menyelesaikan proses menenun selembar kain. Selembar kain lawon di hargai sekitar Rp 150 ribu.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Permintaan kain lawon Bonokeling cukup tinggi karena bukan hanya keluarga besar Bonokeling di Desa Pekuncen saja yang membutuhkan, namun juga sebagian masyarakat Desa Gunungwetan dan keluarga besar Bonokeling di Kabupaten Cilacap yang tersebar antara lain di Kecamatan Kroya, Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Adipala.

Apa yang dilakukan masyarakat desa Pekuncen merupakan sebuah kearifan lokal yang perlu kita jaga dan dilestarikan. Pelestarian budaya masyarakat diharapkan tidak punah sehingga anak-cucu kita mengetahui sejarah nenek moyangnya. Selain itu juga dengan tenun lawon ini juga dapat mengangkat ekonomi masyarakat. Kemudian jika budaya ini bisa kita angkat harapannya bisa mendatangkan wisatawan yang nantinya juga bisa menambah income bagi masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun